Ku langkahkan kaki di atas tanah. Menatap rintik yang membasahi bumi. Membiarkan angin berhembus, menyejukkan tubuh. Hujan. Kau seperti angan. Kau seperti harapan. Seketika sirna.
Rinai hujan basahi aku.
Temani sepi yang menggengam.
Kala aku mengingatmu.
Dan semua saat manis itu.
•••
Pagi yang cerah. Musim telah berganti. Dingin menjadi semi. Udara menghangatkan tubuh. Bunga - bunga bermekaran indah di taman. Semerbak harum bunga mawar menyita perhatian.
Seorang gadis dengan anggun berjalan di taman. Sepersekian detik kemudian ia mendudukkan dirinya di bangku yang berada disana, menunggu kehadiran sosok yang dicintainya.
Yura, gadis cantik itu sedang menunggu kekasihnya di taman. Sesekali menyibakkan rambutnya yang panjang. Hari ini adalah hari yang spesial untuknya. Rasa gugup menyelimutinya. Pemuda yang dikasihinya akan menepati janjinya hari ini. Ia hanya tinggal menghitung jam.
Seorang pria datang menghampirinya. Mengusap lembut pucuk kepalanya. Kemudian mendudukkan diri di sebelah Yura. Gadis itu terlonjak kaget. Ia tak menyangka akan secepat ini bertemu dengannya lagi. Yura menangis bahagia. Memeluk erat pria dihadapannya.
Kyungsoo. Pria itu tersenyum simpul kearah gadis dihadapannya. Memberikan kehangatan lebih kepada gadis yang selama ini ia rindukan.
"Hey, mengapa kau menangis?" Tanya pria itu.
"Aku menangis karenamu, bodoh!" Jawabnya sesenggukan.
"Wah, kau tidak berubah ternyata. Kukira kau sudah berpaling kepada pria lain." Ucap Kyungsoo menggoda Yura.
Gadis itu kemudian menghentikan aksi memeluk Kyungsoo dan langsung memberikan tatapan seolah berkata 'Ingin sekali aku membunuhmu.'
Kyungsoo kemudian tertawa lepas. Sudah lama ia merindukan gadisnya ini. Sudah terhitung 4 tahun sejak dirinya pergi meninggalkan tanah kelahiran beserta kekasihnya.
"Kau lucu sekali saat seperti ini." Kyungsoo bersuara disela tawanya.
"Kejam sekali dirimu. Siapa yang mengajarimu seperti ini, huh? Kau semakin menyebalkan saja!" Ucap Yura sambil mempoutkan bibirnya. Memberikan ancang - ancang seolah ia akan meninggalkan pemuda bermata Owl itu.
Kyungsoo menarik tangan Yura. Menyesal telah memberikan candaan yang menyebalkan. Ia kemudian memeluk Yura erat.
"Jangan pergi, aku masih merindukanmu." Lirihnya.
Yura membalas pelukan hangat yang Kyungsoo berikan.
"Kita akan pergi kemana setelah ini?" Tanya Kyungsoo setelah melepas pelukannya.
"Aku lapar~" manja Yura.
"Kemana?"
"Didekat sini ada restoran yang nikmat. Kita kesana saja!" Ucap Yura penuh semangat.
Mereka pun segera meninggalkan taman dan pergi menuju restoran tersebut. Setelah sampai, mereka langsung memesan dan makan dengan lahap.
"Jangan berpaling dariku." Bisik Kyungsoo.
Yura yang tidak mengerti mengernyitkan dahinya. "Maksudmu?"
"Tidak. Hanya saja aku tak ingin kau jauh dariku." Jawab Kyungsoo. "Ahh, lupakan saja. Sebaiknya kita pulang." Kyungsoo dengan segera pergi ke kasir. Setelah itu mereka pulang.
Malam hari memang lebih indah dinikmati ketika kita sedang bersama kekasih. Berjalan di tengah keramaian kota, bercanda gurau di tengah keheningan. Terlihat menyenangkan, bukan?
"Yura~aah, apa kau masih mengingat saat kita berjalan berdua disini kau menangis?"
"Yak! Jangan mengatakannya!"
"Wajahmu memerah, haha." Tawa Kyungsoo pecah di tengah heningnya malam. Yura menutup wajahnya sambil menunduk malu.
"Jangan menertawakanku, bodoh!" Ucap Yura dengan nada tinggi.
Kyungsoo bungkam sambil menahan tawanya. Sebenarnya Kyungsoo tau bahwa Yura tidak marah. Namun ia ingin lebih menjahilinya lagi."Kau menangis karena aku tidak mengizinkanmu membeli es krim kesukaanmu, haha." Goda Kyungsoo.
"Berhentilah!" Teriak Yura. "Kau menang. Kubiarkan kau menang." Kyungsoo tertawa lepas. Masa - masa yang ia inginkan setelah lama meninggalkan orang - orang terkasihnya kini terwujud. Yura yang selalu merajuk tak berubah. Buktinya dia saat ini mempoutkan bibirnya sambil memukuli dada bidang Kyungsoo.
"Apa kau tidak lelah menangis selama 2 jam? Haha."
"Kyung! Jangan seperti itu!" Lagi - lagi Yura teriak. Ia tak terima Kyungsoo mengungkit masa lalu yang memalukan. Ia kemudian memukul Kyungsoo cukup kuat untuk membalas rasa malunya. Kyungsoo terdorong ke tengah jalan.
Di waktu yang bersamaan, sebuah mobil dengan kecepatan diatas rata - rata menabrak Kyungsoo. Tubuhnya terguling diatas mobil dan terjatuh. Namun pengendara mobil itu enggan menghentikan mobilnya, meninggalkan tubuh Kyungsoo yang bersimbah darah.
Yura membelalakkan mata. Mulut menganganya ia tutupi dengan kedua telapak tangan. Tubuhnya bergetar hebat. Ia lantas berlari menghampiri Kyungsoo.
"KYUNGSOO!!"
"Andwae, andwae! Kyungsoo ireona!! Jebal ireona!!" Ucapnya tergagap. Ia menyesal telah membiarkan tangan dinginnya mendorong tubuh Kyungsoo hingga ke tengah jalan.
Dengan sisa tenaga dan tubuh yang bergetar ia memeluk Kyungsoo. Membiarkan darah segar mengotori pakaiannya. Yura tak henti - hentinya melafalkan kata 'maaf' dan 'ireona.'
Ku tak bisa menggapaimu.
Takkan pernah bisa.
•••
"Hey, kau kenapa?"
"Ahh, tidak. Hanya sedikit mengenang masa lalu."
"Ra, aku tau ini berat, tapi kumohon jangan salahkan dirimu. That was an accident."
Yura tak bergeming. Perkataan pria di depannya memang benar. Tapi ini juga salahnya. Jika saja hari itu ia tidak mendorongnya, mungkin saat ini mereka bahagia bersama.
"Mama, Yurin ingin beli es krim disana!" Teriak seorang gadis kecil sembari menarik tangan Yura.
"Baiklah kita kesana."
"Yura, jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa memberitahuku. Aku akan selalu ada untukmu." Kata pria itu.
"Yak! Kau suamiku. Mari kita pergi. Yurin sudah menangis karena kau diam saja." Ucap Yura.
"Baiklah putri kecil, mari kita pergi." Balas pria itu sambil menggendong anaknya yang masih merajuk. Mereka tertawa lepas. Membiasakan diri untuk tetap tegar dan membahagiakan orang - orang tersayangnya. Masa yang lalu biarlah berlalu.
.
.
.
.
.Hidup memang lucu. Jika kita tidak ditakdirkan bersama, mengapa kita dipertemukan. Memang, setiap pertemuan pasti akan diakhiri perpisahan. Namun Yura tidak menerima perpisahan dengan cara yang tragis. Ia lebih berharap jika nanti perpisahannya dengan JongIn dan Yurin tak akan setragis perpisahannya dengan Kyungsoo.
Kau hanya mimpi bagiku.
Tak untuk jadi nyata.
Dan segala rasa buatmu.
Harus padam dan berakhir.
END
Cerita ini udh lama ada di anything's, tpi kyknya lebih enak klo disimpen di work ini. Hehe
Ga ada yg aku revisi sih, klo gmau dibaca jg gpp. Aku cma mau rapiin work sebelah. Maaf klo mengecewakan :(
See ya on next story 🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
For You | KJD ✓
FanfictionHanya sebuah kisah klasik kehidupan seorang Kim Jongdae. Only one/two shot story. Mostly sad ending. ©hungrypluxie, 2019