Rave tengah terduduk di jendela yang terbuka. Angin malam yang hangat membelai wajahnya. Sinar rembulan yang membiaskan cahayanya dan mengenai wajah Rave yang pucat.
"Jadi...apa yang ia katakan?" Tanyanya.
Aku terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Rave. Teringat di benat ku perkataan Cavian yang saat itu terucap dari mulutnya.
"Yang benar saja..." Gumamnya sembari beberapa kali mengepakkan sayapnya.
"Jadi, aku tak perlu panjang lebar menjelaskan."
"Baiklah, itu sudah cukup jelas untuk ku. Memang benar dugaan ku, selama ini ketiganya memiliki suatu hubungan yang rumit." Ujarnya sembari menginjakan kaki di kamarku dan mendekat ke sofa tempat aku terduduk.
"Aku sangat sedih untuk mengatakan ini, namun..."
Sebelum Rave melanjutkan perkataannya, aku sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Aku tak ada hubungan apapun dengan semua ini."
Rave terdiam dan tak berniat melanjutkan perkataannya. Sedangan diriku, hanya tertunduk sembari terdiam. Berfikir pada awalnya aku memiliki peran penting di kegilaan yang tak realistis ini. Namun, ternyata aku hanya suatu pengalih perhatian. Aku malu pada diriku sendiri yang sudah berlaga angkuh didepan mereka. Merasa bahwa aku sesuatu yang penting dan mereka membutuhkan ku.
Seharusnya aku sudah tau dan menyadarinya. Jelas ini semua seperti masalah yang salah sasaran. Yang mereka inginkan untuk masuk ke dunia ini adalah Elson dan bukan diriku.
Tunggu dulu...jika seperti itu, maka kehadiran ku hanyalah sebagai umpan agar Elson kembali?
Aku spontan melirik ke arah Rave dengan pandangan kesal.
"Apa benar seperti itu?"
Wajah Rave terlihat sedikit murung. Ia memaksakan senyumnya.
Athana...apa otak mu menciut? Mengapa kau tak menyadarinya.
"Gadis kecil, jangan berfikir demikian. Semua berubah, definisi yang kau pikirkan hanyalah awal dari semua ini. Tapi percayalah..."
"Kau bilang apa!? Percaya? Aku tak ingin melakukan pemborosan kepercayaan untuk mahkluk seperti mu."
Sembari menggigit bibirku aku berusaha menahan tangis, marah, dan kekecewaan. Mereka memperlakukan ku layaknya manusia karena mereka ingin aku tetap tinggal untuk menjadi umpan."Gadis kecil, tenanglah! Kau tak perlu terguncang seperti ini. Kau akan menarik perhatian para nocturn."
Rave mencoba untuk menenangkan ku. Tapi semua itu tak ada gunanya. Aku terlanjur kecewa dengan semua hal ini dan terlalu lengah.Rave meraih tanganku untuk menyadarkan ku. Namun, aku tepis tangannya yang kotor itu dan bergegas pergi keluar dari kamar.
Rave tak mengikuti atau mengejar ku. Karena dia tahu tak seharusnya ia datang ke istana Vallion.
Saat itu tak ada seorang pun yang mengetahui aku pergi ke luar istana. Vallion, valir, maupun Hylia tak mengetahuinya. Hanya beberapa penjaga istana yang melihat aku pergi. Namun, tak melarang atau menghalangiku.
Di belakang istana Vallion, ada sebuah pohon peach besar yang sedang berbunga dan sebagian bunganya telah menjadi buah. Tanpa pikir panjang, aku meraih batang yang cabangnya tak terlalu tinggi dan duduk terdiam di batang yang kokoh. Aku termenung memikirkan semua hal yang tak realistis ini. Hingga akhirnya aku terlelap hanya beberapa menit.
Kunang-kunang berterbangan keberbagai sisi pohon yang membuat keadaan tak terlalu gelap saat malam. Cahaya rembulan juga masih menemani pekatnya langit malam. Aku terbangun dan melihat di ujung cabang pohon yang terletak tak jauh dari tempat ku terdiam, ada sebuah peach yang sudah matang. Kebetulan perutku tengah berisik karena ingin diisi dengan makanan. Aku perlahan mendekati cabang pohon dan tak sengaja menginjak ranting yang rapuh. Untungnya aku tak terjatuh .
"Untungnya manusia bodoh ini tak menjatuhkan potongan tangannya ke makan siang ku."
Aku terkejut saat mengetahui seseorang berada di bawah ku. Saat aku melihatnya, Evon tengah terduduk sembari mengelusi buntutnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya ku terkejut.
"Kau tak ada hak untuk menanyakannya. Terserah diriku jika ingin pergi kemanapun yang aku mau." Jawab Evon sembari menengadah ke atas melihatku yang masih terdiam di tempat.
"Manusia bodoh, peach itu tak bisa kau ambil sembarangan. Pohonnya akan marah jika kau memetiknya. " Ujar Evon.
Ia meloncat ke batang pohon yang berada di atas ku. Dengan mudahnya memetik peach yang aku maksud dan kembali turun ke bawah dengan sekali loncatan.
"Hey! Itu milik ku! Kyaa!"
Aku tak sengaja menginjak renda bajuku yang membuatku kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Namun, aku tak merasakan sakit. Aku malah merasa seperti jatuh di atas tempat tidur. Saat ku buka mataku, ternyata aku mendarat di ekor Evon.
"Lain kali, jika kau ingin menghilang, jangan sampai ada seorang pun yang mengetahuinya." Ujar Evon sembari menyodorkan Peach yang tadi ia petik.
"Itu bukan urusanmu."
"Ya memang benar. Tapi, karena kau aku kehilangan ketenangan ku. Aku disuruh untuk membantu Vallion mencari keberadaan mu dan juga karena imbalan yang menggiurkan, aku harus menginap di bawah pohon ini sekarang." Terangnya.
"Pohon ini?" Tanyaku pelan.
Evon mengangguk kecil sembari menumbuhkan jamur besar yang terlihat sangat empuk. Evon mengubah tubuhnya menjadi rubah kecil dan melompat ke atas jamur dan seketika tertidur. Aku yang melihat perubahan wujudnya ingin sekali membelainya. Apalagi dengan tumpukan ekor yang mengembang dan halus. Aku terdiam sejenak sembari melirik Peach yang ku pegang.
Aku juga merasa mengantuk dan akhirnya aku tertidur di atas rerumputan hijau di bawah pohon peach bersama Evon.***
Evon membuka matanya dan melihat Athana yang sudah tertidur lelap. Ia terus menatapnya sampai akhirnya ia memutuskan untuk membuat kuncup bunga besar yang menyimpan ruang yang cukup untuk Athana tidur di dalamnya.
"Entahlah, aku tak ingin membuatnya terbangun." Evon berbicara kepada dirinya sendiri.
Evon beberapa saat melihat Athana yang tertidur di dalam kelopak bunga yang ia buat. Lalu, ia memutuskan untuk pergi meninggalkan Athana. Sebelumnya, ia meminta kepada para kunang-kunang untuk tetap mengelilinginya seraya menjauhkannya dari kegelapan.
"Jangan mengatakan apapun." Ujar Evon sembari menengadah melihat Rave yang tengah terbang di atasnya sembari tersenyum.
Rave mengangguk tanda mengerti dan ia menggantikan Evon untuk menjaga Athana. Rave terduduk di cabang batang pohon yang sama dengan Athana.
"Kau tahu gadis kecil, sebenarnya kau lebih dari hanya umpan. Aku menyadarinya sekarang, mengapa Elson sangat perhatian kepada mu." Gumam Rave.
To Be Continued
Next chapter~Orang berjubah hitam itu terus menarik tanganku. Mulutku yang ia bungkam dengan asap hitam ini tak bisa mengucap.
Ku mohon seseorang tolong aku...
KAMU SEDANG MEMBACA
My 5 Demons Sweetheart
VampireAsrama sekolah putri ku memiliki rahasia yang sangat mengerikan. Ada rumor bahwa sesosok penampakan mahkluk aneh sering terlihat pada jam tidur siswi asrama. Seakan memperhatikan mereka sebelum tertidur lelap. Aku sebagai siswi pindahan dari Euthopi...