6. Bersitegang

8.5K 1.5K 244
                                    

Renjun berenang mondar-mandir di ruang singgasana ditengah kegelisahannya menunggu kedatangan Jaemin yang pergi bersama Pangeran Jeno. Tangannya saling meremat guna melampiaskan rasa kalutnya. Pandangannya terus menatap ke arah luar pintu kayu yang sengaja dibuka, menampilkan tangga gantung yang berada di luar singgasana. Entah kenapa, saat ia mendengar kabar bahwa Jaemin pergi bersama Pangeran Jeno, dirinya mendadak takut dan merasa khawatir.

Renjun sangat mengenal bagaimana kepribadian Jeno yang tak peduli terhadap orang-orang di sekitarnya. Atensinya hanya tertuju pada sosok yang dianggapnya penting. Dan mengajak Jaemin pergi bersama dalam kurun waktu yang cukup lama merupakan hal baru dalam diri pangeran itu, karena sedari kecil Jeno tidak pernah mau bergaul dengan siapapun, kecuali Renjun dan keluarganya.

Sejak terjadinya kekacauan dasyat di Oinis yang mengakibatkan tempat para duyung itu dikutuk, Jeno mendadak berubah menjadi pribadi yang berbeda. 

Jeno kecil adalah sosok periang yang menghangatkan suasana di istana. Sifatnya yang ceria dan mudah berbaur membuatnya disenangi dan dicintai oleh keluarga serta kerabat, juga seluruh rakyat di Oinis, pun dengan Raja Fendrel selaku raja pengendali lautan terdahulu, sebelum diserahkan tahtanya pada Kakek Jeno lalu beralih ke ayahnya, Raja Aiden. Namun, semua berubah ketika kekacauan itu datang.

Awalnya Renjun bingung dengan perubahan yang terjadi pada diri pangeran Oinis itu. Namun lamban laun ia mengerti dan memahami apa yang Jeno rasakan. Jeno tahu jika dirinya keturunan terakhir kerajaan juga keturunan Dewa Poseidon yang akan memimpin kerajaan Oinis kelak. Ia merasa punya tanggung jawab atas apa yang terjadi pada Oinis. Sehingga sejak dini, dirinya sudah berjuang mempertahankan dunia duyung itu, dengan meminta bantuan Renjun. 

Lantas, keduanya berjuang bersama, bertahun-tahun bahkan sampai Renjun hampir putus asa karena apa yang mereka perjuangkan tak membuahkan hasil.

Tapi itu tidak berlaku bagi Jeno.

Pangeran itu seperti membara. Ada tekad kuat dalam dirinya untuk melenyapkan kutukan itu, hingga tanpa sepengetahuan Asrais mungil yang mengabdi lama pada dunia yang ditinggalinya, Jeno berjuang sendiri. 

Dari situlah, Renjun merasa jika Jeno bukan lagi sosok Jeno yang dikenalnya. Ada sisi tak tersentuh di mana Jeno membentengi diri dari siapapun, dan Renjun sedikit takut akan sisi misterius pangeran Oinis itu.

Entahlah.

Saat ini, Asrais mungil itu diliputi ketakutan yang luar biasa. Melihat Jeno yang tiba-tiba menaruh afeksi pada Jaemin membuat Renjun berpikir yang tidak-tidak.

'Apa Jeno sudah tahu jika Jaemin itu manusia? Apa dia sudah mengetahui semuanya?'

Sungguh, ketakutannya benar-benar terasa menyiksa bahkan sampai ke sum-sum tulang. Apalagi mengingat jika Jeno memiliki trauma tersendiri terhadap kaum yang bernama manusia. Renjun sangat khawatir terjadi sesuatu dengan Jaemin.

"Renjun."

Renjun tersentak saat sebuah tepukkan tiba-tiba mendarat tepat pundaknya, mengagetkan dirinya. Asrais mungil itu lantas menoleh kemudian membelalak saat mengetahui sosok agung menguasa Oinis lah sosok yang telah menepuk pundaknya.

"Yang Mulia?!"

Buru-buru Renjun membungkuk dalam, meminta maaf kepada sang raja karena telah mengabaikan kehadiran raja itu yang memang datang bersamanya tepat setelah mereka selesai membicarakan masalah yang sudah mereka bahas sebelumnya.

"Ampuni hamba, Yang Mulia. Ampuni hamba karena mengabaikan Anda. Maafkan hamba karena telah menganggap Anda tidak ada. Hamba tidak bermaksud untukㅡ"

"Mereka akan baik-baik saja, Renjun. Aku sangat mengenal bagaimana sosok putraku. Kau tidak perlu merasa secemas itu."

Renjun terkesiap saat Raja Aiden tiba-tiba berucap menyela permohonan maafnya, dengan nada dingin juga raut wajah yang terkesan sedikit tidak bersahabat. Tanpa sadar tangannya meraba sesuatu di belakangnya, mencari topangan guna menyangga tubuhnya yang terhuyung karena saking kagetnya.

OINIS : The Sirena [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang