12. HARI PERTAMA

2.7K 191 12
                                    

Seperti kebiasaannya dari dulu, Nasif sudah bangun sejak pagi buta.emang sudah kebiasannya sejak kecil bangun pagi buta.

Tetapi berbeda dengan pagi ini. Wajahnya tampak berseri ketika terbangun. Senyum tidak hentinya ia pancarkan kala mengingat kejadian semalam.

Istri kecilnya tampak masih meringkuk dalam selimut tebalnya. Hanya kepalanya yang terlihat. Tubuh polosnya tertutupi selimut.

Nasif sudah memakai baju rumahannya. Ia sudah membersihkan diri. Rambutnya yang basah ia keringkan menggunakan handuk kecil.

Nasif berniat untuk membuat sarapan pagi ini. Tidak mungkin ia membangunkan istrinya itu untuk membuatkan sarapan.

Sepertinya Areya akan sedikit kesulitan berjalan. Ia tidak tega untuk membangunkannya. Ia akan tega jika istrinya itu meminta adegan semalam untuk diulang.

Mengingatnya saja sudah menimbulkan efek luar biasa bagi si kecil dibawah sana.

"Masih pagi Nasif, pikiran Lo kotor banget" desis Nasif pada dirinya sendiri.

Entah mengapa dan sejak kapan dirinya jadi seperti suka berpikiran kotor seperti ini.

Akhirnya karena tidak ingin semakin larut dalam pikiran kotornya yang bisa berakibat fatal. Nasif memilih untuk membuat sarapan.

Hanya roti berisikan selai cokelat, dan susu untuk Areya. Dan teh hangat untuk dirinya. Karena hanya itu yang tersedia.

"Aww" suara pekikan tersebut seketika mengehentikan kegiatan Nasif yang tengah membuat sarapan.

Dengan langkah lebarnya Nasif segera menuju sumber suara. Yang sudah diyakininya bahwa itu bersumber dari dalam kamarnya.

"Sayang" Nasif segera menghampiri Areya yang tengah mencoba untuk berdiri namun sepertinya kesusahan.

"Masih sakit?" Tanya Nasif.

Areya yang tubuh nya hanya dibalut selimut tebal menganggukkan kepalanya.

Tanpa aba-aba Nasif langsung menggendong Areya menuju kamar mandi.

"E-eh" kaget Areya saat tubuhnya terasa melayang.

Nasif menurunkan tubuh istrinya yang menurutnya tidak begitu berat juga tidak begitu ringan.

"Yaudah kamu keluar sana" usir Areya sambil mendorong kecil tubuh Nasif.

Nasif tidak bergerak sama sekali. Ia malah menatap istrinya itu. Tatapannya tidak dapat Areya tebak.
Entah tatapan apa yang sedang Nasif tunjukkan padanya.

"Ish keluar" geram Areya karena Nasif terus menatapnya. Dan itu membuatnya tidak nyaman.

"Masih sakit?" Nasif malah bertanya.

"Iya, dikit" jawab Areya.

"Yaudah aku mandiin"

Mata Areya melotot tajam.

"GAK" tolak Areya dengan tegas.

"Kenapa?"

"Y-ya ehmm...malu" ujar Areya dengan suara lirih nya.

"Kenapa malu? Semalem gak malu tuh" goda Nasif dengan alis naik turunnya membuat pipi Areya Semerah kepiting rebus.

"Ish apaansi"

"Ayo buka" titah Nasif.

"Nggak ih, aku bilang kan nggak ma---aaahh dingin"

Nasif tiba-tiba menyalakan shower yang tepat berada diatas kepa Areya. Sontak Areya memekik dan tidak sadar selimutnya terlepas dari tubuhnya.

ARENASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang