Demons?

4.7K 469 8
                                    

"Kami memiliki alasan tersendiri, nona Athana." Ujar ibu Mira dengan tegas.

Alasan yang sudah jelas bukan hal yang baik. Menyembunyikan kasus agar sekolah tua ini tetap berdiri

"Maaf, nona Athana. Walaupun kami melaporkan kasus ini, bagaimana cara kami menjelaskannya. Jika kami pihak asrama bahkan tak tahu apa yang terjadi." Ujar ibu Z.

"Lalu anda berfikir siswi itu menghilang dengan sendirinya tanpa adanya sebab? Atau anda berfikir hantu yang melakukannya?" Tanyaku.

Ibu Z terdiam dengan matanya yang menjadi sayu seketika.

"Jaga sikap anda, nona Athana." Ujar ibu Mira.

"Saya bukan bermaksud berlaku tidak sopan. Tapi, hal ini dapat merugikan semua pihak. Termasuk saya sendiri." Ujarku dingin.

Ibu Z menghela nafas pelan. Lalu, matanya melihat ke arahku.

"Athana, memang ini tak bisa di pikirkan dengan logika. Tetapi, percayalah bahwa saya menyembunyikan hal ini untuk kebaikan dan tak ada maksud yang lain." Ujar ibu Z.

"Maaf telah berbicara lancang. Tetapi, saya akan kembali ke Ethophia besok malam. Maaf saya tidak bisa membantu anda." Ujarku membungkuk dan keluar dari ruangan.

Sepanjang jalan menuju kamar asrama, aku benar-benar menyesal atas kata-kata ku pada ibu Z. Namun, hal ini memang akan semakin rumit jika terus di sembunyikan. Masalah akan bertambah besar jika aku tertangkap basah berbohong atas asrama ini.

Pikiranku bagaikan benang kusut. Segalanya rumit.

"Mungkin setelah berendam di air hangat akan membuat pikiranku membaik." Ujarku memasuki kamar asrama.

Aku terkejut saat melihat lemari pakaianku terbuka dan seluruh bajunya berserakan di lantai.

"Aku mengunci kamarnya. Bagaimana bisa seseorang masuk kedalam kamarku?!" Ujarku geram.

Memang sekolah ini aneh dan tua. Bukan berarti aku berfikir sekolah ini angker. Hanya saja, mungkin karena pintunya juga tua, jadi sangat mudah untuk di buka memakai trik-trik.

"Pikiran ku semakin kacau." Gumamku.

Aku berendam diri selama kurang lebih 30 menit. Jari-jari ku bahkan sudah mengkeriput saat aku selesai berendam. Aku memakai baju piyama ku dan mengambil buku bacaan.

"Tok-tok-tok"

Aku membuka pintu sesaat setelah seseorang mengetuknya.

"Um...ha-hai!" Ujar Liya sedikit menggigil.

"Ini pertama kalinya aku berani mengetuk pintu kamar ini." Ujar Kay dengan pandangan seakan takut.

"Ada apa kalian kemari?" Tanyaku.

"Ka-kami ingin mengajak mu untuk makan malam." Ujar Liya.

"Maaf, aku sedang tidak mood untuk makan malam kali ini. Mungkin lain kali saja." Ujarku.

"Wow, apa yang terjadi pada isi lemarimu? Semuanya berserakan di lantai." Ujar Kay yang tak sengaja sedikit mengintip kamarku dari celah pintu.

"Baiklah, kami harus pergi. Maaf mengganggu." Ujar Liya sembari menarik Kay untuk pergi.

Kelakuan bodoh mereka membuatku makin tak betah dengan sekolah ini.
Aku berjalan ke balkon. Melihat pemandangan malam dengan bulan sabit yang menghiasi. Dari lantai dua, aku bisa melihat danau kecil yang berada beberapa meter dari asrama. Airnya begitu menyilaukan terkena sinar rembulan.

"Brak!"

Tiba-tiba, pintu balkon tertutup. Padahal saat itu tak ada angin yang berhembus kencang.

My 5 Demons SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang