luke & amy - 192

342 46 1
                                    

× Amy ×

"Bodoh?! Jangan! Jangan katakan kepadaku kalau-- kalau kau menerimanya?!" Tanya Clarisse disana dengan nada kasar, aku cekikikan mendengarnya. Yah, aku rindu padanya jadi ku putuskan untuk meneleponnya, mungkin saja rasa rindu-ku berkurang setelah aku mendengar suaranya.

"Amy! Aku tidak bercanda!"

Aku tertawa lagi, dan Clarisse mengomel dengan nada yang seram, dia bilang aku menyebalkan. "Dengar, Clarisse, aku tidak menerimanya," lalu aku tersenyum senang, sementara Clarisse, "OH TUHAN! TERIMAKASIH!" Katanya dengan nada bersyukur yang semakin membuatku tertawa, "Aku lega mendengarnya,"

Aku tersenyum, lalu berkata kepada Clarisse kalau aku harus pergi. "Kau sudah sarapan?" Tanya Sophie yang tiba-tiba datang dari dapur, aku mengangguk menjawab pertanyaan-nya. Cal dan Corliss sedang sekolah, sementara aku tidak tahu kemana Colsson sekarang.

Sophie duduk disampingku, sambil membereskan pakaian milik Calvert dikeranjang yang ia bawa, "Aku yakin Colsson masih menyukaimu," Sophie berkata sambil tersenyum. "Yah, tapi," Tapi apa, Amy? "Bagaimana dengan masa lalumu?" Tanya Sophie dengan heran, "Oh Tuhan. Sophie, maafkan aku--"

"Tidak apa. Kau bosan dirumah terus?" Tanya Sophie, "Ya, begitulah." Sophie menaruh keranjang disampingnya lalu meneguk satu gelas air mineral yang ia bawa dari dapur. "Dimana Colsson?" Aku bertanya, "Tidak tahu, mungkin bertemu teman lamanya." Teman lamanya? "Teman lamanya juga ada yang tinggal disini?" Aku bertanya heran, lalu Sophie mengangguk.

"Kau mau mencari suatu kerjaan agar kau tidak--"

"Ya, Sophie! Aku ingin sekali, tapi, apa yang harus ku kerjakan? Aku ingin mengerjakan diluar rumah," Jawabku dengan lemas, "Jangan khawatir, aku akan mencari." Aku mengangguk lalu ber-terimakasih. Lalu Sophie bangkit, dan pergi lagi menuju ke dapur.

Entahlah, aku bosan disini. Dan Colsson--

"Kenapa?"

"Kenapa kau berkata tidak?"

"Aku tidak marah kepadamu, hanya--"

Kejadian itu lagi, mengusik-ku terus-menerus. Sialan dengan semuanya. Malam itu, Colsson mengajakku duduk ditangga depan rumah dan aku menerima ajakannya. Kami mengobrol tentang semuanya, tentang kota yang indah ini, tentang masa lalu, dan dia menanyakan tentang jawaban.

Iya, jawaban dari pertanyaan-nya yang tidak ku ketahui apa jawabannya. Dia bertanya waktu itu, "Amy sayang, kalau aku boleh tau sekarang, apa jawaban dari pertanyaan ku yang waktu itu?" Aku terkaget, dan dengan malas aku bertanya, "Pertanyaan-mu yang mana? Kau tahu, kau selalu bertanya kepadaku, dan pasti aku bingung--"

"Yang itu, saat malam hari. Saat pulang dari katedral," Dan ia menjawabnya dengan serius, tidak mau ada rasa bercanda. Aku bingung apa jawabannya, rasanya, aku tidak mau menyakitinya. Tapi, bagaimana? Aku menyayanginya-- sungguh! Tapi, rasa sayangnya seperti aku menyayangi Clarisse, seperti itu!

"Hmm," Ku jawab dengan nada berpikir, dan Colsson menatap wajahku, dengan serius dan penuh pertanyaan diotaknya. Aku menunduk, dan aku benar-benar tidak mau kehilangan dia. "Maaf, Colsson. Apakah kau akan menjauh dariku setelah ini? Aku berharap kau akan selalu menjadi kakakku serta sahabatku yang selalu ada untukku,"

Ku tatap dia, dia menunduk dengan wajah kecewanya lalu tersenyum tipis, serta sangat pahit. "Aku akan selalu denganmu, oke? Jangan khawatir, dan, yah, anggap saja aku tidak pernah bertanya apa-apa," Lalu, ku peluk dia. Ku peluk dia dengan rasa kehangatan, dan tidak berapa lama ia melepaskannya.

"Amy, aku minta maaf."

"Untuk apa? Seharusnya, kan, aku yang meminta--"

"Untuk ini,"

Dan dia mendaratkan bibirnya dibibirku, dan kami berciuman. Ku ulang, kami berciuman. Mau ku ulangi, lagi? Baik, sekali lagi, aku merasakan bibirnya untuk kedua kalinya. Jujur, aku menyukai bibirnya. Setelah itu, "Kau keren. Aku menyukai bibirmu, jaga untukku, ya."

Dan aku tertawa, ternyata kata-katanya tadi benar-benar serius. "Kau selalu menjadi milikku, bukan begitu?" Tanyanya sambil menatap langit, "Iya, betul." Aku menjawabnya dengan lembut.

"Lihatlah ke atas, dan hitung berapa banyak bintang yang kau lihat." Aku mendongak, menatap langit, Oh Tuhan, tidakkah Colsson berpikir kalau bintang itu sangat banyak? "Dengar, Colsson, kau bosoh atau apa? Bintang ipyang ku lihat sangat banyak," Dia tertawa, "Kau mendengar aku atau tidak? Hitung saja,"

"Satu, dua... Tiga, empat-- tidak terhitung,"

"Sangat banyak maksudnya?" Katanya, lalu aku mengangguk dengan lesu. "Kalau begitu, aku menyukaimu sebanyak bintang yang dilangit, apa katamu-- Ya, tidak terhitung." Pipiku merona, dan aku tersenyum. Tersenyum puas, rasanya seperti Luke memanggilku dengan 'love.'

"Begitu, ya-- tidak terhitung." Colsson tertawa, "Kenapa?" Katanya, "Kenapa kau berkata tidak?" Katanya lagi, "Aku tidak marah kepadamu, hanya--" Dia terdiam, menatap langit lagi. "Hanya kecewa? Ya Tuhan, Colsson! Aku meminta maaf." Dia menatapku dengan tulus malam itu, "Semuanya tidak masalah, jadi, kena--"

"Karena aku tidak bisa, Colsson. Semuanya tidak bisa. Aku tidak bisa menyukaimu dan menyayangimu seperti perasaan itu kepada Luke. Aku tidak bisa berpaling dari masa laluku, dengan artian aku tidak bisa melupakan Luke. Dia, masih ku kenang dan masih selalu ku ingat, walau aku tidak mau memikirkannya, tapi ia selalu datang. Seperti, semuanya sudah permanen,"

Aku berkata dengan sangat jujur malam itu, ku lihat matanya, disana ada kesedihan dan ke-kecewaan yang sangat dalam. "Kalau begitu, men-- mencoba?" Benar sekali, bukannya aku sudah mencoba? "Bukannya kau tahu kalau aku sudah mencoba? Jadi, aku di Glasgow sekarang, bukankah kau tahu sampai sekarang aku masih mencoba?"

Dia menunduk, "Colsson, aku minta maaf. Aku mencintaimu," Ku tatap wajahnya, dan ia menatap wajahku, "Aku tahu, aku selalu tahu itu. Walau 'seperti'-nya beda, kan?" Dan aku mengangguk, lalu meminta maaf lagi, "Aku oke, Amy. Aku tidak akan menjauh, semuanya selalu sama seperti dulu." Dan sebelum dia bangkit untuk masuk ke dalam, aku mencium pipi kanan-nya.

"Oh, ya," Kata Colsson sebelum ia menutup pintu, "Bagaimana dirimu dengan Luke?" Dia bertanya, dan aku menunduk, "Yah, ia akan menemui aku dimana aku berada." Ku tatap Colsson, wajahnya seperti bingung, "Apakah ia bilang padamu kalau ia dan Hillary berciuman?"

"Apa?"

"Kau tidak baca pesan dari Calum saat ia memberimu pesan? Aku tidak sengaja melihatnya saat cellphone-mu menyala," Aku kecewa, dan, aku menangis.

-- -- -- --

7+ vote ku lanjut. 1+ comment ku lanjut. MEHEHE LUV.

GLASGOW :: l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang