1 - Halalkan atau tinggalkan

959 192 40
                                    

 "Sepertinya, kau perlu berteman dengan luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sepertinya, kau perlu berteman dengan luka. Agar jika suatu hari nanti kaudapati hatimu patah, kau mampu memetik hikmahnya."

~Sinyal Hijrah dari Mantan~

***

Suasana hening menyelimuti ruang tamu di kediaman keluarga Yusuf. Ruangan yang seharusnya dingin karena adanya AC justru berbanding terbalik dengan suasana petang ini. Panas. Membuat amarah Yusuf semakin mendidih. Padahal, sudah menjelang magrib. Badannya sangat lelah karena seharian bekerja. Niat hati pulang cepat agar dapat istirahat, nyatanya keadaan hatinya malah makin runyam.

Beberapa menit yang lalu, Yumna pulang setelah dijemput oleh sang adik dengan mata sembab serta penampilannya yang berantakan. Keluarga Yumna tentu saja kaget. Yusuf langsung meminta penjelasan dari Ibra, dan laki-laki itu langsung menceritakan kronologinya se-detail mungkin. Mereka yang ada di ruangan kaget bukan kepalang. Lain halnya dengan Yumna yang  menangis sesenggukan dalam dekapan Aisyah.

"Papa kan sudah bilang. Tidak ada yang namanya pacaran syar'i! Pacaran itu berproses. Awalnya pegang tangan, terus peluk-pelukan. Dan sekarang, dia nyaris merenggut kehormatan kamu. Papa nggak habis pikir dengan anak kurang ajar itu." Suara yang berasal dari mulut Yusuf sampai menggema di setiap sudut ruangan. Tergambar jelas bahwa pria yang usianya hampir menginjak 50 tahun itu sedang marah besar.

Yumna semakin mempererat pelukannya. Dia terlalu takut menghadapi amarah Yusuf. Papanya itu pendiam, tetapi akan sangat mengerikan jika sedang marah.

"Sudah, Mas. Cukup. Yumna masih syok. Enggak baik memarahinya saat ini," lerai Aisyah. Bagaimanapun, dia seorang ibu. Tentu sangat tahu apa yang sedang dirasakan putrinya.

"Mas ngomong begini juga buat Yumna. Kalau aja kamu enggak terus memanjakan dia, pasti enggak begini kejadiannya. Apa-apa dituruti, jadi seenaknya," sentak Yusuf masih terbawa emosi.

Aisyah membuang napas pasrah. Percuma berbicara pada orang yang sedang dilingkupi emosi. Tak ingin membuat suasana semakin memburuk, wanita itu langsung membantu putrinya untuk berdiri. Membawa gadis itu menuju kamarnya untuk beristirahat.

"Ibra, masuk ke kamarmu." Aisyah menoleh ke seberang tempat duduknya, "sebaiknya Mas Yusuf mandi. Mas belum sholat, kan?"

Mendengar kata "salat" membuat Yusuf tertegun. Ya Tuhan, hampir saja dia melupakan kewajibannya. Begitulah cara kerja setan. Mereka pandai menyulut emosi pada manusia agar jauh dari-Nya. Untungnya, Yusuf segera sadar. Dia langsung mengusap kasar wajahnya sambil beristighfar. Tanpa banyak bicara, dia segera melenggang ke kamarnya.

Aisyah mengantar Yumna sampai depan pintu kamar. Begitu masuk, Yumna langsung duduk di sisi tempat tidur.

Rasanya begitu sakit saat mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Yumna tidak menyangka kalau Naresh akan melakukan hal itu padanya. Padahal, selama ini Yumna selalu percaya dan berharap besar pada lelaki itu. Dia kira, Naresh akan jadi yang terakhir untuknya. Ternyata, lelaki itu tidak lebih dari seorang pecundang.

Sinyal Hijrah dari Mantan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang