Chapter 04

100 31 10
                                        

Enjoy Readingnya Yourobun. Jangan hilap untuk pencet bintang di pojok kiri, ya.
.
.
.
.
.
.

"Lo mau nyopet?" tanya Gio saat Kiera malah memasukan tangannya ke dalam saku Hoodie milik Gio.

Gio dan Kiera sedang dalam perjalanan pulang sekarang. Tangis Kiera sudah benar-benar berhenti dari tadi, sudah tidak isakan lagi.

"Kagak, elah. Suudjon! Enakan kek begini," jawab Kiera kesal. Gio tidak menjawab lagi, dia fokus menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

"Yo?" Kiera meletakan dagunya di pundak Gio. Gio sedikit melirikan matanya ke arah Kiera. Jaraknya sangat dekat. Jika tidak ada helm, Gio yakin pipinya dengan pipi Kiera akan menempel.

"Hm." Gio menjawab seadanya.

"Laper," ucap Kiera dengan nada manja. Astaga. Sebenarnya, kenapa cewek ini?

"Makan?" Kiera mengangguk antusias. Perutnya sudah keroncongan dari tadi. Karena menangis, mungkin.

Gio meminggirkan motornya tepat di depan warung mie ayam. Wajah Kiera berbinar senang. Dengan buru-buru, Kiera turun dari motor. Membuat motor Gio sedikit oleng. Saat Gio ingin ngomel, Kiera sudah keburu masuk ke dalam dan memesan.

Gio menghampiri Kiera yang sudah duduk di bangku. Cowok itu menyimpan tas juga ponselnya di atas meja.

"Udah pesen?" tanya Gio. Kiera mengangguk.

"Udah. Punya lo juga," jawab Kiera riang. Gio hanya bergumam lalu memainkan handphonenya.

"Ini pesanannya kang," ucap Bapak penjual mie ayam, menyodorkan dua mangkuk mie. "Makasih, Pak." Bapak penjual mengangguk, lalu pergi.

"Nih." Gio menyodorkan satu mangkuk kepada Kiera yang langsung di sambut dengan suka hati oleh sang empu.

"Jangan banyak-banyak," ujar Gio saat melihat Kiera yang sudah memasukan lima sendok sambal ke dalam mie-nya.

"Nggak banyak. Baru lima," elak Kiera kembali memasukan sambal ke dalam mangkuk mie-nya.

"Udah. Atau, gue buang mie lo," ancam Gio. Kiera mendengus kesal. Dengan terpaksa dia tidak jadi menuangkan sambal ke-enamnya ke dalam mangkuk.

"Ish, lo mah gak asik! Orang gue udah biasa juga," ucap Kiera kesal seraya mengaduk-ngaduk mie-nya.

"Nanti lo sakit perut. Masih mending sakit perut, gimana kalo usus buntu. Di operasi lo," ucap Gio santai, memasukan mie ke dalam mulutnya.

"Ngado'a keun teu bener jelema teh. Hayang teh malikan!" kesal Kiera. Berbicara menggunakan bahasa sunda.

(Ngedoa-in gak bener ini manusia. Semoga balik ke diri sendiri!)

"Lo ngomong apaan?" Gio bertanya heran. Tidak mengerti sama sekali apa yang Kiera ucapkan.

"Nggak," jawab Kiera jutek, mulai memakan mie-nya. Gio mengangkat bahu tidak peduli, lalu kembali memakan mie-nya.

🐧🐧🐧

Kiera memberikan helm yang ia gunakan pada Gio. Gio menerimanya tanpa bicara.

"Mampir?" tanya Kiera basa-basi.

"Gue tau lo nggak niat." Gio berucap datar membuat Kiera cengengesan. Tau saja, Kiera memang hanya sekedar basa-basi, tidak sungguhan mengajak Gio untuk mampir.

Badan Kiera lelah sehabis menangis juga menghabiskan 3 porsi mie ayam, untuk itu setelah ini dia ingin sekali langsung tidur. Namun, dia juga masih punya atitude. Masa iya, tidak menawari orang yang sudah mengatar pulang juga mentraktir mie ayam tadi. Kiera tau diri.

SENIOR JUTEK (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang