10. Menyadari Perasaan

7.9K 1.3K 403
                                    

Chapter ini sedikit melow dan menegangkan jadi siapkan hati ya, guys.

Samaㅡada perpindahan scene dan latar dari Jaemin ke Jeno, dan dari Jeno ke Jaemin, jadi maaf kalo bikin bingung. Tapi kalian bisa bayangin adegan itu kek nonton film-film yang berpindah-pindah scene gitu, hehe.. Semoga paham maksudku.

So, happy reading! 💚















Renjun tengah berenang gelisah di depan gerbang utama Kerajaan Avery ketika suara gelembung air terdengar dan menghentikan aksi Renjun. Asrais Huang itu lantas menoleh, kemudian berseru lega melihat Jaemin datang bersama Pangeran Jeno. Buru-buru ia menghampiri Pemuda Na itu dan memeluknya erat.

"Astaga, Na. kau dari mana saja? Sedari sore aku mengkhawatirkanmu, tahu. Kau pergi lama sekali," ujar Renjun panik bercampur khawatir.

Jaemin membuka mulut hendak bersuara, namun kepakkan ekor biru kehijauan Jeno juga guncangan kuat gelombang air menghentikan niat Jaemin. Keduanya lantas melepaskan diri, kemudian menoleh melihat Jeno yang melengos pergi begitu sajaㅡmelewati mereka. Jaemin menunduk sedih melihat sikap Jeno. Sedang Renjun memandang heran sekaligus kesal.

"Sebenarnya aku juga punya urusan dengan Oannes itu. Enak sekali dia membawa Jaemin pergi begitu saja, dengan tiba-tiba lagi," gumam Renjun masih memandangi sosok Jeno yang mengecil memasuki pintu besar istana. Matanya menyipit tak suka sebelum kemudian menoleh ke arah Pemuda Na.

"Tapi aku jauh lebih mengkhawatirkanmu. Kau tidak apa-apa kan NaㅡAstaga! Jaemin?!" pekik Renjun tak melanjutkan kalimatnya. Rautnya berubah panik melihat Jaemin yang menunduk dalam sambil terisak. Renjun mendekat memegang pipi kiri dan lengan kanan Jaemin, lantas bertanya perihal isakkannya.

"Jaemin, ada apa? Apa Jeno menyakitimu?"

Jaemin hanya menggeleng singkat. "Aku ingin ke bangkai kapal."

Renjun semakin khawatir dibuatnya. Suara Jaemin terdengar parau. Akhirnya, walau masih dilingkupi perasaan cemas, Renjun menuruti keinginan Jaemin dengan membawanya ke bangkai kapal.

Sedang di sisi lain, Jeno menggeram marah memasuki kamar pribadinya. Tangannya mengacak kasar surai panjangnya yang hitam legam. Ia lalu berenang gontai ke cangkang miliknya yang terbuka lebar, mendudukkan pantat ekornya di sana. Jeno lantas termenung. Pikirannya benar-benar kacau saat ini.

.

.

.

.

Renjun memegangi lengan Jaemin yang bisa saja terhuyung karena tubuhnya yang mendadak lemas. Tangannya menggiring pelan Pemuda Na memasuki cangkang kerang sebelum kemudian keduanya duduk di sana. Renjun masih setia menunggu Jaemin siap bercerita. Dirinya menggenggam erat tangan Jaemin yang saling bertaut satu sama lain.

"Jaeminㅡ"

"Njun," panggil Jaemin dengan suara serak paraunya. Tangisnya tak lagi keluar namun wajah dan bola matanya memerah tomat. "Apakah salah jika aku menyukai Jeno?"

Renjun terkesiap hingga ia hampir saja terjungkal saking kagetnya ia mendengar kalimat tak terduga Jaemin. Maniknya melebar bulat dengan wajah terkejut luar biasa. "Apa?"

"Aku tidak tahu kenapa aku bisa mencintainya, tapi aku merasa ada yang aneh dengan perasaanku."

.

.

.

.

Jeno membanting kasar tubuh kekarnya pada alas dalam cangkang. Ekornya ia biarkan menjuntai keluar melewati batas kerang cangkang. Tangan bersisiknya lantas memijat-mijat pelan pelipisnya yang pening, mencoba menghilangkan rasa sakitnya juga ingatannya akan kejadian-kejadian hari ini.

OINIS : The Sirena [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang