"gak usah sok perhatian" kesal Areya.
Sedari tadi Nasif terus menyuruhnya untuk makan karena mama Areya bilang bahwa Areya belum makan sedari pagi.
Dan ini sudah malam, entah apa yang membuat gadis yang biasanya banyak makan dan ngemil itu tiba-tiba mogok makan.
"Saya memang perhatian"
Areya berdecih.
"Tadi aja dicuekin, sekarang aja sok perhatian" gumam Areya memanyunkan bibirnya kesal.
Tadi pagi Areya membawa bekal makanan yang ia buat sendiri. Mamanya memaksa dirinya bangun subuh dan memasak bekal untuk diberikan kepada Nasif.
Tangannya sampai memerah karena banyak terciprat minyak panas. Sungguh Areya tidak bisa memasak sama sekali.
Tapi mamanya terus saja memaksanya, katanya harus mulai belajar masak sebelum menjadi istri Nasif.
Saat dirinya ingin memberikan bekal tersebut Nasif sedang mengajar olahraga dilapangan.
Dengan sabar ia menunggu Nasif di sisi lapangan lainnya. Bisa ia lihat disana Nasif sangat berwibawa. Ia sempat terpesona.
Badan kekarnya tercetak jelas karena ia memakai pakaian olahraga yang ketat.
Bahkan ia sempat tidak percaya bahwa laki-laki yang sedang membuatnya terpesona itu adalah calon suaminya.
Ia tersenyum.
Namun seketika senyumannya pudar ketika melihat pemandangan yang membuatnya kesal.
Bagaimana tidak, disana Nasif dikerubungi oleh siswi yang mengaguminya.
Ya Nasif memang banyak pengagumnya dari kalangan siswinya. Bahkan guru pun, bahkan orang luar pun.
Menyebalkan sekali.
Tidak lama kemudian Nasif selesai mengajar dan akan ke ruangannya.
Areya segera mengejar laki-laki itu untuk memberikan bekalnya.
"Pak" panggilnya.
Nasif yang merasa terpanggil pun menoleh. Senyum terbit diwajahnya. Namun tipis, hanya dirinya yang menyadari.
"Ini makanan buat ba---"
"Pak Nasif ayo sini gabung, bapak kepsek membelikan kita makan siang untuk perayaan karena istrinya melahirkan" potong salah satu guru berkepala plontos pada Nasif.
"Ah iya pak" jawab Nasif.
"Saya masuk dulu ya. Kamu jangan lupa makan siang" Nasif pergi begitu saja tanpa menghiraukan apa yang akan Areya sampaikan.
Bisa-bisanya usahanya untuk memasak dan bangun subuh tidak dihargai seperti ini.
Bahkan tangannya yang merah dan perih kena minyak panas tak ia hiraukan.
"Kenapa kamu belum makan dari pagi?" Tanya Nasif dingin.
Kesabarannya menghadapi gadis keras kepalan itu sudah mulai habis. Sedari tadi susah sekali untuk dibujuk.
"Males" acuh Areya sambil mengutak-atik ponselnya.
"Areya simpan hp nya" titah Nasif.
Areya masih tetap asik bermain dengan ponselnya.
"Areya" tegas Nasif.
Masih tidak digubris Areya.
Nasif langsung merampas ponsel Areya. Areya melotot kaget oleh tindakan Nasif.
Nasif tidak suka diabaikan, ia tidak suka Areya-nya yang pembangkang. Meski memang begitu adanya.
"Apaansi pak. Sini balikin" geram Areya sambil meminta ponselnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENAS
Teen Fiction"Jadi dia gadisnya" gumam Nasif sambil tersenyum sangat tipis. Langsung baca aja ya! Lebih bagus baca "My Young Girl" dulu.