#Prev
"Ra, kamu mau kan jadi pacar aku? Temenin aku. Aku bener-bener menyesal pernah jauhin kamu, sementara hati aku butuh kamu. Aku juga tersiksa jauhin kamu selama ini. Aku butuh kamu, aku janji bakalan bikin kamu bahagia. Aku gak mau lihat kamu sedih lagi apalagi gara-gara aku." Zoudan memegang erat kedua tangan ku, dan bertanya sambil melihat mata ku yang masih mengeluarkan air mata.
Afraid by Seouranim
Ini benar-benar moment yang membuat aku terkejut. Setelah selama ini jauh dengan Zoudan, dan sekarang tiba-tiba dia mengungkapkan perasaannya. Jujur saja aku benar-benar bingung dengan situasi ini. "Aku harus jawab apa?". Kepalaku pusing dan tidak bisa berpikir.
"Kamu gak usah jawab sekarang Ra, gak apa-apa. Aku tahu ini mendadak. Maaf ya udah bikin kamu kaget dan gak nyaman." Zoudan menundukan kepalanya sambil tetap menggenggam tanganku.
Ntah kenapa kepalaku semakin pusing, dan aku melihat ada cahaya di depan mataku. Dibalik cahaya itu ada gambaran suatu. Aku tidak tahu itu apa, aku melihat ada seorang lelaki sedang menangis, dengan posisi membelakangiku. Dia menangis tersedu-sedu. Aku mencoba untuk mendekatinya. Tetapi semakin aku mendekatinya, dia semakin mejauh.
Ketika aku memperhatikan sekeliling ku, ternyata ada cahaya lain. Dibalik cahaya itu terlihat ada seorang wanita yang tersenyum kepada seorang laki-laki sambil mengelus kepalanya. Mereka berdua terlihat bahagia. Tidak lama wanita itu pun melihat ke arahku, aku tidak bisa melihat persis wajahnya karena terhalang cahaya yang sangat terang. Disana Terasa nyaman, hangat, membuat bahagia ketika melihatnya.
Terdengar suara dari kejauhan, mungkin wanita itu mengucapkan sesuatu. Terdengar samar-samar, namun aku masih bisa mengerti apa yang wanita itu bicarakan.
"Hai Naura cantik.. tolong temani dia, terimakasih sudah bersama dengan ......." Kalimat itu terhenti. Aku mendengar suara lainnya. Berteriak memanggil-manggil namaku.
"Raaa.... Raa.... Naura... Bangun". Zoudan mengguncang-guncangkan tubuh ku agar aku segera bangun.
Aku membuka mataku, mengerjap-ngerjap. Menebak apa yang telah terjadi. Kepalaku masih pusing. Aku melihat sekitar, ada tirai putih tertutup, aroma khas tempat ini tidak asing. Aku melihat Zoudan disebelahku dengan mata sembab sambil memegangi tangan ku. Dia tidak menangis namun terlihat sangat panik.
"Dan.. kita dimana? Kamu gak apa-apa kan?". Aku masih bingung dengan situasi ini.
"Ra.. kamu yang kenapa? Kamu gak apa-apa kan? kita di rumah sakit". Suara Zoudan bergetar, bukan hanya suaranya namun badannya juga.
"Aku gak apa-apa, aku tadi Cuma pusing aja". Aku bingung harus menjelaskannya seperti apa kepada Zoudan.
"Kamu tadi pingsan Ra... aku panik banget. Aku takut kamu kenapa-kenapa." Zoudan menggenggam erat tanganku dan menciumi tanganku yang dingin.
"Udah-udah Dan.. Aku gak apa-apa." Aku meyakinkan Zoudan agar dia merasa tenang.
Tirai itu terbuka, masuklah dokter dan 2 orang suster dengan membawa peralatan dan beberapa catatan sepertinya rekam medis pasien.
"Selamat malam, dengan mbak Naura?" Dokter itu langsung menanyakan namaku.
"Iya Dok." Aku menjawab sedikit lemas.
"Mbak Naura tadi pingsan, dan diantarkan oleh mas nya kesini." Dokter itu sedikit menjelaskan kejadian tadi.
"Bagaimana keadaan Naura Dok?" Zoudan langsung bertanya tanpa menunggu dokter itu menjelaskan hal lainnya.
"Setelah kami cek, Mbak Naura tidak apa-apa. Sepertinya Mbak Naura kecapean saja. Karena tekanan darah nya dibawah normal. Apakah Mbak Naura akhir-akhir ini sibuk? Suka begadang mungkin?" Tanya Dokter memastikan.
"Iya Dok, akhir-akhir ini saya sedikit sibuk". Jawab ku singkat.
"Ya Mbak Naura tidak apa-apa, hanya perlu beristirahat beberapa hari, pola makan sehat nya jangan lupa maksudnya jangan telat makan juga. Terus jangan terlalu banyak pikiran." Dokter menjelaskan lagi.
"Setelah infus habis mbak bisa langsung pulang, dan mengambil resep obat di apotik" salah satu suster memberitahu.
"Baik Dok, Sus, terimakasih". Zoudan menjawab dan terlihat dia sedikit agak lega.
Baru kali ini aku melihat Zoudan sepanik itu. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Kali ini aku melihat dia seperhatian itu setelah tiga tahun. Aku jadi kasihan melihatnya. Disatu sisi aku masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi denganku. Tadi itu mimpi? Tapi seperti nyata. Lelaki itu siapa? Terus wanita itu juga siapa?.
Sudah sekitar 30menit, cairan infus pun habis. Suster melepaskan infusan itu dan memberikan selembar kertas kepada Zoudan. Zoudan pun pergi ke bagian administrasi dan mengambil resep obat yang diberikan Dokter.
Tiba dirumah
"Ra.. kamu beneran berani di rumah sendiri?" Zoudan terlihat khawatir.
"Iya berani lah, ini kan rumah aku. Lagian aku udah gak apa-apa kok." Aku mencoba menenangkan Zoudan.
"Yakin? Aku ga tega tinggalin kamu begini." Zoudan masih merasa khawatir.
"Gak apa-apa MAS ZOUDAN, ini aku langsung tidur, besok juga udah enakan." Meskipun lemas dan masih pusing aku mencoba berdiri membuktikan bahwa aku baik-baik saja.
"hhhmmm.. Pasti ini gara-gara aku ya Ra... Kamu jadi banyak pikiran, terus kemarin-kemarin pulang malem terus mana keujanan lagi. Maafin aku ya Ra." Zoudan menunduk menempelkan kepalanya ke pundak ku. Sepertinya dia menangis.
"Hey.. apaan sih orang aku gak apa-apa, Cuma kecapean aja. Maaf ya udah ngerepotin kamu, terus bikin kamu panik hari ini. Udah kamu pulang sana, istirahat, jangan lupa makan." Aku mengelus punggungnya sambil tersenyum.
"Maaf Ra..." Zoudan berdiri dan memegang wajahku.
*CHUP>.< (Zoudan mengecup kening ku)
"Aku pulang ya, kamu jangan lupa makan juga trus minum obatnya. Hhhmmmm soal yang tadi gak usah dipikirin ya. Pokoknya aku mau ada disamping kamu terus." Zoudan mengelus lembut pipi ku.
"Iya MAS ZOUDAN." Aku tersenyum bahagia, mungkin pipi ini sudah matang seperti kepiting rebus.
"Dah Ra... kalau ada apa-apa langsung kabarin aku ya". Zoudan pun berjalan meninggalkan aku, namun kali ini dia masih menoleh kearah ku sambil melambaikan tangan perlahan.
Akupun langsung menuju kamar, tidak lapar jadi aku memutuskan hanya minum dan minum obat saja. Aku sudah siap untuk tidur, tapi seperti biasa sebelum tidur aku memiliki ritual kecil. Cek handphone. Akupun langsung membuka aplikasi chat yang dari tadi terus berbunyi. Mungkin ada puluhan pesan yang masuk, salah satunya dari Stephani yang sedikit khawatir karena pesannya tidak sempat aku balas.
- Pesan masuk
Stephani
16.29
Ra, udah sampe rumah belum? Udah dapet alat gambarnya?
17.03
Ra.. dimana? Lu udah ngerjain tugas buat besok? Susah banget nih.. call me back baby..
18.30
NAURA.. Baleeeessss....
19.12
YA Ampuuuuun Raa Lu kemana sih?? Gak apa-apa kan lu? Jangan bikin gue khawatir..
Oyyyyyy Ra......
20.27
WAH BENER-BENER NIH BOCAH NYUEKIN GUE. MARAH LU ATAU KENAPA SIH?
BALES DONG..
21.00
NAURAAAAAAAAAAAAAAAAAA.........
#Author
Yaaahhh digantungin... Gimana nih nasib Zoudan? Apa Naura mau terima Zoudan?
Jangan lupa baca lanjutannya yaaa..
Saranghae guise
KAMU SEDANG MEMBACA
AFRAID
RomanceSetelah berjalannya waktu, aku merasakan banyak hal yang tidak terduga. Kekhawatiran ini semakin terasa. Aku tak tahu seperti apa akhirnya. Siapakah yang akan menemukan kebahagiaan? Kamu atau Aku? ~ Afraid By Seouranim ~