"Namanya Nijimura Shuuzou. Mulai hari ini dia akan tinggal di sini, Seijuurou. Dia juga yang akan menjadi guru privatmu."
Hari itu pertama kalinya Seijuurou kecil bertemu dengan Shuuzou yang berusia jauh lebih tua ketimbang dirinya. Selisih usia mereka kira-kira sepuluh tahun. Seijuurou masih berusia tujuh tahun saat itu.
"Bagi tuan muda Seijuurou yang tidak punya ibu dan juga saudara, nampaknya tuan muda Shuuzou bisa menjadi kakak bagi tuan muda Seijuurou ya..."
Sepintas memang tidak ada masalah.
Tapi, itu dulu.
Tidak untuk sekarang.
***
Nijimura Shuuzou.
Nama yang pernah terdengar dulu sekali. Nama yang tidak bisa dilupakannya begitu saja. Masih teringat jelas dalam benak Masaomi, saat ia memperkenalkan nama itu ke dalam keluarganya, juga yang mengakhirinya. Melenyapkannya dari hadapan Seijuurou saat itu.
Seharusnya ia takkan pernah bertemu dengannya lagi. Seharusnya ia yakin prediksinya benar. Sayangnya, semua kalkulasi itu meleset. Untuk pertama kalinya dalam hidup Masaomi, semua tidak berjalan sesuai dengan harapan. Jujur saja, ia merasa kalah. Di sisi lain, ia juga merasa takut.
Setelah sekian lama nama itu tenggelam, pemuda itu kembali mengusik hidupnya. Firasat buruk sudah dirasakannya sejak kartu pos misterius itu mendarat di rumah. Di luar dugaan, pemuda yang sudah lama menghilang itu berani menghubunginya. Seolah-olah berani menantangnya secara langsung. Dan semua itu dilakukan saat Seijuurou menghilang secara tiba-tiba dari kamarnya.
Tunggu, ini tidak ada hubungannya 'kan? Tidak mungkin 'kan?
"Mau apa kau?"
Masaomi tidak bisa berkata lembut terhadap orang yang sedang membuat panggilan dengannya saat ini. Hanya kalimat bernada sinis yang bisa diucapkannya. Berharap ketakutannya bisa tersamarkan.
"Dingin sekali, padahal aku hanya ingin merajut komunikasi yang sudah lama terputus. Atau aku menelepon di waktu yang tidak tepat?"
Sekali dengar, Masaomi sudah tahu semua itu dusta. Terdengar nada mengejek dalam suaranya. Masaomi tidak mengusirnya dengan cara baik-baik dahulu kala. Terlebih lagi, pemuda itu tahu betul dosa apa yang dilakukannya. Semua kalimat yang diucapkannya terdengar tak lebih dari pernyataan perang yang diucapkan secara terbuka. Masaomi tidak boleh tersulut emosi sekarang. Ada hal lain yang menjadi prioritasnya sekarang.
"Seperti yang kau kira, aku sedang sibuk sekarang. Aku tidak ada waktu untuk—"
"Masih seperti dulu, heh? Sampai-sampai anakmu sendiri tidak betah berada di rumah?"
Napas Masaomi terasa tercekat.
Apa? Apa maksud ucapannya barusan? Apa dia tahu sesuatu yang tengah dihadapinya sekarang?
"Apa maksudmu?"
"Aku hanya menebak. Kalau ia betah berada di rumah, ia tidak akan berada di Tokyo sekarang."
Tanpa Masaomi sadari, pemuda yang meneleponnya saat ini tengah berada di luar Maji Burger. Memandang lurus ke arah meja dengan delapan remaja yang duduk saling berhadapan di dekat jendela. Matanya terpaku pada sosok Seijuurou yang duduk bersisian dengan orang yang mirip dengannya. Pandangan mata yang sarat akan kerinduan setelah sekian lamanya tidak berjumpa.
Masaomi mendadak lemas setelah mendengar nama kota Tokyo tersembul dalam ucapan pemuda itu.
Tokyo?
KAMU SEDANG MEMBACA
OST 1 [ Kuroko no Basuke ]
Fiksi UmumAkashi Seijuurou dan Akashi Tetsuya adalah sepasang saudara kembar yang harus hidup terpisah akibat keegoisan Akashi Masaomi, sang ayah. Final Turnamen Winter Cup telah mengungkap jati diri mereka. Rahasia yang terpendam belasan tahun akhirnya terku...