luke & amy - 231

280 34 5
                                    

× Amy ×

"Ini berbahaya, Amy!"

"Aku tahu, tapi--"

"Tidak! Jangan pernah mencobanya! Kau gila!"

"Aku hanya--"

"Kau depresi? Kau mau mati? Kau mau mencari sensasi atau apa?! Jangan peenah mencobanya lagi!"

Sekali lagi, Colason memandangku dengan sangat marah. Dia marah, dan ini benar-benar sangat menyeramkan. Awalnya, aku hanya mencoba mencari cutter untuk memotong sesuatu untuk menghias kamar. Ku pikir kalau mencoba sekali itu menyenangkan, ku pikir, lagi pula, mungkin aku juga sedang depresi. Ini bisa menjadi pengalaman yang tak pernah ku lupakan, kan?

Dan, aku mencobanya.

Hampir.

Seketika itu juga, Colsson membuka pintu lalu saat ia melihatku ingin menggores, ia langsung berlari ke tempat tidur dan mengambil cutter-nya. "Malaikat, aku minta maaf," Masih dengan nada dinginnya dia berkata lalu dia duduk disampingku, dipinggir tempat tidur.

"Aku tahu aku membuatmu takut, aku sangat menyeramkan. Tapi, jangan salahkan aku juga, kau yang membuatku begini." Aku tertawa kecil, entah kenapa. "Baiklah, aku minta maaf. Aku hanya mencobanya dan mungkin--"

"Sudah, aku tidak peduli," Katanya masih dengan nada yang sama. "Berjanji?" Katanya dengan lembut, "Berjanji untuk apa?" Tanyaku dengan polos, padahal aku tau maksud janjinya. "Tidak akan menyakiti sendiri. Baikpun hati, atau apapun itu. Berjanji padaku dan kalau mau, sakiti aku saja."

Astaga. Dia salah. Dylan salah. Corliss salah dan semuanya salah. Semuanya yang bilang aku seperti malaikat, yang panggil aku malaikat. Kau tau, siapa seharusnya yang memang pantas dipanggil malaikat? Ya, Colsson. Dia manusia malaikat paling baik yang pernah kutemui.

"Heh, berjanji?"

"Bagaimana ya--" Dia memukul lenganku, wajahnya masih marah. "Begini, kalau nanti ke depannya Luke sama sepertiku, jangan bertanya-tanya dan jangan heran." Apa? Dia membawa Luke lagi? Belum kenyang juga dia? "Ya Tuhan, tolong, jangan bahas dia." Colsson terdiam. "Jangan menyakiti diri sendiri, berjanjilah!"

Katanya agak kasar, aku menunduk, memandang cutter yang ada ditangan Colsson. "Baik," Dia akhirnya tersenyum walau sangat tipis. Dia bangkit untuk keluar kamar-- membawa cutter-nya. "Bisa aku pinjam barang itu? Aku belum selesai memotong,"

Dia berbalik, lalu menatapku dengan tatapan dasar-kau-bocah-idiot. "Apakah kau menyadari janji yang kau tepati? Pakai barang lain, kalau sampai pikiran gila-mu datang, buang dan panggil aku," Jawabnya dengan dingin, lalu berbalik dan membuka pintu.

"Colsson," Dia memandangku, "Terimakasih, aku menyayangimu." Dia salah tingkah seketika itu juga, lalu tersenyum padaku dan menutup pintunya. Dia terbaik, sangat terbaik.

* * *

Sebelumnya, maafin aku karena aku sibuknya parah. Loves TO, tugas dan kawannya. Baca ceritanya _fivesaucexx judulnya My Brother's Best Friend. jgn lupa divomments, punyaku juga, luvs

GLASGOW :: l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang