"Ngapain lo di sini?"
Kiera berjengit kaget. Dia mendongak seiring dengan matanya yang melebar. Dia mengerjapkan mata berkali-kali untuk memastikan penglihatannya.
"GIO? LO NGAPAIN DI SINI?!"
Di hadapannya kini, Gio tengah menatapnya datar. Memakai setelan jas berwarna ungu muda dengan kemeja putih di dalamnya. Kiera sebenarnya enggan mengakui, tapi Gio terlihat tampan dengan balutan jas itu.
Gio berdecak saat mendengar teriakan Kiera barusan. Kiera pasti tau bahwa suaranya itu melengking, bisa-bisanya berteriak di tempat sunyi yang hanya ada mereka berdua.
"Malah nanya balik," ujar Gio agak sarkas. Jangan lupakan nada datar yang ala Gio sekali.
Kiera bengong saat Gio berbicara. Nada bicaranya memang biasa, tapi vibesnya itu, lho. Beda dari Gio yang biasanya.
"ASTAGFIRULLAH, KOK GANTENG?" Begitulah kira-kira jeritan hati Kiera saat ini. Dia jadi teringat dengan para oppa-oppa Koreanya.
Kiera menggelengkan kepala. Tidak boleh! Baru tadi pagi dia di buat bete oleh oknum di depannya ini, jadi dia tidak boleh memuji! Haram!
"Terserah gue. Jawab! Ngapain lo di sini? Mana pake jas lagi. Lo ngikutin gue? Atau ortu lo ada yang kerja di sini?"
"Perusahaan gue."
"Oh, peru--PERUSAHAAN LO?!"
Ok, Gio harus mencatat ini mulai sekarang. Jangan membicarakan sesuatu yang mengejutkan pada cewek di hadapannya, jika tidak ingin telingannya menjadi korban.
Sementara Kiera, kepalanya blank seketika. Dia tengah sibuk memahami sesuatu. 'Perusahaan gue.' Itu artinya Gio pimpinan di sini? Jadi, bos mama itu Gio? IYA?!
"Wait! Ngadi-ngadi ya, lo! Mana mungkin ini perusahaan lo! Ngaco, ih. Jangan halu, Yo." Kiera terkekeh, mencoba untuk tidak percaya ucapan Gio barusan.
"Terserah." Gio jengah. Lalu dengan begitu saja dia melewati Kiera dan menuju ke ruangan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
Lagi-lagi Kiera berpikir. Nama Gio itu, kan, Gio Wiatmaja V. Trus, hubungannya sama perusahaan ini apa?
Eh, wait! ... V ... V ... jangan-jangan?!
Kiera membalikan badannya, lalu sedikit berlari menghampiri Gio yang sudah hampir sampai di ruangannya. "Jadi, huruf 'V' di nama lo itu Valerin? Beneran Valerin?"
Gio diam tidak menanggapi. Dia terlalu malas untuk itu. Kiera jika sudah dalam mode kepo itu sangat berisik, serius! Gio sudah sering mengalami, sudah sering jengah juga.
Namun, penampilan Kiera saat ini harus Gio akui sangat manis. Dia di buat salah fokus tadi--saat pertama kali melihatnya. Dia sering melihat Kiera memakai baju bebas, tapi biasannya cewek itu hanya akan menggunakan hoodie, sweater, atau lainnya. Saat pergi ke ancolpun, dia hanya menggunakan kemeja long size dengan dalaman putih, celana legging hitam panjang dan sepatu converse.
"Ih, Gio jawab!" Kiera menarik tangan Gio lalu mengguncangnya, membuat si empu tangan berdecak kesal. Gio menghentakan tangan Kiera keras, lalu menatapnya tajam.
"Kepo!"
Gio membuka pintu, setelah dia meng-scan id card miliknya. Memasuki ruangan yang sudah tidak ia kunjungi sekitar 2 bulan ini. Semuannya masih sama. Untungnya juga ruangan ini rutin di bersihkan, jadi tidak ada satupun benda yang terlihat kotor.
Kiera melongokan kepala. Sekejap dia takjub dengan ruangan milik Gio. Interiornya membuat dia berdecak kagum. Terlihat minimalis dan elegan. Ah, Kiera jadi pingin. Dan dengan santainya, dia malah mengikuti Gio masuk ke dalam ruangan. Matanya mengedar.
![](https://img.wattpad.com/cover/248046098-288-k514876.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR JUTEK (On Going)
Dla nastolatkówKata Kiera, Gio itu kayak cuaca. Suka berubah-ubah dan nggak bisa di tebak. Kata Kiera, Gio itu devinisi 'Dakjal' yang sesungguhnya. Dia udah suka, eh, Gionya malah nggak. Dan kata Kiera juga, Gio adalah manusia terkuat yang pernah ada di hidupnya...