20. Dilemma

3.1K 195 9
                                    

Pat's POV

Tak bisa kupercaya apa yang kulihat sekarang. Alvin yang tergeletak di lantai sedang disantap oleh beberapa mayat hidup yang menjijikan. Ia masih membuka matanya dan meminta tolong dengan suara yang semakin melemah. Ini terlalu mengerikan. Aku berusaha untuk tetap diam agar mayat hidup itu tidak berbalik dan menjadikanku sebagai target selanjutnya.

"Astaga," seru Ed dan Delissa bersamaan. Mereka sudah berdiri di sampingku semenjak tidak tahu kapan. Mereka perlahan-lahan mundur lalu bergegas mengambil perlengkapan yang mereka miliki. Taklama setelah mereka mundur, Ray sekarang berdiri di sampingku.

"Sial."

"Mereka pasti ada di dekat sini," ucapku dengan berbisik.

"Jika ada tiga dari mereka disini, akan ada lebih banyak lagi," ujar Ray yang lalu menarik tanganku untuk pergi.

"Pasti akan ada lebih banyak dari mereka setelah ini," ujar Delissa mengatakan hal yang sama seperti Ray sebelumnya.

"Sudah jelas," seru Ray.

"Kau punya masalah denganku?" seru Delissa setengah berbisik.

"Said someone who threw the first punch," balas Ray yang berdiri tegak di samping Delissa seperti menantangnya untuk kembali berkelahi.

"Kau menghajar adikku, tentu saja aku memukulmu."

Ini benar-benar bukan saat yang cocok untuk berkelahi. Kami berada di dalam satu ruangan bersama dengan teman kami yang sekarang sudah tidak berteriak meminta tolong karena sudah mati disantap oleh para mayat hidup yang entah darimana datangnya dan mereka memilih untuk berkelahi.

"Kau tahu apa? Kita tidak perlu pergi dari sini, kau mau berduel denganku? Atau kau ingin menghabisi mayat hidup itu sendirian?" ujar Ray kembali. Ia mengatakan omong kosong sekarang. Apa mungkin Delissa meninjunya terlalu keras sebelumnya?

"Ray, hentikan omong kosongmu sekarang juga, kita harus pergi dari sini secepatnya sebelum kawan-kawan mayat itu sampai ke sini," seruku sembari menarik lengan Ray dan membuatnya menatapku agar ia melihat wajahku sekarang.

"Tenanglah, Dik. Kita akan baik-baik saja jika kita tidak pergi, mungkin sebentar lagi mereka akan selesai makan dan kita bisa menghabisinya."

"Apa?!" Tanyaku untuk memperjelas apa yang baru saja dikatakan Ray. " Kita tidak bisa menetap di sini lagi, mayat hidup itu sudah menemukan tempat ini, mereka sudah membunuh Alvin! Kita tak bisa tinggal di tempat ini lagi Ray!" Seruku sambil meremas bahu Ray dengan kencang.

"Kita tidak perlu pergi!" Suara Ray menggema di ruang seni ini yang kemudian tentu saja memancing para mayat hidup untuk masuk ke dalam sini. Tak lama terdengar geraman-geraman yang semakin lama semakin mendekat. Mayat-mayat hidup yang tadinya menyantap Alvin pun menoleh ke arah kami lalu mulai berjalan mendekat. Mereka menatap kami seakan kami adalah hidangan penutup.

"Hei kau gila?! Kau bisa membuat kematian kita lebih cepat!" Delissa tiba-tiba mendorong dan mencengkeram baju Ray dengan kuat.

"Hei!" Teriakku sambil berusaha menarik Delissa dari Ray.

Delissa malah menyikutku dan aku terlempar, beruntung Ed menangkapku.

"Hentikan ini! Tidak ada waktu untuk bertengkar! Kita harus segera keluar, pergi dari sini!" Ed memisahkan mereka berdua.

"Baiklah, baiklah. Pat, kau kumpulkan apapun yang kita butuhkan bersamanya," Ray memberiku perintah untuk mengumpulkan barang-barang yang dibutuhkan bersama dengan Delissa.

"Hei aku tidak akan diam saja disini! Aku mau membantu!" Delissa menolak perintah Ray.

"Arghh! Baiklah kau bersamaku menjaga pintu, kau dan Ed kumpulkan!" Aku dan Ed mengangguk bersamaan lalu mengambil barang-barang, makanan, dan minuman yang dibutuhkan lalu kami masukkan ke dalam tas.

The Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang