Kiera berjalan di koridor dengan tenang. Menghiraukan tatapan orang-orang yang ada di sekitarnya. Jangan heran, Kiera ini termasuk jajaran murid yang cukup famous di sekolah. Berkat kecantikan dan tingkah bar-barnya, membuat Kiera di kenali banyak orang.
Mata Kiera memincing saat melihat se-onggok manusia sedang berkumpul di bawah pohon di dekat lapang basket.
Entah kenapa, semalam Kiera tiba-tiba saja terbangun di jam 01.00 dini hari. Yang membuat aneh bin bingung, saat itu Kiera malah mengingat perlakuan Gio kemarin saat dia tidak mau naik wahana kora-kora. Tiba-tiba saja Kiera merasa baper--di tengah malam.
Rasa baper itu masih bertahan sampai sekarang. Karena rasa baper--yang muncul tiba-tiba--itu pula yang membuatnya ingin memperbaiki hubungannya dengan Gio.
Dasar Kiera lemah! Baru di peluk aja udah baper!
Kiera menghampiri Gio beserta para cecunguknya. Kiera tahu semua nama teman Gio, karena Kiera juga cukup berteman baik dengan mereka.
Melihat Kiera berjalan kearah mereka, Kaylan menyiku lengan Gio cukup keras, membuatnya di tatap tajam oleh Gio.
"Hehe, sorry, kekencengan." Kaylan cengengesan saat di tatap seperti itu oleh Gio. Gio mencebik sebagai balasan.
Lagi. Ada yang menyiku lengan Gio. Bukan Kaylan, tapi kembarannya--si Keylan.
"Apasih?" Gio mulai kesal dengan kelakuan kedua saudara kembar itu. Kenapa juga harus menyiku lengannya? Nggak ada kerjaan?
"Itu, liat depan. Si Kiera jalan ke sini!" Daffa menjelaskan.
Gio mengalihkan pandangannya ke depan. Benar. Kiera sedang berjalan menuju ke arahnya dengan senyuman lebar. Gio mengernyit. Mau apa cewek itu?
"Hai," sapa Kiera saat sudah di hadapan mereka.
"Hellow, Kiera. Mau ngapain ke sini? Mau ngajak Gio berantem, ya?" Kaylan sudah menyerobot bertanya.
"Nggak, kok. Gue ke sini mau ngasih ini buat Gio." Kiera menyerahkan satu botol minuman isotonic ke arah Gio, yang hanya di balas dengan tatapan heran olehnya.
"Buat apa?" tanya Gio di hadiahi jitakan dari Arnold.
"Ya buat di minumlah, bego! Lo cakep-cakep bloon banget!"
Gio melemparkan tatapan tajamnya ke arah Arnold. Gio tau itu untuk di minum, tapi maksud Gio bukan itu.
Maksudnya adalah, untuk apa Kiera memberikannya minuman?
"Buat balas budi. Kemaren lo udah anterin gue pulang sama traktir gue makan." Kiera mulai menjelaskan.
Teman-teman Gio mengangguk. Baru mengerti akan pertanyaan Gio tadi.
Gio menatap datar minuman itu, lalu dia berdiri. "Gue nggak butuh." Tanpa menerima minuman dari Kiera, Gio berjalan melewati Kiera begitu saja. Mengabaikan teriakan dari teman-temannya yang menanyakan dia mau kemana.
"Maafin Gio, ya, Ra. Lo tau sendiri 'kan dia gimana." Arnold jadi merasa tidak enak. Padahal Gio yang berbuat, tapi dia yang merasa demikian.
"It's oky. Lain kali, bilanngin sama si ayam. Walau dia nggak butuh, se-enggaknya terima buat hargain gue. Nyesel 'kan gue udah beli minuman buat dia."
Kiera menyerahkan minuman itu pada Keylan, lalu pergi dari sana.
🐧🐧🐧
Mood Kiera hancur. Hancur sehancur-hancurnya. Kehancuran mood Kiera ini menjadi mala petaka untuk teman-teman sekelasnya.
Terutama untuk Ahmad--sang ketua kelas. Karena sedari tadi, Kiera terus misuh-misuh tidak jelas padanya. Mulai dari ngamuk saat di suruh piket, menolak untuk menagih iuran uang kas, padahal dia adalah bendahara.
"Lo kenapa sih, Ra? Ngamuk terus dari tadi?" tanya Clarissa, heran. Pemandangan Kiera misuh-misuh seperti ini bukan hal baru, sebenarnya. Ini sering terjadi. Apalagi, setelah dia dan Gio war, pasti Kiera akan misuh-misuh bahkan ngamuk seperti sekarang.
"Tau, ah! Sebel!" Kiera memukul meja keras membuat teman sekelasnya kaget.
"Woy, Ra! Jangan mukul bangku, napa! Kaget anjir!" Rahmat, teman sekelas Kiera yang duduk paling pojok langsung protes. Dia sedang main game online tadi. Karena kaget, dia dengan tidak sengaja meng-klik tombol log out pada permainannya. Padahal sebentar lagi dia menang.
Kiera melirik Rahmat sinis. Membuat nyali Rahmat menciut begitu saja. Percayalah, ketika Kiera marah, dia lebih menakutkan dari pada Pak Irfan--si guru matematika.
"Gio lagi?" Clarissa kembali berbicara, Kiera mengangguk.
"Kenapa lagi, deh? Perasaan kemaren biasa aja. Akur malah sampe makan berdua."
"Sebel gue sama dia! Masa gue mau kasih minuman, dia malah nolak. Nggak berperasaan banget!" Kiere kembali misuh, tapi dalam bentuk rengekan.
"Lo kesambet apaan sampe mau ngasih Gio minuman?" Clarissa menatap Kiera tidak percaya. Seorang Kiera memberi minuman pada Gio, yang notabenenya adalah musuhnya adalah suatu kejadian yang paling tidak bisa dipercaya.
"Gue cuma balas budi. Kemaren dia udah traktir gue. Gue bales, dong. Eh, malah dia tolak. 'Kan nyebelin." Kiera mengerucutkan bibirnya sebal.
"Dahlah! Kayaknya gue sama dia emang nggak bakal pernah akur! Padahal udah baper," ujar Kiera lagi, memelan di tiga kata terakhir.
"Sabar." Clarissa mengusap bahu Kiera prihatin. Clarissa menghela napas. Jika begini, usahanya dan Arnold kemarin sia-sia saha. Padahal mereka berharap, hubungan Gio dan Kiera bisa membaik setelah seharian terus bersama. Nyatanya ... ah, sudahlah.
🐧🐧🐧
Gio sedang berada di belakang sekolah sekarang, sendirian. Dia hanya ingin menenangkan diri setelah kejadian kemarin malam.
Gio mendesah. Kenapa hidupnya menjadi seperti ini sekarang? Kenapa hidupnya harus berubah? Salah Gio apa sebenarnya, sampai-sampai Tuhan menghukumnya sampai seperti ini.
Gio rasanya ingin menyerah saja. Merengek atau marah pada Tuhan karena sudah dengan mudahnya membuat hidupnya berubah. Namun, itu tidak mungkin 'kan?
Pikiran Gio melayang pada kejadia pagi tadi. Dimana saat Kiera menghampirinya dan memberikan minuman untuknya. Dan juga, dimana dia dengan teganya tidak menerima pemberian cewek itu.
Gio punya alasan. Gio hanya tidak mau hubungannya dan Kiera membaik. Lebih baik hubungannya dengan cewek itu seperti ini saja. Tidak pernah akur. Karena jika hubungannya dengan Kiera membaik, Gio khawatir Kiera akan terseret dalam masalahnya, sama seperti para sahabatnya yang lain.
🐧🐧🐧

KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR JUTEK (On Going)
Подростковая литератураKata Kiera, Gio itu kayak cuaca. Suka berubah-ubah dan nggak bisa di tebak. Kata Kiera, Gio itu devinisi 'Dakjal' yang sesungguhnya. Dia udah suka, eh, Gionya malah nggak. Dan kata Kiera juga, Gio adalah manusia terkuat yang pernah ada di hidupnya...