Chapter 01.

217 38 12
                                    

"Heh ayam kutub! Ngapain lo disini?!"

Kantin mendadak senyap saat seorang cewek cantik berteriak dengan suara lantang pada cowok di hadapannya. Kiera Larasati, nama cewek itu. Dia tengah menatap nyalang cowok di hadapannya, yang notabenenya adalah Seniornya disini. Cowok itu bernama Gio Wiatmaja Valerin. Mereka--Gio dan Kiera--memang sudah tidak akur sejak pertama kali Kiera menjejak 'kan kakinya di sekolah ini. Alasannya pun sangat simpel, mereka hanya tidak menyukai sikap satu sama lainnya.

"Lo liat kita dimana?" Gio berucap dengan santai, jangan lupakan wajah datar yang selalu menjadi ciri khasnya.

Kiera mengedarkan pandangannya. Cewek ini mengkerutkan keningnya tanda bahwa dia tidak mengerti.

"Lo liatkan, ini kantin. Jelaslah gue mau makan, minggir!"

Ah, sial.

Karena rasa tidak suka Kiera pada cowok itu, Kiera jadi lupa tempat. Pikirannya sering tidak singkron.

"Iyasih. Ya udah, sana. Jauh-jauh dari gue."

Kiera menyingkir, memberikan Gio jalan. Gio hanya memutar mata malas, lalu melewati Kiera begitu saja.

Kiera kembali duduk di mejanya. Disana ada Clarissa sahabatnya dan juga kekasih Clarisaa, sekaligus sahabat cowok tadi--Gio, Arnold namanya.

"Ra, Gio senior lho disini," ucap Clarissa. Jelas tertuju pada Kiera.

"Emang gue peduli? Tuh orang nyebelinnya tingkat dewa tau gak?"

Memang benar. Kiera tidak peduli dia siapa. Mau senior kek, anak guru kek, anak kepala sekolah kek, bahkan, anak Presiden pun Kiera tak peduli.

"Jangan gitu terus, Ra. Gimana kalo lo jadian ama dia? Berabe," ucap Arnold. Kiera mendelik padanya.

"Amit-amit. Gue gak mau jadian sama ayam kutub. Makan ati yang ada," balas Kiera.

Clarissa dan Arnold geleng-geleng kepala. Kiera tidak menghiraukan mereka lagi. Kiera memilih untuk lebih fokus pada makanan yang sudah dia pesan tadi.

Kiera sedikit melirikan ekor matanya kearah Gio, cowok sedang makan dengan wajah datar.

'Datar banget, sih, tu muka. Kayak tembok di rumah gue,' gumam Kiera didalam hati.

*****

Kiera mengangguk-aggukan kepalanya. Mendengarkan musik seraya membaca buku, bukankah itu sangat mengasyikan?

Cewek ini duduk di pinggir lapang basket sekolahnya. Dia seakan tidak peduli dengan suara anak-anak basket yang tengah latihan. Telingannya sudah ia sumbat dengan earphone, matanya pun sudah ia jejeli dengan Novel yang beberapa pekan lalu dia beli.

Hari ini kelasnya kosong, jadi dia memutuskan untuk berdiam diri di sini. Karena jika di kelas, ketenangannya akan selalu di kacau kan oleh para teman-teman sekelasnya.

Fokus Kiera terpecah saat bola basket menggelinding mendekat ke arah kakinya. Tepat di bawah kaki Kiera, bola itu berhenti.

"Ra! Lempar bolanya!"

Salah satu anak basket berteriak dari tengah lapang. Kiera hanya menatapnya sekilas, lalu kembali pada novelnya. Masa bodo dengan bola juga anak-anak basket yang berteriak padanya.

"Kalo di mintai tolong, itu di denger. Jangan pura-pura acuh."

Kiera mendongak 'kan kepalanya. Di hadapannya Gio menatap dirinya datar. Kiera melepaskan earphone dari telinganya, juga menutup novelnya dengan keras sehingga menimbulkan suara.

"Punya kaki sama tangan 'kan? Kenapa gak ambil sendiri?" ujar Kiera dengan nada sinis.

"Se'enggaknya, lo peka. Bolanya ada di kaki lo, otomatis kita minta tolong sama lo." Gio membalas tidak kalah sinis. Kiera berdiri, lalu berkacak pinggang. Kepalanya masih mendongak karena Gio jauh lebib tinggi dibanding dirinya. Jelas ... anak basket. Pasti tinggi.

"Gak liat gue lagi sibuk?!" Nada bicara Kiera sudah mulai nge-gas. Meski dari tadi sudah sinis, tapi masih santai. Berbeda dengan sekarang.

"Sibuk lo gak berfaedah."

Setelah mengatakan itu, Gio pergi dari hadapan Kiera dengan bola di tangannya. Kiera menghentakan kakinya kuat.

"Dasar ayam kutub nyebelin!" Kiera berteriak dari pinggir lapang, menyita perhatian orang-orang yang ada di sana. Akan tetapi tidak lama, karena mereka sudah terbiasa. Pemandangan dimana Kiera dan Gio yang tidak pernah akur, adalah suatu pemandangan yang selalu mereka lihat setiap harinya. Jadi, mereka biasa-biasa saja.

Karena moodnya sudah hancur, Kiera akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana. Niat ingin mencari ketenangan, eh malah seperti ini. Bukannya tenang, Kiera malah semakin terganggu. Jika tau akan seperti ini, Kiera lebih baik tidak keluar dari kelasnya.

*****

Eng, Eng, Eng.....

Selama hampir satu bulan ada di Draf, akhirnya aku publish juga.

Cerita ini emang bakal gaje, tapi semoga ada yang baca😆.

SENIOR JUTEK (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang