"Sudah ku katakan untuk jangan terlalu dekat dengan mereka." Suara gadis itu terngiang-ngiang di kepalaku.
"Dekat dengan mereka hanya akan membawa mu pada ke tidak beruntungan."
Ku buka mata ku perlahan dan di depan sudah ada wanita yang bernama Irene. Cavian pernah mengatakannya pada ku.
"Sebenarnya apa yang kau rencanakan dari semua perihal ini? Aku ingin kembali pulang." Suaraku masih serak dan lemah.
Irene hanya tersenyum kecil mendengar perkataan ku. Ia tak berkata apapun. Ia sesekali menutup mata dan seakan membayangkan sesuatu yang membuatnya mulai terkekeh kecil.
Bertahan Athana, arwah ini hanya sedang menguji mental mu. Kau harus kuat, jangan memberikan celah kepadanya.
"Kau tahu Athana~ Saat seseorang mencintai orang lain dengan tulus...namun, cintanya tak di hargai? Apa yang akan terjadi?"
Tiba-tiba Irene bertanya demikian.Aku sempat berfikir, sebenarnya apa yang ingin ia bicarakan. Aku bertanya hal demikian dan ia malah memberikan ku pertanyaan lain.
"Kau pernah merasakannya bukan? Walau pun dalam konteks yang berbeda." Ujarnya sembari mendekat ke arah ku dan membelai wajahku.
"Lalu apa hubungannya dengan ku?" Tanya ku dingin sembari menepis tangannya yang menyentuh wajah ku.
"Tentu tak ada...hanya saja~ rasa kekecewaan kita sama. Aku dan kau pernah mengalami hal yang serupa, karena itu lah, aku selalu datang pada mu untuk...."
"Aku tak peduli. Aku tak percaya dengan perasaan, cinta, dan hal bodoh lainnya yang kau sebutkan. Dan maaf, aku tak ingin mendengar cerita sedih dari mu. Aku hanya ingin pulang kembali dan bertemu Elson." Ujarku panjang lebar.
"Hahaha*"
Tiba-tiba tawa terdengar dari mulutnya. Tawa puas yang seakan akan memenuhi dirinya."Apa yang kau harap kan dari orang itu? Dia tak akan keberatan jika kau hilang di telan bumi sekalipun." Ujar Irene nampak puas.
"Jangan berkata demikian pada orang yang belum pernah kau temui." Ujarku geram padanya.
"Sigh* Ada satu hal yang harus kau tau, aku mengenalnya lebih dulu sebelum dirimu lahir di dunia."
****
"Dia siuman."Suara yang tak asing terdengar memenuhi seisi ruangan. Suara yang seperti sangat bersyukur saat aku membuka mata ku.
"Gadis kecil, senang sekali kau akhirnya siuman." Ujar Rave yang berdiri di ujung kiri bawah ranjang.
"Biarkan dia siuman sepenuhnya terlebih dahulu." Ujar Devon yang terduduk di sisi sebelah kanan.
Satu ruangan ramai dan penuh dengan kehadiran mereka semua. Aku merasa tengah terbangun di kamarku sendiri. Walau, kenyataan aku masih berada di dunia iblis. Berbeda dengan keadaan sebelumnya saat aku terbangun. Hanya keheningan, ketegangan, dan rasa asing yang menyelimuti ku. Tapi tidak dengan kali ini.
"Manusia, bangunlah dan minum ramuan ini!" Ujar Evon menyodorkan segelas ramuan berwarna lavender.
Aku meminumnya tanpa banyak berpikir. Setelah itu, aku memberikan Evon gelas yang sudah kosong.
"Apa kau masih merasa sakit?" Tanya Devon.
Aku menggelengkan kepala ku pelan.
"Kau harus beristirahat hingga keadaan mu pulih. Kami akan bergantian menjaga mu." Ujar Devon.
"Aku tak ingin ikut, namun mereka memaksa ku." Ujar Vallion.
"Ugh* sebenarnya ini juga merepotkan. Tapi, mau bagaimana lagi." Ujar Evon yang sudah kembali setelah menaruh gelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 5 Demons Sweetheart
VampireAsrama sekolah putri ku memiliki rahasia yang sangat mengerikan. Ada rumor bahwa sesosok penampakan mahkluk aneh sering terlihat pada jam tidur siswi asrama. Seakan memperhatikan mereka sebelum tertidur lelap. Aku sebagai siswi pindahan dari Euthopi...