"Banyak dari mereka yang ingin agar dirinya bisa diterima dengan apa adanya. Tetapi anehnya, mereka sendiri yang sering tidak mensyukuri apa yang dimiliki. Mereka tidak mencintai dirinya sendiri, tetapi berharap dicintai orang lain."
~Sinyal Hijrah dari Mantan~
***
Saat ini Naresh tengah berjuang antara hidup dan mati. Berdasarkan informasi dari dokter, dinyatakan bahwa Naresh mengalami gegar otak akibat benturan yang cukup keras pada saat kecelakaan. Gegar otak tersebut menyebabkan fungsi otak Naresh tidak bekerja dengan baik untuk sementara sehingga mengharuskan Naresh untuk dirawat total hingga benar-benar pulih.
Winda berjalan mondar-mandir di koridor rumah sakit sambil terus menggigiti jarinya. Dia terlalu gelisah, berkali-kali tangannya terangkat guna mengusap peluh yang membanjiri keningnya. Saat cukup lelah, dia langsung duduk di salah satu kursi tunggu.
Yumna diam-diam mengamati setiap gerak-gerik Winda. Raut sedih terpancar pada wajah wanita itu. Yumna yang tidak tega langsung menghampiri Winda.
"Tante yang tenang. Naresh pasti baik-baik aja." Yumna terus menepuk-nepuk bahu Winda agar rasa khawatirnya sedikit berkurang, "sebenarnya apa yang udah terjadi, Tan?"
Winda mendongak, menatap Yumna sebentar. "Siang tadi dia bertengkar sama papanya. Papanya juga salah, seharusnya dia nggak terpancing emosi. Dia malah menampar Naresh. Naresh nggak terima dan memutuskan untuk pergi dari rumah," curhat Winda.
Wanita itu pun menangis tersedu-sedu dalam dekapan Yumna. Winda itu terus menyalahkan dirinya sendiri. Kalau saja dia bisa melerai pertikaian antara suami dengan putranya maka hal ini tidak akan terjadi.
"Tante yang sabar, ya? Semuanya pasti akan baik-baik aja. Naresh pasti sembuh, percaya sama Yumna," bisik Yumna sambil membelai surai hitam Winda yang sedikit lepek karena keringat.
"Tante mewakili Naresh meminta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu, ya, Sayang? Tante sudah tau apa yang menyebabkan kalian putus. Naresh sangat menyesal dengan apa yang dia lakukan."
Tubuh Yumna menegang. "Tante tau dari mana?" selidiknya.
"Ah, bukan dari siapa-siapa. Kamu nggak pulang? Ini sudah malam. Takutnya nanti orang tua kamu khawatir kamu pulang selarut ini," kata Winda mengalihkan pembicaraan.
Layar ponsel dinyalakan, Yumna menepuk jidat setelah baru sadar bahwa waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Dia juga baru tahu kalau Yasa yang saat ini tengah duduk di kursi depannya beberapa kali mengirimkan pesan. Yumna paham, pasti Yasa sungkan untuk mengajak Yumna pulang karena bagaimanapun Winda sendirian di sini.
"Ya udah, Tante. Yumna pamit pulang, ya? Tante jaga diri baik-baik di sini. Mungkin sebentar lagi Om Danang datang," pamit Yumna sambil mencium tangan Winda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal Hijrah dari Mantan (On Going)
RomanceRomance-spiritual _________________ "Ingin-Nya belum tentu inginmu. Tetapi pilihan-Nya sudah pasti baik untukmu." - Sinyal Hijrah dari Mantan Katanya, cinta yang tidak dilandasi Allah, maka sesungguhnya tidak ada cinta di dalamnya. Sehingga menimbul...