Kepakan sayap Valir tak membuatnya terbang lebih tinggi. Sesuatu di bawah menahannya.
"Apa yang?"
Saat valir melihat ke bawah, nampak buntut Evon menjerat kakinya."Sangat menarik untuk rubah sepertinya peduli pada hal selain dirinya sendiri." Ujar Valir tersenyum puas.
"Turunkan aku sekarang juga!"
Aku berteriak memaksanya. Valir menghela nafas."Kau tak lihat nona? Kita sedang terpojok." Ujarnya sembari mengisyaratkan aku untuk melihat ke arah bawah.
"Serahkan manusia itu sekarang juga!"
Aku tak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini.
Wujud Evon berubah menjadi sepenuhnya rubah raksasa dengan ekor yang membentuk kipas dengan api di ujungnya."Ini semua salah mu! Lihat?! Sekarang ia mengamuk. Saat ia terpengaruh aura buruk saja sudah menyeramkan, sekarang ia benar-benar..."
Evon meraung dengan sangat keras. Menandakan dia benar benar marah. Evon mengayunkan ekor yang melilit kaki Valir. Aku dan Valir tergoncang seiring dengan gerakan ekor Evon. Saat Evon hendak membantingkan tubuh Valir, valir melepaskan peganganku.
Otomatis aku akan mengalami terjun tanpa payung. Terjun bebas yang akan langsung membuatku terjatuh ke tanah. Mungkin setelah itu aku akan tinggal bersama Cavian. Namun, dengan cepat sebelum aku menyentuh tanah, Evon meraihku dengan ekornya. Ekornya melilit tubuhku namun dengan sangat lembut. Tidak seperti sebelunya ia hampir mencekik diriku.Valir mengibaskan sayapnya, yang membuat ada hentakan angin yang mendorong ekor Evon sebelum ia membantingnya.
"Jadi, sekarang rubah ini peduli pada sesuatu yang merusak dirinya sendiri." Ujar Valir terus memancing emosi Evon.
Lagi-lagi Evon meraung dengan sangat keras. Membuat telinga yang mendengarnya akan langsung sakit akibat frekuensi suara tinggi. Aku menutup kupingku agar tak merasakan sakit.
"Pergi! Pergi dari hadapanku!"
Suara monster Evon sangat menyeramkan.Valir nampaknya tidak takut dengan ancaman atau seruan dari Evon. Ia malah sepertinya semakin tertarik untuk melanjutkan pertengkaran ini.
Sial! Dimana Rave saat aku benar-benar membutuhkannya?
Valir berancang-ancang untuk menembakan serangan dari sayapnya. Satu kibasan penuh sayap Valir membuat angin yang bermanuver layaknya baling-baling. Evon membalut tubuhku dengan ekornya. Menghindariku terkena serangan Valir. Aku sedikit merasakan goncangan. Evon sedikit terdorong karena pengaruh serangan Valir.
"Yang benar saja, rubah sebesar dirimu tertiup angin milikku? Aku bahkan belum mengeluarkan kekuatan ku yang sebenarnya. Tapi aku tak akan melakukannya, asal kau berikan nona padaku." Ujar Valir.
Apa tujuannya? Apa dia sengaja memancing keributan? Kakanya angkuh dan adiknya sedikit gila.
Evon membuka mulutnya dan bola api menyala siap untuk Evon tembakkan ke arah Valir. Tapi Valir bisa menghindarinya dengan mudah karena pergerakan serangan Evon lambat, dan tak sebanding gerakan Valir.
"Hahaha* rubah seperti mu? Melawan ku penguasa udara? Yang benar saja. Menyerahlah dan serahkan dia padaku! Sebelum aku melakukan hal yang lebih menyakitkan." Ancam Valir pada Evon.
Evon menggeram kesal.
"Kau tak tau ya? Aku memberi kesempatan. Baiklah jika itu pilihan mu."
Valir mengibaskan sayapnya dan angin yang terarah horizontal menebas bulu ekor Evon. Evon lagi-lagi meraung, kesakitan."Evon!" Ujarku terkejut saat ekor Evon melepasku dan tubuhnya kembali menjadi normal.
"Evon? Astaga bagaimana ini? Evon sadarlah." Ujarku panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 5 Demons Sweetheart
VampirAsrama sekolah putri ku memiliki rahasia yang sangat mengerikan. Ada rumor bahwa sesosok penampakan mahkluk aneh sering terlihat pada jam tidur siswi asrama. Seakan memperhatikan mereka sebelum tertidur lelap. Aku sebagai siswi pindahan dari Euthopi...