Votenya jangan lupa sayangg🤗. Gratis, kok, gak bayar. Hehe😚
HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.***
Disinilah Kiera sekarang, duduk di bangku dekat dengan wahana Bianglala. Tentu saja bersama Gio di sampingnya. Setelah kejadian tadi, dengan teganya Clarissa dan Arnold meninggalkannya berdua dengan Gio. Suasana sedikit canggung. Itu karena, dari tadi Gio hanya diam saja.
Ide jahil tiba-tiba hinggap dikepala Kiera saat melihat wahana Ontang Anting. Dia ingin lihat, apakah manusia jutek disampingnya ini berani naik wahana itu?
"Gio?" Merasa di panggil, Gio melirikan ekor matanya ke arah Kiera.
"Naek wahana itu, yuk. Kayaknya seru," ujar Kiera menunjuk wahana Ontang Anting.
Gio sedikit terlonjak, matanya terbelalak. Ohoho, sepertinya Gio takut.
"Ekhem." Gio berdehem dan memasang wajah datarnya lagi.
"Nggak, lo aja. Gue males," ujar Gio memalingkan wajahnya dari Kiera.
"Males apa takut? Hm." Kiera tersenyum jahil. Menjahili Gio kali ini saja boleh 'kan?
"Ck, males. Kalo lo mau naek, ya naek aja. Ngapaian ngajak gue?" Gio berdecak kesal.
Oh, ayolah. Gio mulai mengesalkan sekarang.
"Nggak! Pokoknya lo harus ikut!" Kiera berdiri dari duduknya, berkacak pinggang. Kiera lemparkan tatapan tajam miliknya pada Gio, berharap dia takut.
"Gue bilang enggak, ya enggak! Ngerti gak sih?!" Nada bicara Gio naik satu oktaf. Kiera mencebik kesal. Jiwa bar-bar nya tiba-tiba berontak. Kiera duduk kembali, tapi bukan di bangku, melainkan duduk lesehan di bawah. Dia mulai merengek seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen oleh ayahnya. Anehnya, itu tidak membuat Gio terganggu.
Kekesalan Kiera mulai besar. Sampai pada akhirnya Kiera menangis meraung-raung, tentu saja berpura-pura. Itu mengundang perhatian orang-orang disana. Wajah Gio mulai panik, tatapan orang-orang disana seakan-akan menyalahkan dirinya. Kiera tertawa didalam hati. Mengerjai Gio seperti ini memiliki kesenangan tersendiri untuknya.
"Arggh, iya! Kita naek wahana itu. Berenti nangis!" Gio menarik tangan Kiera dengan agak kasar, wajah Kiera yang awalnya menangis kini sumringah. Kiera tersenyum lebar dan dibalas dengan tatapan jengah Gio. Tanpa menunggu lagi, Kiera menarik tangan Gio menuju ke wahana itu.
***
"Beli karcis sana." Kiera mendorong tubuh Gio menuju stan karcis saat mereka tiba di depan wahana itu. Tidak lama kemudian, Gio sudah kembali dengan 2 karcis ditangannya. Wajah Kiera semakin sumringah, berbeda dengan Gio. Wajahnya menyiratkan ketakutan, walau ditutupi oleh wajah datarnya.
Sebenarnya, Kiera juga agak takut. Tapi, dia pernah naik wahana ini, jadi sudah biasa saja.
Mereka duduk di kursi, Gio duduk di kursi di depan Kiera. Dia mencengkram besi kursi itu kuat. Kiera terkikik geli. Ternyata, si ayam kutub ini tidak berani.
Wahana mulai bergerak dengan perlahan, sampai akhirnya berputar dengan kencang dan membuat Kiera seakan terbang melayang. Kiera menikmati wahana dengan berteriak, sepeti yang lainnya. Lama kelamaan, wahana ini berputar semakin kencang, itu membuat teriakan Kiera semakin kencang pula.
Lima menit sudah berlalu, wahana semakin memelan sampai akhirnya berhenti. Kiera turun seraya tertawa. Sedangkan Gio, wajah cowok itu pucat pasi, tangannya bergetar. Tawa Kiera berhenti, lalu menghampiri Gio yang berdiri seraya bertumpu pada pembatas.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR JUTEK (On Going)
Подростковая литератураKata Kiera, Gio itu kayak cuaca. Suka berubah-ubah dan nggak bisa di tebak. Kata Kiera, Gio itu devinisi 'Dakjal' yang sesungguhnya. Dia udah suka, eh, Gionya malah nggak. Dan kata Kiera juga, Gio adalah manusia terkuat yang pernah ada di hidupnya...