𝕽𝖊𝖌𝖗𝖊𝖙 (ChenMin)

643 61 33
                                    

"Jongdae, bangunlah. Sampai kapan kau akan terus seperti ini?"

"Kami merindukan tawa renyah mu."

"Kami rindu perhatianmu."

"Lihat, Sehun tak henti-hentinya menangis karenamu."

Junmyeon meremas bahu Minseok. Semenjak kecelakaan itu, Jongdae tak sadarkan diri. Bahkan hingga saat ini, obsidian itu masih tertutup rapat.

"Dae, kapan kau akan kembali? Hyung merindukanmu."

Minseok, lelaki bermarga Kim itu tak hentinya menangis. Ia juga sesekali menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi pada adiknya. Meski pada kenyataannya itu bukanlah kesalahannya.

Jongdae koma. Dan hari ini adalah tepat 5 bulan dari awal Jongdae dinyatakan koma oleh dokter.

Dan dari awal Jongdae dilarikan ke rumah sakit, keadaannya tak membaik barang sedikitpun. Pernah sekali keadaannya memburuk dan hampir saja dokter mencatat tanggal kematiannya. Tapi untung saja saat itu jantung milik Jongdae kembali berdetak. Menyisakan sedikit kelegaan dari lubuk hati mereka yang menunggunya untuk kembali.

"Jongdae, aku akan benar-benar menyusulmu jika kau pergi."

Flashback on

"Kim Jongdae!! Dimana kau?!" Teriak Minseok dari kamarnya.

Hening. Tak ada jawaban.

"Yak! Kim Jongdae!!"

"Wae?? Ada apa? Tak perlu berteriak! Ini rumah bukan rumah sakit." Ucap Jongdae.

"Bodoh. Di rumah sakit mana bisa berteriak!"

"Kalau begitu jangan berteriak!"

"Aku tak berteriak! Kau yang berteriak!"

"Kau yang berteriak hyung!"

"Jinjja?!!"

"Astaga! Kenapa kalian berteriak?" Tanya eomma dihadapan kedua putranya.

"Eomma!! Jongdae memakan bakpao kesukaanku!!" Adu Minseok pada eomma.

"Ya! Ya! Ya! Jangan sembarang menuduh kalau tak ada bukti!" Sambar Jongdae.

"Tanpa ada bukti pun aku pasti tahu kau yang memakannya!!" Minseok kembali menyerbu Jongdae dengan teriakannya.

Jongdae tak ingin kalah. Ini bukan salahnya.

"Bukan aku pelakunya!!" Ucapnya. Sambil berteriak tentunya.

"Bisakah kalian diam?! Jangan berteriak!"

"Kau juga berteriak eomma!!" Minseok dan Jongdae menyambar kalimat eomma yang membuat sang eomma tersentak dan sedikit mundur.

"Astaga, benarkah?" Eomma kemudian menarik telinga kedua putranya. Ia cukup geram. Hampir setiap hari mereka berteriak tak jelas seperti ini.

"A-ah e-eomma! Sakit! Lepaskan!"

"Eomma sakit!"

"Tak akan eomma lepaskan sebelum kalian berhenti berteriak."

"Aa-aa, k-kami tak a-akan berteriak lagi! Eomma sakit!!"

"Baguslah." Eomma kemudian melepas telinga mereka berdua.

"Jadi, ada apa lagi? Kenapa kalian berteriak?"

"Dia--" Minseok kembali meninggikan suaranya.

"Minseok.." eomma menatapnya tajam.

For You | KJD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang