End! But kalo baca tetep Vote sama Komen ya!
Book one from Big baby! Ada sequel, jadi kalo abis baca ini baca juga book two-nya, oke?!
Tidak banyak konflik jadi hati dijamin aman!
.
Jeno dan juga Jaemin adalah teman satu kamar atau bahasa gaulnya ad...
"Jeno! Ambilkan air, aku haus." Pinta Jaemin dengan mengguncang pelan bahu Jeno yang tertidur di sampingnya.
Jeno menaikkan kepala nya karena merasa jika Jaemin memanggilnya.
"Oh kau sudah bangun?"
"Bangun? Emang kenapa?" Tanya Jaemin heran.
"Kau lupa?"
"Apa Jeno!"
Jeno memandang Jaemin heran.
"Kau baru saja melahirkan sayang."
Jaemin tentu saja membelak. Bagaimana bisa?!
"Kamu ngomong apa sih?! Kandungan aku baru tujuh bulan, kamu lupa?" Tanya Jaemin sedikit kesal. Jaemin meraba perutnya dan mengusapnya perlahan. Tapi—
PERUT JAEMIN RATA!
"Je-jeno! Perut aku, perut aku rata? Anak aku kemana? Kemana, Jeno?!" Jaemin terisak histeris. Perut nya memang terasa nyeri dan sangat tidak nyaman. Tapi dia tidak peduli, yang ia pedulikan anaknya! Kemana anaknya?!
"Sayang, tenang. Hei," Jaemin memberontak di pelukan sang suami. Jaemin dalam masa tidak stabil, maksudnya kenapa dia lupa jika dia baru saja melahirkan?
Apakah Jaemin mengira jika anaknya telah tiada?
"Anak kita kemana, Jeno?!"
"Sayang, hei dengerin aku. Anak kita ada dia masih hidup. Apa kau mengira jika anak kita meninggal?"
Jaemin sontak menengadahkan kepalanya memandang Jeno dengan tatapan antusias.
"Anak kita masih hidup? Lalu, lalu dimana dia sekarang?!"
"Anak kita lahir prematur, jadi dia di tempatkan dalam inkubator agar bisa bertahan hidup. Dia sangat tampan sayang. Bagaimana bisa kau mengira anak kita telah tiada, hm?"
Jaemin masih terisak di pelukan Jeno hanya saja istri dari seorang Jeno itu sudah tak berontak lagi.
"Kau istirahat oke? Perut mu pasti masih sakit kan?"
Jaemin mengangguk lemah. Merebahkan dirinya kembali di brankar dengan di bantu Jeno.
"Tapi Jeno, aku ingin melihat anak kita."
"Nanti, ya? Mumanya harus pulih terlebih dulu. Jika tidak Haechan sedih melihatnya."
"Haechan?"
Jeno mengangguk, "Eum, nama anak kita, Lee Haechan. Apa kau suka?"
Jaemin mengangguk antusias.
"Namanya sangat cantik! Aku suka." Ucap Jaemin dengan senyum yang sangat cantik membuat Jeno lagi-lagi terpesona.
Terpesona~
🕳️°•Nomin•°🕳️
"Yuli-ah, boleh Muma minta tolong, sayang?"
"Ya, Muma?" Ucap Yuli dengan berlari-lari kecil menuju Jaemin.
"Temani Echan disini oke? Muma akan membuatkan susu untuknya, apa Yuli juga mau susu?"
"Yuyi mau susu! Susu yasa duyian, ada Mum?" Jaemin terkekeh gemas.
"Tidak ada sayang. Tunggu disini, oke?"
"Oke!"
Jaemin pun meninggalkan Haechan dan juga Yuli diruang tengah. Haechan menginjak usia tujuh bulan sekarang. Haechan adalah bayi yang sangat aktif. Diumur nya yang baru tujuh bulan itu sudah bisa merangkak dan akan menggapai apapun untuk membantunya berdiri!
Sedangkan Yuli sedang demam ponsel. Alhasil pandangannya tak lepas dari ponsel yang menampilkan banyak video itu.
Dia melupakan amanat dari sang ibu untuk menjaga Haechan dan malah sibuk menonton video dari ponselnya.
"Haechan!" Jeno yang baru saja pulang dari kampus itu segera menangkap Haechan yang akan jatuh karena dia tengah memanjat laci kecil yang ada disana.
"Yuli!"
"Y-ya, Baba?"
"Kenapa kau membiarkan adik mu bermain sendiri?! Apa kau tau jika dia akan jatuh tadi?!" Jeno yang kesal akhirnya membentak Yuli hingga anak itu menunduk ketakutan.
"Jeno! Ada apa? Kenapa kamu memarahi anak kita seperti itu?" Tanya Jaemin yang baru saja selesai membuatkan anak-anaknya susu.
"Dia membiarkan Haec—"
"Diamlah!" Ucap Jaemin memotong pembicaraan Jeno.
Jaemin menolehkan kepalanya ke arah Yuli yang menunduk ketakutan.
"Nah, Yuli-ah sekarang minum susu ini dan pergilah menonton televisi. Biar Muma menangani Baba terlebih dulu, oke?" Ucap Jaemin pada Yuli. Yuli hanya mengangguk dan segera pergi dari sana dengan membawa satu gelas susu.
"Ada apa dengan mu, Jaemin?! Yuli salah, seharusnya kau memarahinya!"
Jaemin mendekat ke arah Jeno yang menggendong Haechan dan mencium pipi Jeno lama.
"Kamu hanya sedang lelah, Jeno. Ku mohon jangan melampiaskan lelah mu pada anak kita. Mereka masih kecil. Yuli kecil hanya butuh peringatan tanpa membuat suara keras seperti yang kamu lakukan tadi." Ucapnya dengan tangan yang terulur membetulkan tatanan rambut Jeno.
"Aku akan menyiapkan air hangat untuk mu mandi setelah itu istirahat lah aku akan memasak makan malam untuk kita."
Jaemin beranjak dari sana setelah mendapatkan anggukan dari Jeno dan mencuri satu kecupan dibibir Jeno.
Jeno tersenyum hangat. Setelah tujuh bulan mengandung Haechan, Jaemin merelakan diri untuk hanya mengurus rumah serta keluarga kecilnya itu. Ya, Jaemin memutuskan untuk putus kuliah. Itu pilihan berat memang. Tapi itu sudah menjadi tanggung jawab Jaemin. Mengurusi dua anak memang tak mudah, tapi Jaemin mampu mengendalikannya dengan sangat baik. Jeno sangat beruntung bisa memiliki istri yang sangat cantik serta baik hati seperti nya.
End!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hayuu lah, mampir ke work baru! karena cerita ini udah end! Yey, masih ada extrachap sih. Kali ini Jaeyong ye. Hue bgt ga sih sama ini kapal. Pokonya baca aja ya!
Btw, maapkeun baru update masih galau soalnya si LinDu putus huee, couplerealkuuu. Nangid seharian ampe banjir ini kamar.
Jan lupa Vote komen, follow juga bisa. Hayu lah!
Sampai jumpa di extrachap sama ff baru ya kelean semua!