Ganda (ChanChen)

540 55 10
                                    

Seperti biasa, Jongdae tiba kampusnya. Banyak pasang mata menyambutnya dengan penuh kebencian.

Jongdae sudah biasa. Toh, semua itu sudah menjadi makanan pokoknya sehari-hari. Jangankan para teman sebayanya. Dosen sekalipun melempar tatapan itu.

Jongdae duduk di kursinya. Membuka halaman demi halaman dari buku yang ia baca. Ia juga memperhatikan dosen didepannya. Menangkap materi yang disampaikan. Hingga dirinya mengantuk dan tak tahu apapun setelahnya.

**

Jongdae terbangun ketika hari mulai gelap. Ia masih berada di tempat yang sama namun dengan posisi berbeda. Ia tak memusingkan hal itu. Toh, mungkin saja ia bergerak tak nyaman ketika tengah tertidur.

Ia keluar dari kelasnya. Memandang satu persatu kelas yang dilewatinya. Semuanya nampak gelap.

Setelah keluar dari gedung fakultasnya, lelaki itu berjalan menghampiri kendaraannya yang terparkir.

Malam ini jalanan renggang. Tak seperti biasanya. Jongdae melajukan mobilnya pada kecepatan rata-rata. Matanya terbuka lebar karena dirinya baru saja bangun dari tidurnya.

Setelah sampai di apartemennya. Pemuda itu membersihkan dirinya dan kembali ke rutinitasnya. Membuka laptop dan mengerjakan tugasnya.

Satu cangkir kopi yang telah disiapkan sebelumnya kini ia tenggak hingga tersisa setengahnya.

Matanya semakin melebar. Tugasnya pun terjawab semua dengan mudahnya.

Tak ada yang menyenangkan memang dari kehidupan seorang Kim Jongdae. Kesehariannya tak pernah berganti. Mungkin jika jadwal masuk kelasnya berpindah waktu akan sedikit berbeda. Namun, kegiatannya hanya itu-itu saja.

Tidur, masuk kampus, pulang, makan jika sempat, minum kopi selalu, mengerjakan tugasnya dan tidur kembali. Kurang lebih seperti itu siklusnya. Tak pernah berubah. Membosankan bukan?

**

Hari terus berganti. Mungkin ini puncak dari segala tatapan itu. Atau mungkin awal? Jongdae tak tahu. Hanya saja setiap ia melangkah ada saja seseorang atau sekelompok orang yang mengusiknya.

Jongdae diam. Bukan takut namun malas menganggapi. Meski Chanyeol yang tubuhnya dua kali lipat darinya berteriak lantang pun Jongdae malas. Karena tujuannya pergi ke kampus adalah belajar, bukan cari perkara.

"Kim Jongdae sialan! Jangan pernah tunjukkan wajahmu busukmu itu!" Teriak Chanyeol.

"Dia sebatang kara kan? Pantas saja. Mungkin kedua orangtuanya membuang dia karena sifatnya." Seseorang menanggapi kalimat Chanyeol.

Jongdae mengepalkan tangannya. Berusaha tenang. Sebisa mungkin Jongdae berusaha tenang.

"Orangtua mana yang ingin memiliki anak dengan sifat sepertinya? Haha." Lagi dan lagi. Kalimat buruk untuknya terlontar. Tapi Jongdae harus sabar. Ia tak boleh goyah hanya karena kalimat mereka.

Pemuda bermarga Kim itu mempercepat langkahnya. Mencoba untuk menjauh dari kerumunan orang-orang disana. Tapi para pemuda disana memiliki kaki yang cukup panjang. Mereka dengan mudah menangkap dan mencekal lengan Jongdae.

"Hey, lihat. Sepertinya hari ini ia tak ganas. Hahaha."

Guyonan macam apa ini? Jongdae bukanlah hewan buas yang biasa menerkam mangsanya.

"Siapa lagi yang kau korbankan, huh?" Tanya Chanyeol.

Lengan Jongdae semakin dicengkeram dengan kuat. Panasnya kemeja yang bergesekan dengan kulit karena Jongdae memaksa untuk melepasnya malah membuat lengannya terasa perih.

For You | KJD ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang