luke & amy - 225

255 31 0
                                    

× Amy ×

"Kau terlihat baik,"

Disana, Clarisse tersenyum manis. Wajahnya masih sedikit pucat, dan untuk pertama kalinya aku melihat dia begitu sangat rapuh. Sangat sakit. Tentu saja, dan sangat menyeramkan. Tapi, entahlah, ia bilang keadaan dia sudah membaik, tapi menurutku, ini masih parah.

"Calum dan Luke selalu menemaniku," Keren, berita yang bagus. "Begitu? Luke juga? Wah--" Clarisse tertawa, "Kau merindukannya?" Aku menggeleng. Apa? Aku tidak merindukannya? Aku sudah gila. Aku bohong. "Sampai nanti, Clarisse. Aku ingin makan siang dulu,"

Dia menatapku kesal lalu wajah Clarisse seketika berubah dilayar. Aku langsung ke bawah menuju dapur, lalu mendapati Sophie yang sedang asik memasak. "Kau mau makan, eh? Tunggu, ya," Aku mengangguk santai. "Cal tidak sekolah?" Ku dapati Cal sedang memeluk gulingnya disofa.

"Sakit," Aku menuju ke sofa tengah lalu mencubit pelan pipi Cal. "Am, aku sakit." Katanya dengan manja. "Apa yang terjadi memangnya?" Aku bertanya lembut, "Tidak tahu, badanku panas dan palaku sangat sakit," Jawabnya masih dengan nada manja. "Kalau begitu, istirahat. Cepat sembuh, oke?"

Dia tersenyum kepadaku, "Colsson dimana?" Tanyaku, Cal hanya mengangkat bahu dengan artian ia tidak tahu dimana Colsson. Seketika itu juga, Sophie datang dari dapur membawakan satu gelas untuk Cal. Susu. "Minum ini," Perintah Sophie, lalu Cal duduk dengan lesu dan meneguk susunya.

"Anak Nyonya Smith mencari-mu, kemarin."

Siapa?

Nyonya Smith?

Anaknya?

Siapa--

"Adam?" Sophie mengangkat bahunya, mungkin ia tidak tahu nama anak Nyonya Smith. "Apa katanya?" Aku bertanya, "Dia hanya menanyakan kabar, dia bertanya-tanya mengapa kau tidak pernah ke rumahnya lagi." Sialan, untuk apa aku ke rumahnya lagi?

Meminta jawaban? Percuma, aku yakin sekali pasti Adam tidak akan menjawabnya. Jail sekali rupanya! Cal menaruh gelas yang sudah tidak berisi ke meja, lalu kembali tiduran. "Dia memang menyebalkan!" Jawabku kesal, Sophie tertawa. "Teman, bukan begitu?"

Teman?

Teman apanya? Baiklah, terserah Sophie saja. "Colsson dimana?" Tanyaku pada Sophie, "Dia pergi. Tapi, aku tidak tahu kemana ia pergi," Kata Sophie sambil memandang Cal. "Aku tahu!" Sontak Cal, "Dia ingin membeli sepatu," Aku mendengus. Kesal. Jelas saja, dia tidak mengajakku untuk pergi membeli sesuatu?

Menyebalkan, sangat. "Hahaha, jangan marah." Kata Sophie lalu beranjak pergi menuju dapur. Suara pintu terbuka, "Aku pulang," Kudengar suara Colsson lalu ku lihat ia sedang menenteng sesuatu. "Hey, sudah merasa baik?" Tanya Colsson kepada adiknya.

Cal menggeleng manja, lalu Colsson memberikan senyuman hangatnya kepada Cal. Manis. Seperti Luke. Ah sial, bicara apa aku tadi? "Ah, buka dan coba barangnya." Dia menyerahkan tentengan itu dan ternyata itu berisi kotak dus sepatu. "Kenapa aku?" Dia duduk disampingku,

"Coba saja."

Aku membuka kotaknya, ternyata sepatunya bermodel untuk seorang perempuan. Dan astaga, aku bahkan mau sepatu ini! Lucu, dan sangat ingin ku pakai. Ku ambil sepatu kanan lalu ku coba. Semuanya pas, terlihat sempurna. "Untunglah pas," Kata Colsson lega. "Ini untuk... pacar baru?"

Dia tertawa, gila. "Untukmu, bodoh. Lihatlah sepatu yang kau punya. Sudah terlihat aneh dan tidak layak untuk dipakai lagi. Aku sudah mengajakmu berapa kali untuk membeli sepatu? Teganya dirimu selalu menolak, Zenih. Aku tidak tahan, jadi, itu punyamu."

Dia gila.

Dia benar-benar gila.

"Kau gila? Sepatuku masih sangat baik," Dia dan Cal tertawa bersama. "Apanya yang baik, eh? Kau yang gila. Jangan sok jual mahal, Zenith, itu untukmu dan ambil saja." Ah, aku merasa tidak enak. Benar juga, jangan sok jual mahal. "Terimakasih. Mau ku balas sesuatu?"

Dia menggeleng, "Pakai saja. Gunakan saja. Itu sudah lebih dari cukup," Aku tersenyum mendengarnya. Dia baik. Dia keren. Dia hebat. Dan aku suka dia. Dia adalah kakak terbaik yang pernah aku punya-- maaf, hanya dia kakakku. "Biarkan Cal tidur, ayo kita ke atas, Am?"

GLASGOW :: l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang