Temaram lampu cukup menerangi sesosok pria yang tengah terbaring di ranjangnya. Ia memejamkan mata sembari menikmati kenyamanan nya setelah seharian bekerja.
Yup, bekerja. Sebenarnya ia masih kuliah tetapi sepertinya bekerja paruh waktu merupakan kesenangan tersendiri baginya. Namun entah mengapa saat ini tubuhnya kembali melemah dan ia tak dapat leluasa untuk melakukan sesuatu.
Keheningan menyelimutinya. Tak begitu lama. Sesaat kemudian terdengar suara yang tercipta dari benda pipih berteknologi, menampilkan nomor seniornya di tempat ia bekerja.
"Yeoboseyo?"
"Apa kau sudah sampai?"
'selalu seperti ini.' batinnya sembari tersenyum.
"Aku baik-baik saja, hyung. Kau tidak perlu khawatir."
Lelaki di seberang sana tertawa kikuk. Merasa malu terhadap dirinya yang bersikap over protective pada lawan bicaranya.
"Ahh, Jongdae. Sebaiknya kau istirahat. Bukankah kau akan ada kelas besok pagi?" Ia berbicara lagi menghilangkan senyap diantara keduanya.
"Ya. Kau hati-hati di jalan, hyung."
"Ne, jaljayo."
Sambungan diputus secara sepihak. Jongdae, lelaki yang sedari tadi berbaring itu mulai beranjak dari ranjang dan menghampiri kamar mandi untuk sekedar menyegarkan diri. Ia memandangi wajahnya dari pantulan cermin. Mata sayu, bibir yang kering serta pucat segera menyadarkannya. Kemudian ia beralih mendekati ranjangnya kembali dan membuka laci nakas yang terdapat di sebelahnya. Mengambil sesuatu lantas meminumnya. Setelahnya ia terjun ke alam mimpi.
°•.•°
"Annyeong!" Sapa nya ramah.
"Ne, annyeong."
"Omo! Jongdae, annyeong!"
"Hai, Jongdae."
"Uri Jongdae~"
"Jongdae, kyaa!!"
Sekiranya begitulah keadaan di kampusnya ketika Jongdae menyapa. Yaa, sifatnya yang ramah, mudah bergaul, rendah hati dan murah senyum menjadikannya sebagai teladan para mahasiswa. Dia selalu bisa memikat para kaum hawa dengan pribadinya yang hangat juga kepintarannya. Tidak, lebih tepatnya 'kecerdasannya.'
"Kyaaa, uri Jongdae!" Ledek seorang lelaki yang saat ini tengah merangkul Jongdae.
"Wae? Wae? Ada apa lagi, huh?"
"Tidak, ekhm." Lelaki itu kemudian melepas rangkulannya dan mulai membenarkan kemeja kebesarannya. "Mari kita ke kelas tuan Kim Jongdae-ssi."
Jongdae terkekeh melihat tingkah lelaki di sebelahnya seakan ia menjadi seorang bodyguard.
"Apa yang kau lakukan, pabbo?" Sedang yang ditanya hanya cengengesan. "Ahh, arasseo. Ayo!"
Mereka berdua bergegas menuju kantin. Yup, lelaki yang sedari tadi bersamanya tengah memberi kode agar dirinya bisa mendapat makanan secara cuma-cuma dari Jongdae.
"Yak, kalian tidak mengajakku." Cibir lelaki lainnya yang kini tengah berdiri disamping meja Jongdae.
"Tanpa ku ajak juga kau pasti akan kemari, Chanyeol." Bukan Jongdae yang menjawab, melainkan lelaki yang kini menyuap ramyeon ke mulutnya. Jongdae hanya bisa diam jika kedua temannya ini sudah beradu mulut. Karena baginya, percuma saja menengahi tak akan ada yang mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You | KJD ✓
FanfictionHanya sebuah kisah klasik kehidupan seorang Kim Jongdae. Only one/two shot story. Mostly sad ending. ©hungrypluxie, 2019