Selamat menikmati💛😊
------------------------------------
"Dia dilanjutkan di sebuah Pesantren. Dan kamu akan Ibu masukan kesana juga."
Deg!
"Pesantren? Kayak kenal." Batin Ruhy
"Itupun kalo kamu gak keberatan, kamu lanjut sekolah disana. Karena, Itu juga mempermudah Ibu kalo sewaktu-waktu ingin berkomunikasi ke kamu. Ibu tinggal--" Ucapan Ina terpotong Ruhy yang berkata,
"bentar Bu, kan aku juga pegang Hp. Kok kedengarannya kayak yang bakal susah komunikasi gitu sih?"
"Disana nggak boleh bawa alat-alat elektronik. Hp salah satunya."
"APA?!" Teriak Ruhy tak percaya
"Sekolah macam apa itu yang melarang muridnya membawa Hp. Kudet sekali." Pikir Ruhy kesal
"Kamu.. keberatan kah Ibu masukkan kamu kesana?" tanya Ina dengan nada sedih
Ruhy langsung tersadar, dan cepat memasang wajah ceria nya.
"APA?! Ammm.. disiplin sekali ya, sekolahnya, aku sampai kaget. Hehe. Positive thinking dulu, mungkin, takut ganggu belajarnya para murid ya kan Bu." Bukannya nada yang bertanya, tapi itu terdengar seperti sebuah kekesalan.
"Gak papa deh, langsung pulang aja sehabis sekolah. Gak jauh kan tempatnya?" lanjutnya
"Kamu nanti nginep sayang"
"HAH?!!" Lagi dan lagi, Ruhy berteriak, dan Ina yang terkejut. Untung saja jantungnya tidak copot
"Kenapa ... Gak mau ibu masukin ke sana, ya," dengan sedikit drama yang Ina mainkan--mata yang berkaca-kaca. Sekejap setelah melihat itu Ruhy melanjutkan teriakannya.
"HAH?!! HAH?!! HAH?!! nggak papa kok Bu, barusan Ruhy cuma tes pernafasan perut aja. Enak banget nih, Ibu mau coba gak? HAH! HAH! HAH! Waw amazing.."
"Pernafasan perut apanya onta! Gak sekalian apa gue julurin lidah? Nanti mirip anjing beneran dah." Batinnya kesal
Ina pun hanya mengusap dada nya pelan, bingung, dengan anak bungsu nya ini.
"Nanti aku pulang tiap hari minggu aja deh, seminggu sekali boleh ya Bu,?" tanya Ruhy, yang di jawab gelengan kepala oleh Ina. Ruhy pun mengerutkan dahinya. Dan berucap,"kenapa?"
"Kamu hanya boleh pulang 3 bulan sekali, dengan jatah waktu yang diberikan hanya 2 hari. Itu juga kalo ada kepentingan mendesak saja"
"Ya ampun, Ujian macam apa ini?!" Gumam Ruhy , ia pun terdiam."Doramenyon, andaikan kamu nyata. Dan kamu ada disini. Aku ingin meminjamnya sebentar ... saja, pintu kemana saja mu. Aku, benar-benar ingin hilang. saat ini! Oh.. Uzumaki Naruto! Andaikan aku punya jurus seribu bayangmu, maka aku akan membiarkan bayanganku saja yang pergi. Dan aku duduk manis di kamar."
"Emangnya Ibu sanggup berpisah dengan putri kecilmu ini,?" tanya Ruhy sedikit sedih
"Ini demi kebaikan mu juga, Ibu dan Bapak, belum sepenuhnya bisa memberikan pendidikan dengan baik untukmu. Kami harap, kamu benar-benar mencari ilmu di sana. Dan menjadi anak yang sholehah," jawab Ina, sambil mengusap lembut tangan Ruhy.
"Bu, tutup telinga ya." Lalu ia pun menutup matanya dan menarik napas panjang
Ina hanya melakukan apa yang anaknya katakan saja, meskipun bingung ada apa?
"AAAAAAA!!!!" Teriakan panjang yang berasal dari suara Ruhy pun terdengar keras
"Oke, udah kok Bu. Aku minta maaf, kalo buat ibu kaget. Ruhy ... ke kamar dulu. Ibu, tenang aja, Ruhy mau kok lanjut ke Pesantren," ucapnya sambil tersenyum hambar dan meninggalkan sang Ibu
KAMU SEDANG MEMBACA
My Zauji (REVISI)
Teen FictionTAMAT! SEDANG REVISI⚠ REVISIAN DIJAMIN BIKIN KLEPEK-KLEPEK! Tunggu saja ya bestii>< ---- USAHAKAN TINGGALKAN JEJAK YA BESTIE😚 Gak bisa bikin desc hiks T_T Selamat membaca~ Tiada usaha yang mengkhianati hasil. Ruhy percaya kalimat itu. Gadis bobrok...