luke & amy - 197

327 38 5
                                    

× Amy ×

"Colsson?"

Dia menatapku, lalu tersenyum tipis. Dia sibuk akhir-akhir ini, sering menghias harinya bersama teman-teman lamanya yang katanya tinggal disini. "Kau oke?" Aku bertanya, dan dia hanya mengangguk. Yah, kau tahu, semenjak aku menolaknya, dia lumayan menjauh dariku, mungkin dia juga butuh waktu.

Aku sekarang sudah berjalan-jalan bersama Colsson, hanya aku dan dia. "Aku akan membeli makanan dulu, kau tunggu disini saja." Aku mengangguk, dan ia pergi begitu saja meninggalkan aku. Aku teringat saat ia mengucapkan selamat tinggal untuk pertama kalinya dan aku menginginkan dia kembali.

Sungguh, dia sangat membuatku nyaman, dan aku sangat menyayanginya dan ingin sekali menjaganya seperti ia menjaga Corliss, yah, walau aku tahu aku tidak sebisa itu. Tapi, setidaknya aku berusaha. "Aku bersyukur kepada Tuhan karena aku dipertemukan dengan malaikat,"

Aku berbalik, ku kira ada laki-laki yang sedang meledek pacarnya. Tapi, yang ku lihat ada Dylan, dihadapanku-- sedang tersenyum puas. "Senang sekali bertemu denganmu, lagi." Aku mendengus, lalu memberi senyuman tipis kepadanya. "Kau sendiri?" Tanya dia, dan aku hanya menggeleng.

Dia merangkul aku seketika, Ya Tuhan, aku baru menyadari kalau dia lebih tinggi dari pada aku! Yah, walau hanya sedikit tapi tetap saja! "Mau berkeliling?" Aku menggeleng, dan melepaskan tangannya yang menyantel dibahuku. "Bisakah kau memberi jarak?" Dan dia bergeser satu langkah.

"Dylan, kau bisa pergi. Aku tidak mau diganggu," Dia tertawa, "Amy," Aku masih diam, masih menatap sepatu-ku yang sudah sedikit kusam, "Lihat aku," Aku melihat wajahnya, yang sedang terlihat sangat senang. "Tidakkah kau menyadari kalau aku tertarik padamu?"

Tidak. Bocah macam apa dia menyukai aku? Sinting, "Tidak, apakah kau tahu kalau Corliss sangat tergila-gila padamu?" Aku menjawab dengan kesal, dan dia tertawa. Oh, Tuhan! "Amy, dengar, aku tahu itu. Dan aku menyukainya juga. Kami sudah berciuman. Dia belum cerita, ya?"

Apa?! Corliss tidak menceritakan apa-apa! "Tapi, yah, aku belum menyatakan perasaanku." Bodoh, dia begitu bodoh. "Lalu, kenapa kau bilang kalau kau tertarik padaku?" Ku lihat bibirnya tersenyum nakal. "Kau seperti malaikat, aku bersumpah." Gombal sekali.

"Aku hanya ingin kau tahu kalau kau itu seperti malaikat, Amy. Aku tidak ingin menganggu, tapi aku hanya ingin mengatakan ini. Kau seperti malaikat, sangat anggun-- dan bahkan sangat sempurna dimataku. Aku percaya bahwa semua laki-laki menganggapmu malaikat,"

Aku tertawa, tapi, sialan dengan Dylan! Dia berhasil membuat pipiku merona, "Berlebihan, lupakan semuanya." Kata ku, dan aku menatap sepatu-ku kembali. "Baik, apakah kau mau membantu-ku? Aku akan menyatakan perasaanku," Apa? Dia meminta tolong padaku?

"Oke, kapan?" Tanyaku singkat, "Aku kabari kapan-kapan." Jawabnya seperti dia mempunyai nomor telefonku. "Aku takut Corliss tahu kalau kau selalu memuji aku, Dylan." Kataku, dan dia hanya tertawa. Sekali lagi, dia hanya tertawa. "Tidakkah kau tahu kalau setiap hari aku dan dia selalu memuji kau? Dia tahu kalau aku memujimu malaikat."

Dia gila. Dia benar-benar gila.

"Apakah dia cemburu?!" Tanyaku panik, "Tentu saja, tidak." Jawabnya dengan sangat santai, "Begini, kita teman. Oke?" Dan dia meminta padaku untuk sekali lagi menatapnya. Aku mengangguk, dan kami sekarang berteman. "Jadi, aku punya penggemar?" Aku dan Dylan sama-sama tertawa.

"Ya, aku." Bagus, berikan tepuk tangan yang meriah. Sedang apa Luke disan-- Sial. Selalu saja, dengan tiba-tiba pikiran ini datang. Semua tentang Luke, selalu datang begitu saja tanpa diminta. Yah, aku baik dengannya, dia masih memperlakukan aku seperti dulu.

Eh, apakah Luke menganggap aku malaikat?

Bodoh, tentu saja tidak.

Bodoh, tentu saja iya! Kau tahu betapa besarnya dia menginginkan kau kembali ke dalam hidupnya?

Kemarin, aku bertanya padanya, apakah kau akan bertanya kepadaku kalau LA akan kembali bersatu seperti kota Los Angeles? Aku bersumpah! Aku benar-benar bertanya tentang itu. Dan, aku masih ingat dia menjawab, Tentu saja. Tunggu aku berdiri tampan dihadapanmu, love.

Aku tersenyum tiba-tiba, memikirkan itu lagi hanya membuatku seperti orang tidak waras. "Kau sedang bersama Colsson, kan?" Tanya Dylan tiba-tiba, membuyarkan lamunanku. Aku mengangguk, "Ternyata benar. Kalau begitu, ayo, aku antarkan kau pulang." Eh?

"Maksudmu apa? Aku sedang menunggu Colsson," Dia tertawa pelan. "Aku mengikuti-mu dari awal kalian berangkat sampai sekarang. Jangan katakan padaku kalau aku gila dan tidak punya pekerjaan selain ini, aku disuruh-- Bukan. Tadinya Corliss ingin yang mengikuti kalian, tapi, aku larang dia jadi aku menggantikannya,"

Oh, jadi, Dylan bisa romantis juga? "Jadi, ayo." Dia mulai berjalan sementara aku masih terdiam, "Tunggu." Dia berhenti berjalan, "Kenapa kalian ingin mengikuti-ku? Kenapa? Kalian gila?" Dylan menatapku kesal, "Karena kami tahu pada hari akhirnya Colsson akan meninggalkanmu," Apa?

"Aku tidak mengerti apa yang kau--"

"Dia meninggalkanmu, malaikat. Dia berbohong kalau dia akan membeli sesuatu. Dia akan meninggalkanmu sampai malam. Mungkin kalau aku tidak menghampirimu sampai esok, kau sudah menjadi orang tidak waras."

"Ap-- apa? Bagaimana kau tahu kalau ia akan meninggalkan aku? Seperti ini, wahai penggemar-ku?"

"Karena kata Corliss, Colsson memang selalu begitu setiap dia-- Ah! Ayo, pulang!"

GLASGOW :: l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang