2. Membuka Jalan Pikiran

11.6K 2K 154
                                    

Sudah setengah jam sejak Jaemin kembali sadar dari pingsannya, namun di antara dua orang tersebut tak ada satupun dari mereka yang mau membuka mulut. Jaemin yang diam karena merasa takut pada Renjun, dan Renjun yang bingung hendak memulai obrolan dari mana dulu kepada Jaemin. Banyak hal yang ingin dia sampaikan pada manusia satu itu, namun mengingat bagaimana Jaemin bersikap dan takut padanya, ia cukup kesulitan karena apa yang akan ia sampaikan tak akan masuk di otak dan logika Jaemin.

Renjun menarik napas pelan kemudian memfokuskan atensinya pada manusia asing itu. Ia harus mengalah jika tak mau saling diam dalam jangka waktu yang lebih lama lagi.

"Na Jaemin."

Yang dipanggil pun mengangkat sedikit kepala menatap Renjun yang berjarak dua meter di depannya. "Y-ya?" sahutnya dengan ketakutan yang kentara.

Renjun yang melihat itu mendesah kasar kemudian berenang ke cangkang kerang. Pantatnya ia dudukkan di samping Jaemin lalu menarik pemuda itu menghadapnya. "Dengar, Jaemin. Pertama-tama, hilangkan semua rasa takutmu padaku. Lalu fokuslah dengan apa yang aku ucapkan semuanya padamu. Ini memang cukup sulit karena kau seorang manusia, tapi jika pikiranmu tenang, kupikir kau akan mengerti maksudku. Jadi, bisakah kau mendengarkanku? Anggap saja aku ini temanmu. Teman untuk berbagi keluh kesahmu. Kau mengerti?"

Jaemin menatap Renjun yang juga turut menatapnya. Ia mencari setitik amarah namun keseriusan dan ketulusan lah hal yang ia lihat. Jaemin terjebak di sini sekarang, dan sejauh ini, hanya Renjun lah orang yang bersikap baik pada Jaemin. Akhirnya, dengan pertimbangan yang matang, Jaemin mengangguk singkat dan mengenyahkan seluruh pikiran negatif yang bersarang di benaknya.

"Baiklah, aku mengerti. Sekarang kau bisa memulainya."

Renjun tersenyum mendengar jawaban Jaemin. Ia lalu menyamankan posisi duduknya di cangkang kerang. "Ok, kita mulai. Sebelumnya bisa kau ceritakan padaku, bagaimana kau bisa sampai ke sini?"

Jaemin terdiam sejenak mengingat-ingat hal apa yang ia lakukan sebelum dirinya terdampar di lautan lepas ini.

"Ya! Kalian mau membawaku kemana?"

"Lepaskan aku. Aku tidak mengenal kalian!"

"Hei, Lepaskan!"

Jaemin terus memberontak dalam cengkraman dua orang pria berbadan besar yang tiba-tiba datang menghadangnya. Ia diseret masuk ke mobil, lalu mobil yang dimasukinya pun bergerak pergi entah kemana. Jaemin merasa tidak mengenal apalagi berurusan dengan dua orang tersebut, namun firasatnya mengatakan jika dirinya dalam bahaya.

Ditengah perjalanan ke tempat yang bahkah tidak Jaemin ketahui, pemuda Na itu terus berpikir, siapa kiranya orang yang menyuruh dua pria berbadan besar itu, dan pertanyaan itu terjawab tepat setelah Jaemin keluar dari mobil dan kembali diseret menuju seseorang yang berdiri angkuh menunggunya. Jaemin mengernyit bingung saat mengenali sosok tersebut.

"Kim Yeri? Jadi kau yang menyuruh mereka menyeretku?"

Yeri menyeringai mendekati Jaemin. "Apa kabar, Na Jaemin? Lama tidak bertemu. Apa kau hidup tenang selama aku tidak ada di sekolah?"

Jaemin terdiam dengan tatapan memandang Yeri. Ia tidak langsung menjawab namun berbalik mengajukan pertanyaan. "Apa maksudmu membawaku kemari? Di atas tebing dengan bebatuan besar dan tumbuhan liar? Kau ingin balas dendam padaku?"

Yeri masih mempertahankan seringainya dan menjawab pertanyaan Jaemin dengan enteng. "Tentu saja, Na Jaemin sayang. Siapa lagi yang membuatku diskors jika bukan dirimu. Aku sudah muak melihatmu dan kini saatnya kau harus lenyap."

OINIS : The Sirena [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang