Gio membuka pintu berwarna coklat dengan stiker gambar elang hitam besar di depannya. Saat pintu sudah terbuka, dia menggeleng 'kan kepala prihatin. Di depannya, terdapat se-onggok manusia tidak tau diri tengah asik bermain PS. Gio prihatin bukan pada pada para manusia itu, tapi dia prihatin pada keadaan ruangan yang mereka tempati sekarang.
Bantal yang sudah beralih fungsi menjadi meja, guling yang harusnya berada di atas kasur kini malah jadi tempat duduk, dan yang paling membuat Gio tercengang adalah keadaan selimut. Bagaimana bisa selimut beralih fungsi menjadi sebuah karpet? Sedangkan di pojok ruangan sana, sudah tersedia. Bantal dan kawan-kawan sudah tidak ada harga dirinya.
Gio berdehem untuk menyadarkan para manusia tidak tau diri itu--yang sayangnya adalah sahabatnya sendiri--agar sadar dengan kedatangannya.
"Eh, mas bro udah dateng." Itu Daffa yang menyahut. Diantara semua teman Gio, hanya Daffa yang waras, sedikit. Namun, jika sedang berkumpul seperti ini, Daffa akan terjangkit oleh teman-temannya yang lain, terutama dua manusia yang memiliki wajah hampir mirip di sampingnya.
"Lo bertiga ngapain dudukin guling? Trus, itu bantal ngapain di atasnya ada makanan? Selimut juga, ngapain di pake karpet?" Gio masih tidak habis pikir akan kelakuan para sahabatnya ini. Bisa-bisanya, gitu.
"Nggak ada meja, kursi sama karpet. Ya udah, pake aja yang ada. Kalo duduk di lantai dingin, trus kalo cuma pake selimut keras." Daffa menjawab dengan santai, mengundang geplakan dari manusia di sampingnya--Keylan.
"Nggak ada matamu! Noh meja, kursi sama karpet ngejugrug gede!"
"Lagian, kalo pake kursi ribet. Kalo pake karpet nggak enak, keras," imbuh Kaylan, saudara kembar Keylan.
Kaylan Kusnadi dan Keylan Kusnadi. Dua anak kembar tak seiras. Mereka lahir di hari yang berbeda, Kaylan hari kamis dan Keylan hari jum'at. Itu yang menjadi alasan mereka sering kali mengelak di panggil sebagai saudara kembar. Bagaimana bisa menjadi saudara kembar jika hari lahir saja beda?
"Kalo liat, kenapa nggak di pake?" tanya Gio jengah. Punya salah apa dia sehingga punya sahabat modelan mereka?
"Seperti yang di katakan oleh anak bapak Kusnadi tadi--"
"Lo juga anak bapak Kusnadi, goblok!"
Keylan mengusap kepalanya yang barusan di getok menggunakan stik ps oleh Kaylan. Belum juga dia selesai bicara, sudah di getok duluan. Kembaran lucknut emang.
Gio memijat keningnya pusing. Tanpa menunggu lanjutan omongan Keylan barusan, dia lebih memilih untuk mendudukan dirinya di atas sofa. Membuka ponselnya untuk bermain game online, sembari menunggu giliran untuk bermain ps.
"Assalamualaikum calon penghuni neraka!"
Arnold membuka pintu lumayan keras membuat para penghuni ruangan tersebut berjengit kaget. Lalu, tanpa ba-bi-bu, Daffa dan si kembar melemparkan kaleng minuman ke arah Arnold. Mereka kesal. Bukan kesal karena Arnold membuka pintu dengan keras, tapi kesal karena seenak jidat dia mengatakan bahwa mereka calon penghuni neraka. Walaupun mereka bukan orang baik, mereka masih ingin masuk ke Surga.
"Seenak tarang bapak lo aja manggil kita calon penghuni neraka! Walaupun kelakuan gue jauh dari baik, gue nggak mau di panggang di neraka, anjir!" Daffa mulai mendumel, kembali melemparkan kaleng minuman ke arah Arnold.
Arnold malah tertawa ngakak. "Ya, sorry, nggak usah di anggap serius juga, kali." Cowok itu melirik ke arah sofa dan melihat Gio di sana.
"Woi, Yo! Lo bawa ke mana dulu si Kiera? Pacar gue ampe panik anjir nyariin dia," ujar Arnold, berjalan menuju sofa lalu mendudukan diri di dekat Gio.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR JUTEK (On Going)
Teen FictionKata Kiera, Gio itu kayak cuaca. Suka berubah-ubah dan nggak bisa di tebak. Kata Kiera, Gio itu devinisi 'Dakjal' yang sesungguhnya. Dia udah suka, eh, Gionya malah nggak. Dan kata Kiera juga, Gio adalah manusia terkuat yang pernah ada di hidupnya...