2. Found You

8.6K 419 2
                                    

Stephanie's POV

Hari ini aku tidak bersekolah. Entah mengapa aku merasa tidak enak badan, namun aku membiarkan Nala bersekolah seperti biasa. Ia sebenarnya tidak memiliki banyak teman, tetapi entah kenapa dia sangat senang untuk pergi ke sekolah. Aku yakin karena dia percaya bahwa ia bisa mendapatkan teman dari 'otak profesor' nya, bahkan bisa menarik laki-laki untuk menyukainya. Sayangnya tidak banyak laki-laki yang menyukai gadis pintar.

Entahlah.

Aku menyalakan televisi sebelum duduk di sofa dan meletakkan kakiku di meja kopi di depanku, lalu aku membuka bungkus makanan ringan yang baru kuambil dari lemari pendingin.

Satu perasaan sama yang sangat biasa kurasakan saat sendirian di rumah tiba-tiba muncul kembali. Aku mendengar suara orang tuaku bertengkar, suara Nala tertawa, kadang kudengar penyedot debu yang menyala, namun itu hanya imajinasiku karena aku rindu dengan mereka. Kebersamaan kami.

Aku mengatup rahang keras-keras saat pikiran itu melintas, aku tidak bisa menyelamatkan orang tuaku dari kebakaran rumah dan para zombie yang memakan mereka. Tanganku yang menggenggam bungkus makanan ringan mengepal. Tanpa sadar aku meneteskan air mata. Merasa sia-sia, aku menyeka air mataku dengan tanganku yang lain.

"Apa yang kau pikirkan Stephanie! Lupakan makhluk jelek itu!" saking kesal, aku melempar bungkus makanan ringan dan membuatnya jatuh berantakan di lantai, "Hebat, sekarang aku harus membersihkannya lagi!"

Tak lama setelah aku berhasil membersihkan kekacauan yang aku buat, aku kembali duduk di sofa dan menonton TV. Baru saja duduk, aku mendengar seseorang membuka pintu rumah tanpa mengetuk. Pasti Nala. Aku memutar kedua bola mataku dan menoleh ke arah pintu.

"Hei kau sudah pulang, yeay...," ucapku pelan tanpa ada semangat sedikitpun. Aku terdiam dan membelalakkan mataku ketika aku melihat satu orang lain bersama Nala yang sangat kukenal.


***

Nala's POV

Tak terasa kami sudah sampai di depan rumahku, aku segera melepaskan peganganku pada kaos Ed lalu turun dari motornya. Rambutku agak berantakan ketika aku melepaskan helm dari kepalaku. Kunciranku lepas bersamaan dengan terbukanya helm. Dengan sigap aku mengoper helmnya ke tangan ed lalu membuka tas dan kembali mengenakan beanie hitam kesukaanku.

"Kau sangat suka topi itu ya?" tanya Ed saat melihatku. Aku hanya tersenyum dan mengangkat kedua bahu lalu berjalan mendekati Ed hingga aku berdiri disampingnya.

"Ya, aku sangat menyukainya, dan ini beanie kesukaanku, buka topi," jawabku sambil tersenyum. Kami pun berjalan masuk ke dalam rumah.

"Hei kau sudah pulang, yeay...," ucap Stephanie tanpa semangat ketika aku dan Ed melangkah masuk ke rumah. Ia merubah ekspresinya dalam sepersekian detik dan membatu ketika mendaratkan pandangannya pada Ed. Aku hanya mengerutkan dahi melihatnya dan ketika aku memindahkan pandanganku untuk menatap Ed, dia sama terkejutnya dengan Steph. Ada apa ini? Apa aku harus ikut bertatap-tatapan seperti mereka, aku memutar bola mata dan berdehem pelan karena ini sangat canggung.

"Hai Steph." Sapa Ed. Aku benar-benar bingung. Mereka kenal satu sama lain?

"Kau mengenalnya?" tanyaku sambil menatap mereka satu persatu. Namun aku seperti dianggap tidak ada karena mereka sibuk dengan tatapan masing-masing. Dengan gerakan tiba-tiba, Steph memeluk beranjak dari duduknya lalu memeluk Ed dengan erat. Ed yang terkejut pun membalas pelukan Steph.

Oke, ini sangat membingungkan, Ed membuka matanya dan menatapku yang kebingungan lalu melepaskan pelukan Steph dan tersenyum. "Silahkan duduk, aku akan membuatkan minuman," ucap Steph lalu berjalan ke dapur. Ini kesempatan yang bagus untuk bertanya.

"Kau kenal Stephanie? Kakakku?" tanyaku sambil menatap mata Ed.

"Umm...ya, kami teman yang baik, dulu, dan kami pernah menjalin hubungan, ya, seperti itulah," jawab Ed sambil menggaruk belakang kepalanya yang aku rasa tidak gatal sama sekali. Ia hanya gugup dan merasa canggung untuk menjawab pertanyaanku. "Sebenarnya, itu alasan mengapa aku akhirnya memberanikan diri untuk berbicara denganmu setelah berbulan-bulan menundanya. Setelah serangan pertama sudah jelas rumah kami direlokasi. Aku tidak tahu dimana Steph berada. Lalu aku melihatmu di kelas matematika, aku tahu itu kau Nala, tetapi aku ragu untuk menyapamu. Ya, mungkin aku memang pengecut."

Oke, entah kenapa hatiku terasa seperti ditusuk-tusuk jarum, sakit. Steph tidak memberitahuku mengenai hal ini. Aku bahkan tidak mengenal Ed sama sekali. Steph tidak pernah bercerita kepadaku tentangnya. Ed sudah menjadi teman sekelas ku dalam waktu yang lama dan aku tidak pernah tahu.

Mengapa Steph menyembunyikan hubungannya dengan Ed?

Aku hanya terdiam dan tersenyum mendengar jawabannya. Tidak tahu apa yang harus aku katakan.

Tak lama kemudian, Steph datang membawa nampan berisi tiga jus jeruk yang terlihat segar. Ia pun duduk di sebelahku, aku duduk diantaranya dan Ed.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi, jadi, bagaimana sekolahmu?" tanya Steph dengan tiba-tiba, tidak membiarkan Ed mengambil napas setelah meneguk jus jeruknya.

"Aku pun tidak menyangkanya. Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu? Aku tidak pernah melihatmu di sekolah," jawab Ed sekaligus bertanya kembali.

"Aku juga baik-baik saja. Mungkin kau tidak mencariku dengan baik," ucap Steph sambil tersenyum dan menggosok-gosok telapak tangannya.

Aku sekilas memperhatikannya, rambut pendek kemerahannya dikuncir kuda, kemeja ungu sederhana dengan motif kotak-kotak menutupi tubuh bagian atasnya, dan celana pendek hitam sekitar 5 cm diatas lutut menutupi tubuh bagian bawahnya. Kalung berbentuk setengah hati menggantung di lehernya. Itu kalung yang berpasangan denganku, aku pun masih memakainya. Kami dulu sangat akrab. Setelah serangan pertama, hubungan kami menjadi renggang, aku tidak tahu apa alasannya.

Aku bersandar di sofa, memberikan ruang bagi mereka untuk ber-nostalgia. Aku meraih kalung setengah hatiku dan memutarnya di antara ibu jari dan telunjuk ku. Tanpa sengaja aku terlonjak mendengar apa yang dikatakan Steph. "Ya, aku sangat sering menceritakan dirimu kepada Nala, dia..."

"Apa kau bilang? Aku tidak pernah mendengar nama Ed selama ini yang keluar dari mulutmu," jawabku tiba-tiba.

Steph menghela napasnya dengan berat. "Tidak Nala, aku selalu menceritakan Ed kepadamu, mungkin kau lupa karena banyak hal yang kau pikirkan...," lagi-lagi omongan Steph terputus oleh omonganku.

"Tidak! Kau tidak pernah menceritakan Ed kepadaku! Aku tidak percaya bahwa selama ini kau menyembunyikan sesuatu dariku dan kau bahkan berbohong sekarang. Apakah separah itu hancurnya hubungan kau dan aku? Apa yang membuatmu berubah?!" bentakku yang berdiri menghadap Steph. Dia terlihat tenang tetapi aku tahu ia kebingungan sekarang.

Aku berusaha menenangkan diriku "Mungkin sebaiknya aku pergi ke kamarku, ini bukan waktu yang tepat. Maaf Ed," aku langsung berlari ke kamar dengan perasaan bercampur aduk.

The Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang