"Ingin-Nya belum tentu inginmu. Tetapi pilihan-Nya sudah pasti baik untukmu."~Sinyal Hijrah dari Mantan~
***
Sudah terhitung sebulan lamanya Yumna berdiam diri di rumah. Alasannya, tentu saja menghindari Naresh yang masih berusaha menghubunginya, bahkan datang ke rumah.
Hari itu Yasa mengajak Yumna untuk pergi ke sebuah pondok pesantren tempat Yasa menuntut ilmu beberapa tahun yang lalu di Bekasi. Dia membawa banyak bingkisan sampai membuat Yumna ternganga saat melihatnya. Perempuan itu berpikir pasti Yasa menghabiskan banyak uang untuk membeli semua itu.
Yumna sampai pusing memperhatikan Yasa yang bolak-balik untuk memasukkan barang-barang ke dalam bagasi mobil.
"Kok banyak banget sih, Yas? Enggak sayang uangnya dipakai sedekah semua?" tanya Yumna seraya mengekor di belakang Yasa untuk masuk ke mobil.
Yasa tersenyum singkat seraya menyalakan mesin mobil. "Jangan pernah takut jatuh miskin karena bersedekah, Yumna. Justru nih ya, orang-orang yang bersedekah sering mendapat keajaiban dan pertolongan tak terduga dari Allah," sahutnya.
"Tapi kan, Yas, menurut aku ini berlebihan deh. Orang-orang yang lebih kaya aja sedekahnya enggak sebanyak kamu menurutku," tambah Yumna.
"Gini ya, Yumna. Mau sedekah itu enggak perlu nunggu kaya dulu. Masalah banyak atau sedikit asal ikhlas ya why not? Lagi pula harta yang selama ini kita dapat kan hanya titipan dari Allah, sewaktu-waktu bisa diambil. Jadi, daripada dipakai untuk beli hal-hal yang enggak penting, lebih baik dipakai sedekah aja."
Perempuan itu mengangguk paham. Memang kebaikan Yasa tidak dapat diragukan lagi. Mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya selalu bisa membuat hati Yumna merasa begitu tenang. Laki-laki itu tidak pernah hitung-hitungan saat bersedekah.
Perjalanan kali ini memakan waktu sekitar satu jam. Hingga tak terasa mereka telah sampai di Pondok Pesantren Al-Hikmah.
Yumna menguap lebar setelah sempat ketiduran di mobil. Lantas terkekeh begitu mendapat teguran dari Yasa. Katanya, tidak baik menguap lebar tanpa ditutup dengan tangan sambil beristighfar.
"Iya, iya, maaf." Dia segera keluar dari mobil sambil membantu Yasa untuk mengeluarkan barang-barangnya.
"Assalamualaikum. Masyaallah, Kak Yasa. Apa kabar? Sini, sini, saya bantu," seru seseorang dari kejauhan. Di belakangnya turut mengekor beberapa santri yang sepertinya hendak menuju masjid untuk menunaikan salat Zuhur.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Eh, Fatih. Alhamdulillah baik. Udah masuk waktu salat, ya?" sahut Yasa sambil melihat ke arah segerombolan santri yang sudah rapi dengan balutan baju koko dan sarung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal Hijrah dari Mantan (On Going)
RomanceRomance-spiritual _________________ "Ingin-Nya belum tentu inginmu. Tetapi pilihan-Nya sudah pasti baik untukmu." - Sinyal Hijrah dari Mantan Katanya, cinta yang tidak dilandasi Allah, maka sesungguhnya tidak ada cinta di dalamnya. Sehingga menimbul...