14. Not Again

2.8K 203 0
                                    

Delissa POV

Aku memakai sepatu boots ku dan menggendong backpack yang berat ini, dan menggenggam senapanku dengan siap. Aku menarik pelatuk dan kaca di pintu rumahku pecah, membuat tangan-tangan zombie itu berusaha menggapaiku, dasar bodoh!

"Rasakan itu makhluk idiot!" Aku memaki sembari menembaki mereka satu persatu, darah bermuncratan dimana-mana. Aku tidak peduli, yang pasti aku harus keluar dari sini dan mencari Ed.

Berhasil menghabisi zombie-zombie di pintu itu, aku keluar dan berlari menuju halaman rumahku, mengambil kunci mobil dari saku dan menjepitnya dengan kedua bibirku, aku lompat masuk ke dalam mobil ini tanpa membuka pintunya terlebih dahulu, ya, mobilku sedan biru dengan atap terbuka. Keren bukan?

Aku meletakkan backpack ku dengan kasar di jok sebelahku, lalu meletakkan senapan dengan perlahan di samping kakiku, aku masukkan kunci mobil ke tempatnya dan berusaha menyalakan mobil ini.

Beberapa zombie menghampiriku tetapi mobil belum juga hidup, "hiduplah bodoh! Aku kesulitan disini! Hei! Ayolah!" Aku memukul setir mobil dengan keras lalu mobil ini menyala. Aku langsung mengendarai mobilku tanpa peduli para zombie di hadapanku. Mereka terjatuh, terlindas, satu zombie berlari cepat dari sebelah kananku, aku membuka pintu penumpang dan zombie itu terpental lalu menabrak truk yang terparkir di pinggir jalan.

"Hell yeah!" Teriakku sambil memukul setir mobil karena terlalu bersemangat.

Fokus ku kembali ke jalanan dan tidak lagi melihat ke belakang. Suasana masih sama, masih suasana perumahan yang aku tinggali.

***

Nala POV

Gadis dengan pakaian cheerleader ini menodongkan pistol ke arahku. Aku membatu ketika ia berteriak menyuruhku pergi.

"Kumohon, kami hanya ingin mengambil senjata," pintaku lembut sambil perlahan meletakkan senapanku di lantai dan kembali berdiri lalu mengangkat tanganku.

"Tidak! Pergi dari sini!" Teriak gadis cheerleader itu. Kulihat Alex berlari menghampiriku dengan panik.

"Nala ada apa--whoa..," Alex berhenti di sampingku dan terlihat terkejut melihat gadis cheerleader itu.

Tidak hanya gadis itu yang ada di dalam ruang loker, tetapi ada dua orang laki-laki, yang satu terlihat sepantaran dengan Ed dan gagah. Satu lagi terlihat seumuranku dan Alex,  terlihat ceroboh dan keras kepala. Ada satu gadis lain yang terlihat sepantaran denganku, dia terlihat pemalu.

"Sarah, biarkanlah mereka mengambil beberapa senjata, kita aman, kita tidak membutuhkan senjata," ucap laki-laki yang sepantaran Ed sembari berdiri.

Ternyata nama gadis itu Sarah, "Tidak Erik! Ada apa denganmu?!" Bentah Sarah dengan kasar dan tangan yang masih menodongkan pistol ke arahku.

Laki-laki itu terus mengatakan sesuatu kepada Sarah, tetapi membalasnya dengan membentaknya.

"Cukup Sarah! Aku sudah muak dengan kelakuanmu! Kau egois! Mereka hanya ingin mengambil beberapa senjata, itu saja! Kita masih punya banyak perlindungan! Ruangan ini saja sudah cukup! Kita hanya menunggu seseorang untuk datang menolong kita, tentara? Polisi? Tidak akan ada yang datang! Kita hanya akan membusuk di dalam sini! Setidaknya mereka berjuang untuk sesuatu!" Laki-laki yang bernama Erik itu terlihat sudah kesal dan sangat muak terhadap Sarah. Sarah menurunkan tangannya yang menodongkan pistol ke arahku.

Erik berjalan menuju gerbang ruang loker dan membuka gemboknya, "Ambil apa yang kalian butuhkan," ucap Erik lembut.

Aku tersenyum lebar, lalu menarik tangan Ed menuju ruang loker itu, "Terima kasih," ucapku dengan senyum di wajahku. Aku melihat Alex mengangguk sambil tersenyum kepada Erik.

"Apa yang kau pikirkan Erik! Kau gila!" Bentak Sarah.

Aku dan Alex bergegas mengambil senjata dan amunisi yang kami butuhkan. Kami bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Sungguh, aku tidak berniat menguping, tetapi mereka berbicara dengan keras, jadi mau tidak mau aku dan Alex mendengarnya. 

Aku mengisi tas kosong yang kubawa dengan amunisi dan pistol yang ternyata lumayan berat. Alex mengambil beberapa senapan dan beberapa kaleng minuman yang ada di dalam sini. Makanan kami masih banyak, jadi kami hanya mengambil minuman kaleng saja.

"Terima kasih," ucapku lagi saat aku dan Alex hendak keluar dari ruang loker. 

"Tunggu!" Erik menghentikan langkah kami saat sampai di depan gerbang ruang loker. Aku dan Alex berhenti lalu melihat ke arah mereka.

Sarah melihat Erik dengan tatapan marah, bingung, kecewa, menjadi satu, Erik berjalan beberapa langkah menghampiri kami, "Aku ikut kalian," ucapnya. 

Aku dan Alex cukup terkejut dengan itu, Sarah terlihat sangat terkejut.

"Aku juga," ucap gadis lain yang terlihat pemalu. Erik tersenyum melihat gadis itu dan Sarah tampak semakin terkejut.

"Johnny?" Tanya gadis itu, laki-laki yang bernama Jhonny itu tetap diam di tempat, dia tidak mau keluar, maka kami pun segera pergi dari situ.

"Sarah? Ikutlah denganku, kita akan keluar dari sini," ajak Erik kepada Sarah. Sarah mengangkat kepalanya dengan tatapan sinis, aku bisa melihat matanya berkaca-kaca.

Erik menunduk dan berjalan menjauh dari ruang loker bersama gadis yang namanya belum kuketahui, mengikutiku dan Alex.



The Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang