"Irene, kau sudah terlalu jauh. Aku ingin kau berhenti dan terimalah." Cavian menodongkan sabitnya kepada Irene.
"Oh sayang ku, cavian~ Lakukanlah jika kau memang berani melakukannya. Tapi, aku tahu kau tak akan berani untuk menyakiti ku. Karena aku tahu perasaan mu." Irene terkekeh kecil menghadapi Cavian.
Cavian hanya terdiam sembari mencoba untuk menatap tajam ke arah Irene. Sebaliknya, Irene hanya tersenyum di depan Cavian. Benar saja apa kata Irene, Cavian bahkan tak mampu mengayunkan sabitnya di hadapan Irene. Pandangannya tertuju ke bawah.
"Bukankah ini adalah suatu kesamaan yang akan menguntungkan kita berdua, Cavian ?" Ujar Irene yang merayu Cavian untuk mengikuti rencananya.
"Bagaimana jika kau melakukan sedikit bantuan untuk ku Cavian?"
Cavian masih terdiam dan hanya mendengarkan bualan Irene.
"Bawa Athana keluar dari jangkauan Vallion. Setelahnya, biar aku yang bertindak."
Cavian sedikit terkejut dengan permintaan Irene. Cavian tak menjawab sepatah kata pun untuk pertanyaan Irene. Cavian menghela nafas dan berbalik arah dari Irene.
"Aku hanya takut jika kau salah menangani manusia itu. Aku sarankan kau jangan macam-macam dan berhentilah menjadi api diantara semuanya." Ujar Cavian yang hendak meninggalkan Irene.
"Aku tak akan ikut campur diantara kalian. Karena, sekarang masalah kalian yang sebenarnya akan datang. Dan jangan anggap itu hal yang sepele. Aku tak akan membuat tangan ku kotor, ingat itu Cavian." Irene meninggalkan Cavian terlebih dahulu sebelum Cavian sempat menanggapi perkataan Irene yang membuat jiwanya lebih gusar.
Teriakan para teman-teman Cavian yang tak lain adalah jiwa-jiwa yang hilang memenuhi kediaman Cavian. Mereka takut akan perkataan Irene. Mereka tau itu adalah sebuah ancaman.
***
Sesampainya di istana Vallion, di depan gerbang masuk seseorang tengah menunggu kedatanganku.
"Senang kau datang kembali Athana." Sambut Valir dengan senyum manis di bibirnya.
Aku hanya diam tak menggubrisnya dan memalingkan wajahku dari arah Valir. Valir nampak kecewa dengan sikap ku. Ia menghampiri ku dan meraih tanganku. Namun, dengan cepat aku tarik tangan ku dan melirik ke arahnya dengan tatapan sinis.
"Hati ku hancur kau tahu?" ujarnya sembari memperlihatkan ekspresi kecewa.
"Aku tak peduli. Setelah apa yang terjadi karena ulah mu, aku tak mau terlibat lagi. Jadi, menjauh dari ku."
"Yaampun, angkuh sekali~ Kaka, kau sudah bilang padanya bahwa ia akan tnggal satu atap dengan ku juga kan? Maksud ku, ayolah! Jangan bilang kau akan memonopolinya."
"Tutup mulut mu atau aku akan mengirim mu ke tempat pengasingan." Vallion melirik VAlir dengan tatapan dingin nan sadis miliknya.
Valir akhirnya diam dan terbang meninggalkan ku dan Vallion. Aku sempat meliriknya sedikit. Kemana valir akan pergi. Namun, Vallion menarik tangan ku untuk masuk ke istana.
"Kau bisa tinggal di kamar utama milikku. Jangan berfikiran aneh! Aku akan sibuk menjaga keamanan di area sekitar istana. Jadi, kau bisa leluasa untuk beristirahat." Ujar Vallion menjelaskan.
Aku mengangguk pelan merespon perkataannya. Vallion melirik ku karena khawatir aku yang tak banyak bicara. Vallion langsung mengantar ku ke kamar utama.
"Jika kau butuh sesuatu, panggil saja para pelayan. Saat aku tak disini, jangan berani untuk keluar dari istana dan jauhi gerbang luar, apa kau mengerti ?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 5 Demons Sweetheart
VampireAsrama sekolah putri ku memiliki rahasia yang sangat mengerikan. Ada rumor bahwa sesosok penampakan mahkluk aneh sering terlihat pada jam tidur siswi asrama. Seakan memperhatikan mereka sebelum tertidur lelap. Aku sebagai siswi pindahan dari Euthopi...