Rave menggelengkan kepalanya tak habis fikir dengan perkataan ku.
"Aku benar-benar tak bisa percaya ini. Kau sangat keras kepala gadis kecil." Ujarnya sembari tersenyum dan terkekeh kecil.
"Aku sudah bilang bukan? Jangan panggil aku dengan sebutan itu, namaku Athana Genovia Porshel. Dan aku bersikeras untuk kalian mengembalikanku ke asrama ku." Ujarku tegas.
Rave terlihat sudah habis akal untuk membuatku percaya akan situasi yang ku hadapi saat ini. Tiba-tiba, Valion berjalan ke arahku. Auranya yang dingin dan arogant sangat terpancar darinya.
"Dengar manusia kotor, kami hanya terlalu baik padamu. Mulai saat ini, kami tidak akan main-main. Dengar dengan baik, kau disini karena suatu kesalahan dan kami tak peduli akan dirimu." Ujar Valion dengan nada tegas.
Saat Valion hendak melanjutkan bicaranya, Evon beranjak ke belakangku dan memelukku dengan ekor bulunya yang sangat halus.
"Ah~sudahlah Valion, kau terlalu berlebihan. Ekorku mengatakan bahwa kau sedang terlalu khawatir." Ujar Evon.
Valion mengerutkan alisnya dan kembali ketempat dimana dia berada.
"Dengar manusia, walau aku membencimu, jika kau telah terseret kedalam dunia ini, maka hanya akan ada satu pintu masuk dan satu pintu keluar." Ujar Evon sembari memperlihatkan satu jari kanan dan jari kiri.
"Itu benar, bagi kami sangatlah mudah untuk pergi ke dunia mu. Namun, kau akan sangat sulit untuk kembali ke duniamu karena kau tak memiliki kekuatan." Ujar Rave melanjutkan.
Aku bukan perempuan bodoh yang percaya akan hal seperti itu. Satu pintu keluar? Bahkan gedung-gedung memiliki banyak sekali pintu keluar. Bagaimana bisa dunia yang luas ini hanya memiliki satu pintu keluar? Mereka hanya mempersulit diriku.
"Jika kau masih bersikeras berfikir, bagaikan arwah yang di semayamkan di dalam raga mu. Mereka masuk melewati jantungmu. Dan saat arwah itu ingin meninggalkan raga, mereka berusaha keluar melewati mulut." Ujar Cavian sembari memainkan bola mata yang entah darimana asalnya itu.
Aku ngeri melihatnya, namun apa yang ia katakan benar adanya.
"Kau tahu gadis kecil, setiap jalan kehidupan pasti memiliki maksud tersendiri walau kau tak mengetahuinya." Ujar Rave yang mulai berbicara lagi.
Langit tampak sudah berwarna jingga dan hendak gelap. Aku sudah tak bisa berfikir jernih saat ini. Mungkin, tak ada salahnya jika aku tinggal di tempat ini beberapa saat dan kembali memikirkan cara untuk aku kembali. Jika benar aku memang berada di alam dunia yang berbeda.
"Langit sudah mulai kehabisan nyawanya." Ujar Cavian tersenyum layaknya psikopat.
"Maksudmu ini sudah sore." Ujar Evon sembari melihat ke arahku dan baru sadar bulunya masih memelukku.
Aku bahkan tak menyadarinya saking nyaman dan empuknya ekor Evon.
"Dasar manusia menjijikan." Ujarnya sembari pergi menjauh dariku.
Ada apa dengannya? Moodnya berubah sangat drastis.
"Baiklah, salah satu diantara kita harus memeliharanya. Kita harus melindunginya dari para Nocturn." Ujar Rave sembari melempar pandangannya pada Evon.
"Aku sudah tak akan tersinggung lagi, Rave." Ujar Evon memutar bola matanya.
"Hey! Aku bukan hewan. Prilaku kasar kalian sangat tidak pantas." Ujarku sedikit meninggikan suaraku karena sudah geram.
"Kau memang pantas mendapat sebutan seperti itu. Itu cocok dengan jiwamu yang kotor bagai hewan." Ujar Valion memberikan tatapan tajamnya padaku.
"Baiklah, aku tersinggung akan hal itu." Ujar Evon mengernyitkan dahinya pada Valion.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 5 Demons Sweetheart
VampireAsrama sekolah putri ku memiliki rahasia yang sangat mengerikan. Ada rumor bahwa sesosok penampakan mahkluk aneh sering terlihat pada jam tidur siswi asrama. Seakan memperhatikan mereka sebelum tertidur lelap. Aku sebagai siswi pindahan dari Euthopi...