Mengingat Kejadian itu lagi 😭

29 4 5
                                    

#Prev

Jam istirahat pun sudah habis. Kami kembali ke ruangan dengan sedikit terburu-buru. Namun pikiran ku masih kacau ditambah perutku yang sakit.

Tidak lama kemudian kakak senior masuk satu persatu. Mereka mengamati kelasku dan kemudian mereka melihat ke arah ku. Lalu mereka berbisik -bisik dengan ekspresi yang beragam. Lalu salah satu diantara mereka menghampiriku sambil menunjuk ke arahku dan berbicara.

"Jadi ini? Seriusan anak ini?" Tanya salah satu senior sambil berbicara dengan senior lainnya.
"Iya kayaknya dia deh." Jelas kakak senior lainnya.
"Pantesan aja Anugrah begitu." Salah satu kakak senior mengiyakan.

Pada saat itu aku sangat bingung. Sambil menahan sakit aku memberanikan bertanya.
"Maaf kak ada apa ya?" Tanyaku penasaran sambil menahan sakit.
"Nanti juga kamu tahu, hati-hati aja." jawabnya membuat penasaran.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Afraid by Seouranim

Suasana dikelas menjadi hening. Semua mata tertuju kepadaku. Yang ada dibenakku adalah "kenapa mereka bersikap seperti itu? Apa aku pernah membuat kesalahan kepada mereka? Apa yang telah ku perbuat?" Semua pertanyaan itu muncul dikepalaku.

Selama dikelas aku benar-benar tidak fokus. Sampai akhirnya kelas pun selesai. Kepalaku menjadi sedikit pusing.

"Ra, lu ga apa-apa kan?".
"Ra..."
"Ra..."
Stephani bertanya sambil sedikit menggoyangkan badanku.

"Ah.. oh.. eng.. enggak apa-apa kok step". Jawabku sedikit kaget.
"Serius? Muka lu pucet banget, lu sakit? Gue anter ke dokter ya?". Stephani khawatir melihat keadaanku.
"Engga ko gak apa-apa, cuma sedikit pusing aja." Aku sambil beranjak perlahan dari kursi dan mulai berjalan keluar.

Stephani mengikutiku dan siaga memegangiku kalau-kalau aku jatuh.
Kami pun berjalan bertemu dengan ke empat teman laki-lakinya yang ternyata sudah menunggu didepan gerbang kampus.

"Ko kalian udah disini sih?" Tanya Stephani kepada ketiga anak laki-laki itu, dan sambil melirik sinis si jutek.
"Iya tadi kakak senior kita buru-buru katanya mau siapin rapat panitia jadi kelas kita dipercepat. Kebetulan mereka panitia penanggung jawabnya." Jelas Zidan.

Romi mengamatiku cukup lama. Dan akhirnya dia bertanya

"Ra, lu kenapa? Ko pucet banget?" Romi mulai khawatir.
"Eh, iya lu kenapa Ra?" Tambah Zidan.
"PMS kali.." Fitra mencairkan suasana,

Sebelumnya juga si Jutek terlihat memperhatikanku namun ia selalu berpura-pura tidak melihat ketika matanya tidak sengaja beradu pandang dengan mataku.

"Iya nih si Naura dikelas di usilin Kakak Senior terus. Gue juga kesel banget." Jelas Stephani agak kesal.
"Hah.. di usilin gimana maksudnya?" Romi terkejut dan sedikit kesal.

"Itu mereka pada gosipin si Naura, gak jelas sih apa yang diomongin. Pokoknya mereka kayak sebel banget sama Naura." Stephani menjelaskan dengan hati-hati.

"GIMANA MAKSUDNYA?" Romi mulai menaikan suaranya.
"Enggak kok, gak apa-apa. Mungkin mereka salah paham atau salah orang. Udah-udah yuk pulang aku capek banget nih." Jelas ku yang benar-benar sudah tidak kuat dengan sakit kepala ini dan ingin segera sampai dirumah.

Akhirnya kami pulang ke arah rumah masing-masing. Tapi ada yang membuat heran. Si Jutek tumben banget mau pulang bareng Aku dan Romi. Padahal kan selama bertahun-tahun dia paling anti pulang bareng Aku dan Romi. Kami bertiga menunggu bus di halte.

Tidak lama kemudian bus yang ditunggu datang. Dan kami pun masuk, kami duduk di bangku paling belakang bus. Dan tentu saja Si Jutek menjauh dari Aku dan Romi. Terpisah beberapa kursi, tapi masih bisa jelas melihat satu sama lain.

Selama di perjalanan Romi sibuk dengan gadgetnya, ya tentu saja anak itu tidak bisa lepas dari game online kesukaannya. Tapi Si Jutek sesekali melihat ke arahku, terlihat oleh ujung mataku. Si Jutek terlihat begitu khawatir. Tapi aku tidak sanggup bergerak karena sangat lemas. Dan mungkin saja dia tidak peduli, mengingat perlakuannya selama ini kepadaku yang sangat dingin, mana mungkin dia mencemaskanku.

Setelah sampai di halte bus komplek perumahan kami, Romi langsung menawarkan diri untuk mengantarkanku sampai rumah. Dan Si Jutek pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Aku pun pulang bersama Romi. Sesampainya dirumah, Romi pun langsung pamit karena ada urusan lain.

Aku segera ke kamar, dan menjatuhkan diri ke tempat tidur. Tempat dimana aku bisa bahagia hanya dengan rebahan. Sebelum tertidur aku menyempatkan meminum obat penghilang rasa sakit kepala dan berganti baju dengan baju piyama.

Waktu menunjukan pukul 8 malam. Aku terbangun dan langsung pergi ke dapur. Perut ini sangat ribut menandakan cacing-cacingku minta diberi makan. Aku makan dan bergegas mandi. Setelah mandi aku mengecek handphone ku yang sudah ada beberapa chat dan beberapa grup yang menyuruhku untuk join. Aku hanya membalas pesan Stephani yang menanyakan kabarku, dan setelah itu aku tertidur lagi karena efek obatnya masih bekerja.

Keesokan harinya

Aku bangun dengan badan segar. Aku ingat mendapatkan mimpi tapi sayangnya aku tidak mengingat isi mimpi itu. Yang aku ingat hanya ada sesosok anak laki-laki yang sedang menangis. Tapi aku tidak ingat lagi. Aku mandi dan bersiap-siap. Aku sarapan ditemani ibu. Sambil mengobrol dengan santai di meja makan. Aku bisa mengobrol dengan ibu karena kelas ku hari ini dimulai agak siang.

"Gimana di kampusnya Ra? Betah gak?" Tanya Ibu.
"Yah gitu Bu, baru juga sehari. Belum tahu betah apa enggak. Tapi sejauh ini sih aku bisa survive." Jawabku santai sambil meminum susu cokelat hangat buatan ibu dan sesekali menggigit roti cokelat yang sudah ibu siapkan sejak pagi.

"Gimana ada Kakak Senior yang ganteng gak? ituloh kayak oppa-oppa korea yang kamu suka. Siapa tuh namanya? Cumin-cumin, Jidi, sama siapa sih satu lagi muhamad Sungjin". Tanya ibuku sambil meminum teh hangat, mengodaku sambil tertawa gemas.
"Ih Ibu apaan sih. Yakali ada yang begitu. Mana ada Bu, yang ada pada jutek-jutek." Jawabku sedikit kesal.

"Masa sih kampus ngetop gitu mahasiswanya ga ada yang seganteng oppa-oppa kamu" ibuku terus menggodaku.
"Kalau ada juga Bu mana mau sama Aku. Pasti milihnya sama yang satu level mulai dari muka, fashion, inilah, itulah.. banyak, mana ngeliat aku". Jelasku dengan sedih.

"Yah sayang banget dong kalau gitu, padahal anak ibu cantik begini. Oia kamu kemarin pulang sama Si Jutek? Kamu kemarin sakit? Kok gak Bilang Ibu, sekarang udah gak apa-apa kan?" Tanya ibuku heran sekaligus khawatir.
"Loh ibu tahu darimana?" Aku kaget keheranan.

"Kemarin Ibunya Si Jutek WA Ibu, katanya si Jutek kamu sakit, terus Ibunya tanya Ibu kamu udah baikan atau belum. Pesannya baru ibu baca barusan". Jelas Ibu.
"Hih tumben banget. Jutek tapi perhatian. Aneh banget kan Bu? Dasar orang aneh" Cetusku.
"Hus kamu jangan gitu. Kenapa sih manggilnya si Jutek terus, ibu kan jadi ikutan manggil si jutek. Kamu jangan gitu ah, kasian dia pasti masih sedih tuh sama kejadian 3 tahun lalu." Ibuku mengelus dada sambil menarik nafas panjang.

"Iya Bu.. yaudah Naura pamit ya Bu takut ketinggalan bus." Aku pamit sambil mencium tangan Ibu.
"Oia Ibu lupa bilang, Ibu dapat berita mendadak dari ayah. Besok sampai 2 minggu kedepan Ibu bakalan ke luar kota, ada kerjaan yang penting disana dan Ibu harus bantu ayah soalnya sekertarisnya ayah lagi cuti jadi Ibu deh yang harus temenin ayah, kamu gak apa-apa kan sendiri?" Tanya Ibu.
"Yaah kok mendadak banget sih Bu. Ya udah gak apa-apa ibu hati-hati ya besok." Aku mengiyakan dengan sedikit sedih.

"Besok subuh Ibu pergi kamu hati-hati ya di rumah." Jawab Ibu sambil mengelus rambutku.
"Iya Bu. Naura pergi, assalamualaikum". Aku mencium tangan Ibu dan memeluk Ibu.
"Wa alaikum sallam" Ibu mencium keningku.

Selama perjalanan aku mengingat-ingat kembali kejadian yang sangat menyedihkan 3 tahun lalu. Aku ingat betapa sedihnya Si Jutek dan semenjak kejadian itu ia mulai menjauhiku. Kalau di ingat-ingat lagi aku menjadi ikut merasa bersalah atas kejadian itu. Tanpa sadar air mataku jatuh dan kenangan itu tiba-tiba muncul lagi dipikiranku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
#Author

Lucu juga ibunya Naura. Btw 3 tahun lalu itu ada kejadian apa ya? Jadi kepo banget..

Btw yang di maksud oppa-oppa sama Ibu Naura itu xiumin, GD, sama Park Sungjin.

Thanks buat yang udah baca dan vote

Saranghae

AFRAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang