11 - Kedai

60 9 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Buatlah dirimu sibuk memperbaiki diri. Agar tidak sempat menghakimi keburukan orang lain."

~Sinyal Hijrah dari Mantan~

***

Suasana kedai kue cukup ramai hari ini. Sementara beberapa orang di dapur sibuk mengemas pesanan pie susu dan brownies dengan jumlah masing-masing 300 kotak.

Dengan berbalut apron yang telah dipenuhi sisa-sisa tepung dan sejenisnya, Yumna sibuk mengeluarkan kue dari dalam oven, dibantu oleh Elis.

"Yang ini tolong taruh di samping kulkas, ya?" Yumna menyerahkan satu loyang cheesecake pada Elis. Lalu, beralih memotong puding stroberi pesanan pelanggan.

"Siap, Mbak."

Setelah Elis pergi, Yumna segera melepas apron, lalu meletakkan beberapa pesanan dalam satu nampan. Usai merapikan diri dan mencuci tangan, Yumna bergegas mengantar pesanan.

Memang, di kedai kue ini, tidak cukup banyak pekerja. Yumna dan ibunya hanya dibantu oleh setidaknya lima orang. Itu pun seharian ini mereka sibuk mengemas pesanan.

"Wah, Kak, seminggu ini ke mana aja? Nggak pernah kelihatan," seru Yumna seraya meletakkan pesanan pada seorang perempuan berbalut pakaian serba hitam di atas meja.

"Ah, iya, seminggu ini sibuk banget di kantor. Jadi nggak ada waktu buat mampir. Ini juga ke sini sekalian ambil pesanan."

"Masyaallah, sibuk banget pasti, ya? Semoga lancar terus ya kerjanya," seru Yumna.

Perempuan bernama Syahda itu memang cukup sering mampir ke kedai ini. Salah satu alasannya karena letak kantor tempatnya bekerja berdekatan dengan kedai kue milik keluarga Yumna.

"Kamu kelihatan kurusan. Habis sakit atau lagi diet, nih?" kata Syahda seraya memperhatikan penampilan Yumna dari atas sampai bawah.

Yumna tertawa kecil. "Ah, Kak Sya jangan ngeledek gitu."

"Serius, aku lihatnya gitu."

Selama asyik mengobrol, Yumna gagal fokus pada pemandangan di luar. Adiknya tampak sedang berjalan dengan langkah buru-buru seraya memasang raut wajah kusut. Sementara di belakangnya, turut mengekor seorang gadis yang sudah tidak asing lagi di matanya. Dia Aliqa, adik dari Fadel—sahabat Ibra.

"Kusut banget itu muka, kayak baju belum disetrika," seloroh Yumna diiringi tawa kecil, sengaja meledek Ibra yang baru sampai.

Raut wajah sebal Ibra semakin kentara. Lalu, melirik pada gadis di belakangnya.

"Duduk situ," ucap Ibra tanpa ekspresi. Lalu, mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah.

"Mama mana?"

Yumna menoleh sebentar ke arah Syahda. "Kak, sambung nanti, ya?"

Setelah mendapat anggukan dari Syahda, Yumna menjawab pertanyaan adiknya, "Lagi sibuk ngemas pesanan di belakang. Kenapa?"

Sinyal Hijrah dari Mantan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang