Jeno, Yuli dan seorang lelaki mungil serta manis itu masih berada di kantin. Yuli sangat rewel saat ini, entah kenapa. Mungkin merindukan Muma-nya? Lagi pula kenapa Jaemin lama sekali di perpustakaan. Apa dia sangat merindukan nya hingga sudah lebih dari tiga jam belum juga kembali dan menyusul nya.
"Dimana kekasih mu itu? Kenapa belum kembali dan menelantarkan anaknya seperti ini, hm?" Tanya si pria manis itu.
"Dia belum menjadi kekasih ku, hyung." Jawab Jeno datar.
"Percepat, Jen. Jaemin itu sangat manis, bisa saja dia di rebut oleh orang lain jika kau tidak secepatnya memilikinya!" Tukas Renjun—lelaki manis yang bersama Jeno.
Jeno tidak menjawab, mengacuhkan Renjun. Dia sibuk membenahi buku dan memasukannya ke dalam tas. Dia akan segera pulang. Persediaan susu yang dibawanya tadi pagi sudah habis. Yuli masih belum bisa diam, masih terisak di pangkuannya. Entahlah Yuli sangat rewel sore ini.
"Aku pamit, hyung." Ucapnya di angguki oleh Renjun.
Jeno segera berjalan menuju kamar asramanya.
"Kenapa kau terus menangis? Kau merindukan, Muma?" Tanya Jeno pada Yuli.
"Mumama~" Jawab si kecil.
Jeno mencubit pipi Yuli dengan gemas.
"Baiklah kita akan pulang dan segera menelpon Muma-mu untuk menyusul. Kau senang?" Ucapnya.
Yuli tertawa mengangkat serta menggoyang-goyang kan tangannya girang.
Setelah beberapa saat akhirnya Jeno dan Yuli sampai di asrama. Jeno membuka pintu dan disana terlihat sebuah gundukan di balik selimut.
Jaemin sudah pulang tapi tidak menyusulnya tadi, kenapa? Seperti itulah isi pikiran seorang Jeno saat melihat itu.
Jeno masuk dan berlalu ke dapur untuk membuat susu. Dia tidak enak hati untuk membangunkan Jaemin, maka dari itu dia membuat susu dengan menggendong Yuli.
"Jangan berisik, Yuli. Muma-mu akan bangun nanti, dia sedang tidur." Jeno menempelkan jari telunjuk nya ke bibir Yuli. Menyuruh bocah itu untuk diam karena sedari tadi dia terus mengoceh memanggil Muma-nya.
"Sekarang minum susu, setelah itu tidur. Oke anak manis?"
Yuli tertawa girang menjawabi perkataan Jeno. Jeno memekik tertahan, menahan gemas melihat tingkah Yuli.
Ya, Jeno memang sangat menyukai anak kecil. Mommy nya dulu sempat mengandung lagi, Jeno sangat senang mendengarnya, tapi dengan sangat tega, tuhan kembali mengambilnya ketika usia nya masih dua bulan di perut sang Mommy.
Berakhir Jeno menjadi anak tunggal di keluarga nya.
🕳️°•Nomin•°🕳️
©Vvusr_Yuli sedang merangkak entah kemana tujuannya. Jeno tertidur di lantai. Jeno berniat menidurkan Yuli tadi, tapi bocah itu tak kunjung tidur hingga Jeno kelelahan dan berakhir ketiduran di lantai.
"Mumama∼"
Yuli berada di bawah ranjang Jaemin dan menggapai-gapai sesuatu apapun itu untuk menjadi pegangannya.
Setelah mendapatkannya dia mengangkat tubuhnya untuk berdiri dengan tangan yang berpegangan erat dengan sesuatu yang berhasil digenggamannya.
Yuli berhasil berdiri!
Setelah berdiri dia segera berteriak, "Mumamama!"
Tapi Jaemin tak kunjung bangun dan menyapanya, alhasil Yuli kesal dan berakhir menangis dengan posisi masih berdiri bertumpuan dengan sesuatu yang kuat yang berhasil menopang tubuh gempalnya.
Itu berhasil membuat Jeno serta Jaemin terbangun dengan raut sangat terkejut. Teriakan tangis Yuli tidak main-main. Sangat keras!
Jeno segera berlari menghampiri ranjang Jaemin. Sedangkan Jaemin sudah berhasil membopong Yuli dan didekapnya erat; menenangkan tangisan Yuli.
"Hei, manis. Kenapa, hm?" Tanya Jaemin, tangannya tidak berhenti mengusap surainya dengan lembut.
"Jeno, kenapa Yuli bisa sampai berdiri disini sendirian. Kamu kemana?!" Kesal Jaemin.
"Maaf. Aku ketiduran." Sesal Jeno.
"Kamu ketiduran? Astaga Jeno, gimana kalau Yuli jatuh tadi! Ceroboh banget sih."
Tangisan Yuli sudah mereda dan terlihat jika matanya sudah tertutup sekarang. Sepertinya Yuli memang sangat merindukan Jaemin.
"Dia sangat rewel tadi, tidak mau tidur dan terus mengoceh memanggil mu." Ucap Jeno.
Jaemin menaruh Yuli ke ranjang dengan hati-hati.
"Bagaimana bisa dia memanggil nama ku? Dia hanya bisa mengoceh bukan berbicara!"
"Muma,"
Nah, Jeno sudah kembali menjadi si irit bicara.
"Apanya,"
"Ck, dia terus mengoceh memanggil Muma-nya. Memanggil kau,"
Pipi Jaemin memanas. Ternyata benar, Jeno menyebut dirinya Muma-nya? Berarti dia seorang ibu, dan Jeno? Apa Jeno juga berarti seorang ayah? Ayahnya Yuli begitu? Ah, membayangkannya saja rasa nya Jaemin meledak.
"Aku bukan Muma-nya!"
"Lalu? Dari mana saja?"
"Huh?"
"Kau,"
"Aku apa?!"
"Dari mana, tidak menyusul Yuli dan tiba-tiba sudah ada di kamar."
Huh, kenapa Jeno mengingatkan hal itu!
"Tidak apa-apa. Hanya ingin."
"Kau perlu mengabari."
"Aku menunggu mu hingga sore bersama Yuli yang sangat rewel." Lanjut Jeno.
"Maaf, aku lupa. Lagi pula kenapa Yuli rewel, biasanya dia akan baik-baik saja hingga menjelang malam, di kampus."
"Merindukan mu."
"Huh?"
"Ck, sudah ku bilang tadi."
"Apa Jeno?! Siapa yang merindukan ku?" Tanya Jaemin, entah kenapa dia sangat penasaran, siapa yang merindukan nya. Apakah itu Jeno?
"Yuli, siapa lagi?"
Uh, Yuli ternyata. Jaemin bodoh! Kenapa dia mengharapkan Jika Jeno yang merindukan dirinya. Tidak mungkin seorang Jeno merindukan dirinya bukan?
Ah kenapa dadanya kembali sakit?
To Be Continued
Kolom untuk
Vote&Coment!
Silahkan(☞^o^) ☞
©Vvusr_
3 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐮𝐫 𝐁𝐚𝐛𝐲✓【ɴᴏᴍɪɴ】
Fiksi RemajaEnd! But kalo baca tetep Vote sama Komen ya! Book one from Big baby! Ada sequel, jadi kalo abis baca ini baca juga book two-nya, oke?! Tidak banyak konflik jadi hati dijamin aman! . Jeno dan juga Jaemin adalah teman satu kamar atau bahasa gaulnya ad...