Suara langkah kaki terdengar menggema di sebuah lorong gedung tua. Perlahan, langkah kakinya semakin kecil. Menandakan bahwa dirinya berhenti berjalan. Menatap lurus ke depan dengan pandangan yang sulit diartikan. Lelaki itu menunjukkan smirk. Satu kalimat singkat mengakhiri senyumannya.
"Aku akan membunuhmu"
________
"Bang, aku mau ikut ke kantor abang ya?"
"Emang kamu mau ngapain di kantor abang?" Tanya Jongdae.
"Y-ya, ngga kenapa - napa. Cuma ya.."
"Hm?"
"Yaudah gak jadi, aku disini aja."
Kiyeol kembali mendudukkan dirinya di sofa sebelah Jongdae. Sesekali ia menggerutu karena tak dapat ikut pergi bersama kakaknya.
Entah mengapa, rasanya Kiyeol ingin sekali berada di dekat Jongdae. Dirinya tak ingin berpisah dengan Jongdae. Ia ketakutan. Takut jika sesuatu yang buruk akan terjadi pada kakaknya.
"Yaudah kalo gitu, abang berangkat dulu ya. Kalo mau jalan-jalan, jangan lupa tutup pintunya." Pesan Jongdae yang dibalas anggukan kecil dari Kiyeol.
Jongdae megacak gemas rambut Kiyeol kemudian keluar dari apartemennya. Tapi ia merasakan sesuatu yang mengganjal. Karena tak ingin menyia-nyiakan waktu, ia lantas mencoba acuh dan melanjutkan perjalanannya.
________
"Whoa! Keren! Tapi kayaknya masih keren kalo malem deh." Monolog Kiyeol. Saat ini ia berada di atap apartemennya. Dirinya masih saja asyik bergumam menatap keindahan Seoul dari atap.
Sesaat kemudian, sebuah getaran dari ponsel membuyarkan lamunannya.
Abang cempreng
"Halo?"
"Halo, dek. Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Jongdae penuh kekhawatiran.
"Aku gak kenapa-napa kok, emang kenapa?"
"Syukur kalo gitu. Oiya, abang kayaknya bakal pulang larut deh hari ini, kamu gak apa-apa kan?"
Kiyeol menghela napas. Padahal niat nya berada di negeri ginseng ini agar bisa menghabiskan waktu bersama kakaknya tapi sayangnya itu tak berlaku, mungkin.
Sebisa mungkin ia melontarkan kata-kata cerianya, walau sebenarnya sangat pahit.
"Iya bang gak apa-apa kok."
"Yaudah kalo gitu. Abang matiin ya telepon nya. Kamu jaga diri baik-baik."
"Iya, bang."
Sambungan terputus. Sepertinya ia akan merasa bosan lagi untuk hari ini.
Kiyeol kembali menatap gedung-gedung itu. Hembusan angin menyapa wajah cantiknya. Tanpa sadar, dirinya kini tengah diawasi oleh seseorang dibalik dinding. Sebilah pisau berada di tangan kanannya.
Perlahan, kakinya melangkah. Menghampiri Kiyeol yang kini bertolakbelakang dengan posisinya. Diangkatnya pisau itu menuju udara, ia berancang-ancang. Siap menikam gadis imut itu dalam hitungan detik.
Setelahnya, bau amis menusuk indera penciuman orang itu. Pisau tajam yang menempel itu kini ditariknya. Ia mendekati Kiyeol dan memukul bahunya keras. Kemudian tanpa berkata apapun, ia berlari meninggalkan sasarannya.
________
23.56
Pintu apartemen terbuka. Menampakkan sosok lelaki yang kini merasa lelah. Harus ia akui, pekerjaannya semakin hari semakin menumpuk dan membuatnya harus membuang energi agar pekerjaan tersebut cepat selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You | KJD ✓
FanficHanya sebuah kisah klasik kehidupan seorang Kim Jongdae. Only one/two shot story. Mostly sad ending. ©hungrypluxie, 2019