"Rupanya kau peka, benar begitu?" Ujarku pada Devon yang masih menatap langit.
Devon tak bergeming. Niat ku ingin meninggalkannya sendiri ku urungkan. Aku berjalan dan berdiri di sisinya.
"Kau tau, belakang ini aku merasa tak enak hati padamu. Maaf jika sudah merepotkan dan...maaf jika sikapku kurang baik."
Melihat langit ilusi yang dibuat Devon membuatku sangat ringan untuk mengatakan segala beban di hatiku saat pertama kali masuk kedalam dunia ini.
"Sebenarnya aku hanya mencoba menjadi kuat dan tegas, karena itu apa yang kedua orang tua ku ajarkan. Sebenarnya, aku sangat takut dan gemetar saat tau aku jauh dari rumah." Ujarku meneteskan air mata.
Devon melirik ke arahku. Matanya menatap ku dengan tenang. Aku juga melirik ke arahnya dan sedikit tersenyum sembari mengusap air mata ku.
"Kau menikmatinya?" Ujarku padanya sedikit kesal.
"Manusia memang pandai berakting." Ujar Devon menghela nafas sembari memalingkan wajahnya.
"Tanduk mu..."
Aku menyentuh tanduk devon yang patah. Dan tak sengaja mengelus rambutnya.
Rambutnya, halus...sangat halus dan nyaman
Aku baru sadar apa yang tengah aku lakukan.
"Apa kau ingin menggoda ku?"
Devon menatap ke arahku dengan badannya sedikit membungkuk.Wajahnya dan wajahku hanya berjarak satu hasta.
"Terlalu dekat!" Ujarku sembari mendorong wajah Devon.
"Tchk*"
"A-aku akan tidur-se-semoga... selamat malam." Ujarku berbalik badan dan bergegas pergi kedalam kastil berlari menuju kamar ku.
Kau benar-benar hilang akal Athana, apa yang baru saja kau lakukan? Tapi... rambutnya seperti bulu kucing anggora, sangat halus
"Benarkah begitu?" Tanya seseorang.
Aku terkejut mendengar seseorang bertanya padaku. Asal suara itu dari belakangku. Saat ku tengok ternyata Rave tengah duduk di jendela kamar.
"Sangat tidak sopan." Ujar ku.
"Hahaha* maaf gadis kecil jika aku mengejutkan mu." Ujar Rave sembari tersenyum.
"Apa yang kau inginkan? Langsung pada intinya, aku tak suka bertele-tele." Ujar ku pada Rave yang masih terlihat santai walau aku tengah bicara serius.
"Baiklah-baik, aku memiliki permintaan untuk mu. Jika kau menolak aku akan beritahu Devon mengenai pikiranmu itu."
Rave berjalan ke arah ku dengan senyuman licik. Aku tahu ia berniat sesuatu.
"...jadi intinya adalah aku ingin kau ikut denganku besok menghadiri Maiden Blessing sebagai calon istri ku." Ujar Rave mengedipkan sebelah matanya padaku.
"APA?! Calon istri mu? Kau hilang akal?"
Aku terkejut mendengar perkataan Rave. Dia menginginkan ku berpura-pura menjadi istrinya.
"Baiklah, jika kau menolak aku terpaksa memberitahu Devon." Ujar Rave berjalan menuju arah jendela hendak meloompat keluar.
Athana kau benar-benar ceroboh. Hanya untuk satu hari, hanya berpura-pura
"Ba-baiklah! Tapi hanya untuk satu hari." Ujarku.
Rave tersenyum senang mendengar keputusan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 5 Demons Sweetheart
VampireAsrama sekolah putri ku memiliki rahasia yang sangat mengerikan. Ada rumor bahwa sesosok penampakan mahkluk aneh sering terlihat pada jam tidur siswi asrama. Seakan memperhatikan mereka sebelum tertidur lelap. Aku sebagai siswi pindahan dari Euthopi...