Bagian Tujuh~rvs

109 13 5
                                    

Selamat menikmati 💛😊

-----------------------------------

Tisu berserakan dimana-mana, dan suara isakan tangis seseorang membuat kedua teman dari gadis itu menatap sayu kepadanya.

"Udah Ci, capek. Mending makan yuk" ajak Kiaran, dan pastinya orang yang menangis itu adalah Ruhy.

Setelah kejadian beberapa jam yang lalu, Ruhy menceritakan semuanya kepada Wilda dan Kiaran.

"Gu-gue yakin. Dia pasti benci sama gue, banget, karena gue egois." Ruhy pun mengambil tisu yang ke sekian kalinya

"Bukannya itu tujuan lo ya? Bikin dia benci sama lo, dan akhirnya lupain lo. Mungkin terdengar bagus?"

"Iya sih, tapi dia pasti terluka."

"Ci, lo gak sadar. Bukan cuma Kak Ari aja yang terluka disini, tapi lo juga. Okey? Jadi berhenti salahin diri lo sendiri. Gue yakin, kalo Kak Ari emang tulus cinta sama lo, dia akan tetap nugguin lo."

"Kalo enggak?"

"Be-berarti, dia ... dia, emang bukan jodoh lo."

"Nah bener itu, sekarang pikirkan aja gini. Saat nanti lo ke pesantren, pasti akan ada puluhan cogan disana say! Lo pasti bakalan bisa lupain Kak Ari!"

"Cowok ganteng? Jelek kali yang ada!" Sanggah Ruhy, sedikit serak.

"Lah, kok gitu. Lo gak tahu? Kebanyakan The real of cogan itu santri boss!"

"Lo tahu 3A?"

"Azmi, Ahkam, Aban?"

"Nah itu tahu, gimana ganteng kan mereka?"

"Ganteng, gue suka Ahkam."

"Woy itu milik gue" sahut Wilda yang dari tadi hanya menjadi pendengar

"Yee, ngimpi lo" ledek Ruhy

"Suka-suka lah"

"Terus, kenapa dengan mereka?"

"Mereka juga santri coy! Pada ganteng kan, dahlah, lo sih kebanyakan nethink. Gue lapar, makan yuk"

Akhirnya ketiga gadis itu, beranjak menuju dapur. Padahal waktu telah menunjukkan pukul dua pagi.

"Kok gak kepikiran kesana ya? Gak papa deh, setidaknya, ada sedikit semangat dari diri gue pergi ke pesantren. Yang penting ada cuci mata ahaayy"  batinnya gembira

Drrtt

"Satu pesan masuk dari si SPJ?" Pikirnya

Sang Pujaan Jiwa

Lo bener, gue harus cari kebahagiaan baru. Semangat buat lo, lupain gue.

Lagi dan lagi Ruhy meneteskan air matanya, berat, sungguh. Menekan perasaan sendiri agar tidak menyukai orang yang kita perjuangkan sudah lama tidaklah mudah.

Meskipun pada akhirnya Ruhy bisa mengikhlaskan Kefari, namun dalam hatinya ada setitik kenangan tentang pria itu yang membekas padanya.

Flashback On

Saat itu Ruhy berjalan sendirian di koridor sekolah, ia terus-terusan mendumel karena kesal di hukum untuk membersihkan perpustakaan.

"Andai aja gue sempet nyalin jawaban si Wilda! Gue gak mungkin kena hukuman gini, ck ah!"

Ia terus berjalan dan berbelok ke arah kiri, melihat pintu ber cat biru, Ruhy memutar bola matanya malas.

Setelah masuk dan menyapa pustakawan, Ruhy memberitahukan maksudnya hingga akhirnya sang pustakawan menunjukkan alat-alat kebersihan yang akan digunakan Ruhy.

Lima belas menit berlalu, Ruhy sudah menyapu, mengepel, mengelap meja sekarang tinggal merapikan buku.

Saat mencoba menggapai buku yang paling tinggi, tangannya tidak cukup untuk mengambilnya. Kakinya sudah berjinjit, tapi masih sulit untuk dijangkau.

"Yaak!! Gue nyerah deh hiks!"

Tanpa aba-aba seseorang datang mengambilkan buku yang ia maksud dan menyodorkannya di depan Ruhy.

Gadis itu menganga dengan pandangan kagum, namun yang pria itu lihat membuatnya bergidik ngeri.

"Ambil!" titah pria itu tanpa melihat lagi ke arah Ruhy.

"E--eh, iya! T--terima kasih, kak..?"

"Ari."

"Em.. makasih! Kak ari!"

"Hm"

Pria itu, Ari, meninggalkan Ruhy yang masih dengab senyuman lebarnya. Ia memegang jantungnya yang berdetak kencang, "aaaa barusan gue ngalamin hal-hal yang ada di novel, tapi adegan saling tatapnya nggak ada.." ucapnya dengan nada sedih.

"Badan tinggi, nggak kurus, nggak gemuk, kulit juga pas, tambah lagi wajahnya sedingin kulkas brrr.. aku jatuh cinta!! Kak Arii!! Hihi"

Ruhy kembali merapikan buku, namun sekarang dengan suasana hati yang berbeda, alias sedang berbunga-bunga.

Itulah Ruhy, gadis dengan segala perangai konyolnya. Kekurangannya cuma satu, ia mudah sekali baper.

Flashback Off

"Andai aja dulu lo gak bantuin gue ngambil bukunya Kak! Gue gak bakal suka ke lo kan, sudah nasib jadi cewek yang baperan, ya gini. Hal kecil aja bikin hati gue gak karuan, yah.. gue harap seiring berjalannya waktu, gue bisa lupain perasaan ini dan bisa menerimanya."

Thanks ya kak, atas buku nya.

Terkirim.

Ruhy menghela pelan, sudah cukup. Ia juga harus mencari kebahagiaan baru, lagi pula, Kefari memang tampan, tapi kelakuannya dulu tidak mencerminkan ketampanan wajahnya.

Dan itu cukup menjadi alasan kuat Ruhy agar berhenti menyukai Kefari.

Gampang baperan, susah move on.
Ada yang sama kayak Ruhy? Jika iya, semangat ya. Gak papa, seiring berjalannya waktu, kamu bisa kok lupain dia.

----------------------

Alhamdulillah,
Terima kasih, telah menjadi pembaca setia hehe😁

My Zauji (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang