#Prev
"Hai... (hooos... hooosss. hoosss...)". Sapaku sambil terengah-engah mencoba mencari oksigen.
"Lari?" Tanya si Jutek, tetap ketus.
"Ah engga, cuma jalan cepet aja, kasian kamu takut kelamaan nunggunya." Jelasku sedikit senyum dan sambil membasuh dahi yang ternyata keluar bulir-bulir keringat.
"ya udah, yuk" Ajak Si jutek.
"Dan kita mau kemana?" Tanya ku penasaran.
"Liat aja Nanti" Jawab si Jutek singkat.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Afraid by Seouranim
Aku mengikuti Zoudan dari belakang menuju tempat parkir. Aku berjalan agak lambat, karena aku merasa sangat canggung setelah sekian lama tidak pernah sedekat ini dengan Zoudan.
"Nih pake." Zoudan memberikan Helm pink kesukaan ku.
"Eh, Helmnya masih kamu simpen". Tanyaku sambil memberikan sedikit senyuman kepada Zoudan.
"Iya." Zoudan tanpa basa basi.
Di perjalanan menuju tempat yang Zoudan tuju, aku hanya melamun. Aku bertanya-tanya ada apa dengan Zoudan hari ini. Di perjalanan Zoudan pun hanya diam mengendarai motornya dengan serius. Selain itu aku merasa bingung harus ngomong elu gue atau aku kamu. Sebenarnya dulu sebelum kejadian itu aku panggil dia "kamu", tapi semenjak kejadian itu Zoudan berubah dan memanggil ku "elu".
"Mampir sebentar ya, lu belum makan siang kan? abis itu temenin gue ke toko bunga". Ajak Zoudan yang sambil sedikit menoleh kearah belakang dan kembali fokus menyetir.
"HAH? APA? GAK KEDENGERAN". Aku sedikit terkejut dengan Zoudan yang tiba-tiba berbicara karena ku sedang tidak fokus.
Sambil memperlambat kecepatan Zoudan pun mengulangi pertanyaannya tadi.
"Denger. Nanti Mampir sebentar ke cafe, lu belum makan siang kan? abis itu temenin gue ke toko bunga". Jawab Zoudan menjelaskan dengan perlahan namun masih agak ketus.
"Oh iya oke.." Ku menjawab dengan anggukan tanda setuju.
Di sepanjang perjalanan Aku mulai memikirkan banyak hal.
"Ini Zoudan kenapa sih? Dia mau ngajak kemana sih? Kok jadi perhatian gini, pake ngajak makan segala biasanya juga bodo amat sama gue. Terus ngapain ngajak ke toko bunga? Eeeiiii... jangan-jangan beliin bunga buat gue. Dalam rangka apa nih anak baik banget." Aku tenggelam dalam imajinasiku, sambil tersenyum-senyum pipiku memerah seketika.
Zoudan yang tidak sengaja melihat ku dari kaca spion merasa terheran-heran.
"Woy... Ngapain lo senyum-senyum? kesambet?." Ganggu Zoudan yang melihatku masih tersenyum-senyum tanpa sebab.
"Hah. Apa? Enggak.. Siapa juga yang senyum-senyum". Aku terkejut dan merasa malu karena ternyata Zoudan memperhatikanku sejak tadi.
"aduuuuh kenapa sih dia merhatiin gue, kan gue jadi malu. Eh, bentar kok makin aneh sih. Sejak kapan dia liatin gue, aduh jangan-jangan dia liat gue tadi lagi halu. Ya ampun, seriusan sih ini Zoudan kalo begini tiap hari gue bisa suka lagi. Aduh mana emang masih suka lagi. aaahhh kenapa sih dia bikin gue panas dingin degdegan gini. Ya ampun." Aku kembali masuk dalam imajinasi dan sambil mengerutkan dahi.
Akhirnya sampai di cafe yang sering kami berdua kunjungi dulu. Kami berdua langsung masuk dan duduk di tempat biasa, kebetulan cafenya agak sepi karena masih sore. Sambil melihat-lihat menu, sesekali aku melihat keadaan sekitar.
"Masih sama ya, gak ada yang berubah." aku bergumam.
Zoudan hanya melihat ke arah ku, aku tidak menyangka hari ini akan datang. Aku tidak menyangka bisa berdua dengan Zoudan seperti dulu. Betapa bahagianyanya Aku saat ini. Tapi juga tetap membuat hatiku tidak menentu, sedikit takut karena tidak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Hey, kamu mau pesen apa?" Tanya ku sambil melihat Zoudan yang terlihat sedikit melamun.
"Oh.. Hhmmm... Kayak biasa aja." jawab Zoudan sedikit terkejut.
"Okey, minumnya juga sama ya?" aku memastikan.
"Iya". Jawab Zoudan sambil mengangguk.
"Mas.. Mba.. Saya mau pesan.." Aku memanggil salah satu pelayan yang ada disekitar sambil melambaikan tangan.
"Eh, Mba Naura dan mas Zoudan, sudah lama gak kesini, sudah hampir 3 tahun mungkin ya, saya ingat dulu kesini sama kembarannya Mbak Naura." Sapa pelayan itu dengan hangat karena mengetahui mereka adalah pelanggan lama cafe tersebut.
Aku dan Zoudan langsung saling menatap kaku, kami tidak tahu harus menjawab apa. Terlihat raut wajah Zoudan langsung berubah menjadi sedih. Dan tentu saja Aku menjadi lebih canggung dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Ah iya mas sudah lama ya, kita pesan nasi tuna mayo ya mas, yang satu jangan terlalu pedas buat mas Zoudan. Yang satu lagi pedas buat saya. Minumnya es lemon tea aja ya mas." Aku langsung mengalihkan pembicaraan.
"Baik Mbak, Mas, ditunggu ya pesanannya". Pelayan itu langsung pergi dan membuat pesanan.
Zoudan kembali menjadi dingin, bahkan lebih dingin dari sebelumnya. Tanpa banyak kata, tidak menatapku hanya menatap satu titik ke kursi kosong yang ada disebelahku.
"Aduuuh, si mas kenapa sih pake disebut segala, kan jadi sedih nih Zoudan. Aduh aku harus gimana nih? Udahlah nih bakalan dijutekin lagi seumur hidup. Pasrah aja pasrah.." aku berbicara dalam hati.
Tidak sampai 20 menit pesanan kami datang, dan kami berdua pun mulai makan, yang terdengar hanya suara sendok garpu yang saling beradu dengan piring. Menyuap perlahan, berpikir keras bagaimana caranya agar suasana kembali normal. Namun tidak membutuhkan waktu yang lama makanan kami habis. Kami langsung beranjak menuju kasir, Zoudan pun membayar pesanan kami dan kami berdua pun langsung pergi ke tempat selanjutnya.
Tibalah di sebuah toko bunga langganan keluarga Zoudan. Ia langsung menghampiri sang Florist dan mengambil dua bunga pesanannya. Tidak lama setelah menunggu bunga itu dibungkus, kami pun melanjutkan perjalanan.
Sepanjang jalan yang terdengar hanya suara petir, dan angin yang agak kencang. Zoudan menyadari bahwa Aku tidak memakai jaket, lalu Zoudan pun menepi dan memberikan jaket kesayangannya kepadaku. Aku pun mengerti dan langsung memakai jaket tersebut, karena jika aku menolak jaket tersebut, urusan bisa menjadi lebih rumit. Karena tidak mau bertengkar dengan Zoudan yang moodnya sedang tidak baik, aku mengikuti permainannya.
Sampailah di sebuah tempat yang dituju Zoudan.
"Turun." Zoudan menyuruh ku turun dari motornya.
Aku pun turun dengan sangat heran sambil melihat keadaan sekitar. Tidak ada satu orang pun di sekitar kami. Aku masih menahan pertanyaan yang ada di kepalaku kepada Zoudan, Aku berpikir mungkin belum tepat untuk menanyakan ini. Tapi Zoudan mengajak ku berjalan sedikit agak jauh dari tempat parkir, jalanan yang berbatu membuat ku agak sulit mengejar kecepatan jalan Zoudan.
Sambil berjalan mengikuti Zoudan, aku pun memperhatikan tempat tersebut. Tempat itu sangat sepi, hanya ada pohon-pohon besar dikiri dan kanan kami dengan sesekali terlihat burung berwarna hitam berukuran kecil mungkin sekecil kepalan tanganku berterbangan anggun melewati pohon-pohon besar yang diam membeku. Jalanan berbatu dengan tanah merah membuat Aku pun menjadi agak takut dan berpikiran yang tidak-tidak.
Aku pun tidak bisa lagi menahan pertanyaan yang ada dalam benakku. Dari belakang Zoudan, Aku pun berteriak.
"Sebenernya kamu mau bawa aku kemana sih? Ini dimana? Dan... Zoudan.. Jawab aku ZOUDAN!" Aku pun sedikit membentak dan menjauh dari Zoudan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
#Author
OMG itu Naura dibawa kemana?
Aneh banget si Zoudan, apa jangan-jangan ...........
Pokoknya jawabannya ada di chapter selanjutnya ya
Makasih banyak yang sudahbaca ❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
AFRAID
RomantizmSetelah berjalannya waktu, aku merasakan banyak hal yang tidak terduga. Kekhawatiran ini semakin terasa. Aku tak tahu seperti apa akhirnya. Siapakah yang akan menemukan kebahagiaan? Kamu atau Aku? ~ Afraid By Seouranim ~