Author's POV
"Mengapa sekarang keheningan ini sangat menggangu." Gumam Evon sembari meneguk beberapa teh di cangkirnya.
Beberapa saat kemudian telinga Evon bergerak. Ia mendengar sesuatu datang dari kejauhan.
"Bukan suara bising ini yang ingin ku dengar sekarang."
Kepakan sayap semakin terdengar jelas di telinga Evon. Makin jelas hingga akhirnya kepakan sayap itu berhenti seiring dengan munculnya Vallion di hadapan Evon.
"Dimana manusia itu?" Tanyanya tergesa-gesa.
"Tak seperti biasanya nafas mu tak teratur, Vallion. Kau tahu bukan, ia ikut dengan Devon? Awalnya aku mengira itu adalah pilihan yang tepat. Tapi sepertinya aku menginginkannya kembali." Ujar Evon sembari melirik ke arah Vallion dengan ekspresi kecewa.
Vallion semakin gelisah karena mendengar perkataan Evon. Di dalam pikirannya, Evon nampak kebingungan dengan perilaku Vallion.
"Jadi, manusia itu tak merubah pikirannya dan tetap pergi?" Ujarnya tergesa-gesa.
"Tunggu dulu, ada apa ini? Aku mulai tak nyaman melihat tingkah laku mu. Katakan sebenarnya apa yang terjadi."
"Cavian..."
***
"Kaka, jangan membesar-besarkan masalah waktu itu. Kau tahu, aku melakukannya agar kau dan aku bisa dekat dengan manusia itu." Ujar Valir sembari memainkan bola angin di tangannya."Diam! Perkataan mu membuatku pusing." Bentak Vallion.
Sesuatu seperti mengganjal di hatinya. Vallion khawatir pada Athana. Hatinya berkata demikian. Tapi, pikirannya menolak hal itu. Dan dua hal bertabrakan itu membuatnya benar-benar tidak tenang.
"Vallion, kau harus membawa Athana pergi dari kastil Devon." Ujar Cavian yang tiba-tiba muncul di hadapan Vallion.
"Aku tak sudih menginjakkan kaki ku ke tempat kotor itu. Dan jangan kau pikir aku peduli pada manusia itu." Ujar Vallion.
"Kau tak mengerti, para arwah yang ku tugaskan untuk berpatroli melihat Irene. Dan sepertinya Irene semakin kuat dan nafsunya merubah dirinya seutuhnya. Aku takut jika Irene terlalu kuat, ia akan sangat mudah mempengaruhi Athana. Terlebih, tempat Devon tak memiliki penjagaan seketat tempat milikmu." Ujar Cavian panjang lebar.
Mendengar hal demikian, Vallion terkejut. Nafasnya mulai tak beraturan. Kekhawatirannya seakan akan membeludak saat mendengarkan informasi dari Cavian. Tanpa banyak bicara, Vallion langsung merentangkan sayapnya dan terbang.
End of Author's POV
"Devon!" Sudah tiga kali aku memanggilnya, tapi wujudnya tetap saja tidak muncul.
Sedari tadi pagi hingga siang ini, batang hidungnya belum juga terlihat. Entah kesibukan neraka apa yang membuatnya sampai menelantarkan ku.
Kegiatanku hanya berkeliling taman, memetik bunga, dan membaca buku. Perpustakaan milik Devon sangat mengagumkan. Tapi, aku bukan kutu buku yang tak akan bosan untuk terus membaca buku pagi hingga ke malam."Athana~"
Suara bisikan Irene semakin hari semakin jelas dan semakin sering aku mendengarnya.
Tapi aku mencoba tak menggubrisnya. Setiap Irene memanggilku, aku selalu teringat kata katanya. Aku takut hal itu terjadi padaku juga.Setelah aku berjalan di taman, aku memutuskan untuk masuk kedalam kastil. Udaranya cukup panas hari ini. Tak lama setelah aku melangkahkan kaki kedalam.
"Siapa itu?"
Kepakan sayap yang amat terdengar seakan mendekat ke arahku. Vallion menginjakkan kakinya di tanah dan menghampiri ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 5 Demons Sweetheart
VampireAsrama sekolah putri ku memiliki rahasia yang sangat mengerikan. Ada rumor bahwa sesosok penampakan mahkluk aneh sering terlihat pada jam tidur siswi asrama. Seakan memperhatikan mereka sebelum tertidur lelap. Aku sebagai siswi pindahan dari Euthopi...