Two Face

1.8K 249 15
                                    

Rave menarik ku pergi dari kerumunan para tamu. Namun, sepertinya salah satu dari mereka menyadari.

Tanganku di tahan oleh salah seorang tamu.

"Tuan Rave, apa anda membawa sedikit camilan yang lezat untuk dibagi?" Ujar seorang lelaki yang menahan tanganku.

"Ca-camilan?!" Ujarku kesal.

"Bukan kah sangat tidak sopan untuk menyentuh yang bukan milikmu tuan." Ujar Rave pada lelaki itu.

Seketika mata Rave bersinar merah dan menatap tajam pada lelaki yang tak melepaskan tanganku.

"Bagaimana jika aku mencicipinya hanya sedikit? Aku tidak akan membocorkan rahasia ini kepada siapapun." Ujar lelaki itu masih tetap melawan Rave.

Aku melihat Rave seperti mengucapkan sesuatu. Matanya terus menatap tajam ke arah lelaki itu. Tiba-tiba lelaki itu dengan sendirinya mencekik dirinya sendiri. Melepaskan tanganku dan terduduk kaku di lantai.

"Ini sedikit pelajaran, jika hewan seperti mu tidak tau posisi." Ujar Rave sembari menarikku kembali meninggalkan tempat pesta.

"Menarik."

***

Rave mengajak ku kedalam kereta kuda. Tampaknya Rave masih terbawa emosi orang tadi.

"Perlihatkan luka mu." Ujar Rave.

Aku membalikan badan memperlihatkan leherku yang tergores. Rave seperti mengamati bekas luka ku itu.

"Ini cukup dalam. Apa kau melihat orang yang melukai mu? Goresannya seperti terkena belati. Jika pisau, goresannya tak akan rapih dan tipis seperti ini."

Rave menyentuh luka ku. Hal itu sangat menyakitkan. Aku berfikir, bagaimana bisa dengan gerakan ku yang cepat orang itu bisa menggoreskan belatinya. Apa ini mungkin ketidak sengajaan?

"Jangan bergerak." Ujar Rave meraih pundakku.

Rave memojokkan ku tanpa berkata apapun sebelumnya.

"A-apa yang akan kau lakukan? Aku ingatkan kau jangan macam-macam." Ujar ku tegas.

Namun, Rave tak mendengarkan pekataanku. Aku merasa sesuatu yang dingin dan basah seperti menyentuh luka ku. Aku tak bisa melihat apa yang Rave lakukan. Aku hanya bisa berasumsi bahwa...

"Ini sedikit sakit saat menembus kulitmu." Ujarnya

"Ka-kau akan menghisapnya? Apa kau gila?"

Itulah asumsi ku. Namun, saat aku selesai bicara, Rave tertawa. Aku makin bingung sebenarnya apa yang ia lakukan.

"Menghisap? Kau terlalu banyak membaca novel murahan dunia manusia. Aku bukan nyamuk ataupun vampir. Jika aku ingin darahmu, caraku sedikit merepotkan. Mungkin aku akan memenggal kepalamu baru aku meminum darahmu di gelas wine." Ujar Rave panjang lebar.

Ia malah menceritakan hal yang sadis.

Dasar iblis

"Lalu, apa yang akan kau lakukan? Benda apa yang menyentuh kulit ku?" Tanyaku memastikan.

"Aku akan menjahit luka mu, tadi aku menggunakan alkohol agar tidak terlalu sakit saat jarum kecil ini menjahit kembali kulitmu seperti semula." Ujar Rave.

"Alkohol? Memang di dunia ini ada alat kesehatan? Kau membelinya di apotik mana? Apotik alam baka?" Ujarku sedikit mengejeknya.

"Tentu tidak, aku bisa mendapat apapun yang ku mau. Hanya dengan mantra sihir. Sama halnya seperti manusia yang menyembah ku untuk mendapatkan kekayaan atau hal yang lain. Semua itu sihir." Ujar Rave menjelaskan.

My 5 Demons SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang