11. Hari Yang Ditunggu

8.5K 1.4K 667
                                    

Flashback ke Jeno yang beranjak pergi menemui Jaemin..

Jaemin tengah berbaring, dan hendak menutup mata ketika cangkang kerangnya tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok Jeno di luar sana. Pemuda Na itu lantas tersentak, kemudian memekik dan langsung beranjak bangkit dari tidurnya.

"Jeno?! Kenapa kau bisa di siㅡ"

Belum juga Jaemin menyelesaikan kalimatnya, Jeno sudah memantrai Jaemin dengan sentuhan seringan kapas miliknya. Pangeran Oinis itu lantas menyeringai, kemudian membopong Jaemin ala bridal dan membawanya pergi ke tempat tujuannya. Dalam hati Jeno bersorak senang melihat Jaemin yang tak sadarkan diri dalam rengkuhannya. Tinggal menghitung waktu dan Jeno akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Ia menyeringai jahat.

.

.

.

.

Jaemin memekik dan jatuh hampir terjerembab ke bebatuan ketika Jeno dengan kuatnya mendorongnya masuk dan tersudut di dalam goa. Pemuda Na itu lantas menoleh dan hendak melayangkan kalimat protes ketika Jeno dengan dinginnya menatapnya dan membuat Jaemin seketika menciut takut. Ia lantas menurunkan pandangannya, kemudian menunduk melihat aura Jeno yang sangat tidak bersahabat terhadap dirinya.

"Aku akan memberiku waktu untuk melepas rindu, jadi manfaatkan waktumu bersama ayahmu."

Jaemin mengernyit dan langsung mendongak cepat mendengar penuturan terakhir Jeno. Dirinya tak mengerti dengan maksudㅡ

"Ayah? Maksudmu?" tanya Jaemin bingung.

Jeno hanya tersenyum sinis lantas berenang pergi.

Jaemin yang semakin heran pun beranjak bangun dan menyusul Jeno, namun pergerakannya terhenti saat ia merasakan aura familiar menguar di sekelilingnya. Jaemin lantas menoleh saat dirasa ia seperti sedang diperhatikan. Kemudian, obsidiannya menemukan sosok seekor duyung tengah duduk berselonjor sambil menatapnya penuh arti.

Untuk beberapa detik Jaemin tertegun di tempatnya, hingga akhirnya matanya memanas dan berucap lirih.

"Ayah."

.

.

.

.

Sudah hampir setengah jam sejak sepasang ayah dan anak itu melepas rindu. Keduanya seperti enggan melepaskan diri. Jaemin yang menangis sambil menenggelamkan kepalanya di celuk leher sang ayah, juga sang ayah yang menangis haru menumpahkan kerinduaanya kepada Jaemin. Mereka seperti larut akan luapan emosi masing-masing. Berkali-kali sang ayah melontarkan kata maaf dan rindu secara berurutan kepada Jaemin, dan Jaemin hanya membalas dengan isakan dan pelukan hangat yang semakin mengerat.

"Nak, maafkan Ayah, maafkan Ayah. Sungguh, Ayah sangat merindukanmu."

Kira-kira begitulah ucapan duyung Hybrida bernama Briadㅡsosok duyung berekor biru keperakan yang menjadi ayah biologis Jaemin.

Jaemin bergeming masih memeluk erat leher Briad. Perasaannya porak poranda tak tentu arah. Ada rasa senang melingkupi hatinya ketika ia akhirnya bisa melihat ayahnya selama delapan belas tahun dirinya hidup, namun di sisi lain ia merasa tercubit melihat kondisi ayahnya yang terlihat lemas dan pucat. Apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang Jeno lakukan pada ayahnya?

Lantas, Jaemin mengurai pelukan mereka. Netranya bergerak berurutan menelusuri tubuh sang ayah dari ujung kepala hingga ke ujung ekor.

"Ayah, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Ayah bisa di sini, dan ... kenapa Ayah seperti ini?"

OINIS : The Sirena [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang