Malam itu sudah mereka putuskan bahwa satu bulan lagi acara lamaran akan dilaksanakan. Lalu setelah Areya lulus acara pernikahan akan segera dilangsungkan.
Tentu saja hal tersebut sangat membuat Areya stres, namun apadaya ia hanya menurut saja kepada kedua orangtuanya.
Padahal Nasif terhitung masih orang baru dalam hidup Areya, tapi sudah harus menjadi calon suaminya. Bagaimana jika Nasif itu orang jahat? Bagaimana jika Nasif itu adalah....???
Memikirkannya saja membuat kepala Areya ingin lepas.
Untuk membuat mereka saling mengenal lebih jauh, kedua orangtua mereka menyuruhnya untuk banyak menghabiskan waktu bersama. Karena mereka yakin rasa itu akan tumbuh dengan sendirinya.
Bukankah rasa cinta itu ada karena terbiasa?.
Seperti hal nya berangkat dan pulang sekolah bersama, mulai sekarang itu adalah salah satu cara untuk keduanya agar saling dekat dan mengenal.
Pagi ini Nasif menjemput Areya terlalu pagi karena dirinya ada jadwal rapat dikantornya, dan hari ini ia tidak mengajar.
Namun Areya malah belum bangun sama sekali, kebiasaan memang.
"Mah Areya janji gak akan bangun kesiangan lagi, Areya bakal bantu mama beresin tanaman-tanaman mama. Areya janji bakal jadi kakak yang baik buat kaiochan walaupun Areya takut. Tapi please jangan jodohin Areya sama pak Nasif" mata Areya terpejam namun suaranya terdengar sampai lantai bawah.
Bisa ditebak bukan bahwa Areya sedang apa? Mengigau, ya gadis itu sedang mengigau.
Acara lamaran yang akhir-akhir ini menghantui pikirannya membuatnya seringkali mengigau ketika tertidur.
Nasif yang mendengar itu rasanya ingin tertawa, gadisnya sangat menggemaskan. Tapi juga sedikit kecewa karena gadis itu terus-menerus mencoba untuk menolak acara lamaran itu.
Padahal dirinya sudah menaruh hati pada gadis itu sejak pertama kali melihatnya.
"Areya bangun, itu Nasif udah nunggu kamu lama" Sarah menggoyangkan tubuh Areya agar bangun dari tidur dan cepat sadar dari mengigaunya.
"Maaa jangan jodohin Areya. Areya belum siap nikah"
"Astaga susah banget disuruh bangun ni anak" kesal Sarah. Areya malah melanjutkan acara mengigaunya.
Areya keluar dari kamar Areya dan turun ke lantai bawah. Disana ada Nasif yang masih setia menunggu Areya. Meski jadwal rapatnya sangat mepet.
Sedangkan Rendy pergi keluar kota kemarin lusa mengurus pekerjaannya.
Sarah menghampiri Nasif dengan senyum canggungnya. "Maaf ya, Areya nya susah banget dibangunin" kata Sarah.
"Tidak masalah Tante" balas Nasif dengan senyum ramahnya.
"Boleh saya yang bangunkan?" Tanya Nasif.
"BOLEH DONG" heboh Sarah. "Eh maksudnya boleh kok, masuk aja. Kebetulan Tante mau mandiin kaiochan" cengir Sarah setelah itu pamit untuk memandikan anak keduanya.
Nasif naik kelantai dua letak kamar Areya berada. Disana ada pintu berwarna putih bergantung papan kecil bertuliskan nama gadis itu. Dan sudah dipastikan bahwa itu adalah kamarnya.
Pintu yang sedikit terbuka, Nasif masuk dan mendapati Areya yang tengah tertidur dengan keadaan acak-acakan.
Selimut yang sudah berada dibawah kasur, piyama yang sedikit naik dan menampilkan perut rata dan mulus gadisnya. Membuat Nasif harus menahan untuk tidak berbuat macam-macam.
Wajah Areya yang tertutupi oleh rambutnya, serta tidur dengan keadaan telungkup.
Nasif mengusap kepala Areya. "Bangun sudah siang" bisik Nasif ditelinga Areya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENAS
Teen Fiction"Jadi dia gadisnya" gumam Nasif sambil tersenyum sangat tipis. Langsung baca aja ya! Lebih bagus baca "My Young Girl" dulu.