Nasif keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk sebatas pinggang kebawah.
Tubuh atasnya yang terdapat kotak enam itu terpampang jelas dan begitu indah. Rambut basahnya ia gosok pake handuk kecil.
Terlihat disana seorang gadis bertubuh mungil itu tenggelam dalam tebalnya selimut.
Gadis pemalas, decak Nasif yang melihat Areya masih tertidur padahal hari sudah mulai siang.
Nasif mendekat ke ranjang tempat Areya tengah tertidur, gadis itu tertidur dengan tidak anggunnya. Kakinya saling berjauhan seperti sedang balet. Kedua tangannya ia simpan diatas kepala, dan mulutnya sedikit terbuka.
Benar apa kata Sarah, calon tunangannya itu susah sekali bangun pagi dan sangat kebo.
Nasif memilih untuk memakai pakaiannya dan tidak mengganggu tidur nyenyak Areya.
Semalam Areya tertidur saat mereka tengah menonton, untuk itu Nasif membawa Areya dengan menggendongnya ala bridel style ke kamarnya.
Kamar di apartment nya memang tidak hanya satu, tapi entah mengapa Nasif ingin Areya tidur bersamanya kali ini. Biarkan ia menjadi brengsek karena membiarkan gadis yang belum terikat dengannya ini tidur bersamanya kali ini.
Ia janji tidak akan berbuat jauh sebelum gadis itu terikat dengannya.
Areya menggeliat kala mendengar sesuatu yang berisik dan aroma sedap. Matanya yang masih terpejam sementara hidungnya sibuk mengendus-endus wangi yang membuat perutnya berbunyi.
Areya membuka matanya dan bangun lalu duduk, ia menguap. "Haaaa...laper banget" gumamnya seraya menggaruk wajahnya.
Ia mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan tempat ia tertidur.
Lalu turun dari ranjangnya dan mencari suara bising juga aroma sedap yang membuat perutnya berbunyi.
Suara bising tersebut berasal dari dapur dan membuat langkah Areya tertuju kesana. Areya mengernyit kala melihat punggung tegap seseorang yang tengah berkutat dengan dunia dapur itu.
Sedetik kemudian ia sadar siapa orang itu. Siapa lagi jika buka gurunya, disini hanya ada mereka berdua.
"Masak apasih pak?" Tanya Areya sambil mendudukkan dirinya di meja pantry.
Nasif menoleh kearah belakang, ternyata gadis itu sudah bangun. "Sarapan" jawabnya.
Areya menselonjorkan tangannya dimeja dan menyimpan kepalanya ditangan yang ia selonjorkan.
Perlahan matanya tertutup kembali, karena jujur ia masih sangat mengantuk.
Nasif yang melihat itu benar-benar berdecak kesal, gadis itu benar-benar pemalas. Ia menyodorkan piring berisi nasi goreng kehidung Areya.
Membiarkan gadis itu mengendusnya. Walaupun tertidur gadis itu ternyata langsung bangun jika mencium bau makanan. Satu hal baru yang ia ketahui.
"Makasih pak" kata Areya lalu mengambil piring nasi goreng tersebut.
Nasif duduk di samping Areya. "Bapak gak makan?" Tanya Areya di sela makannya.
"Sudah"
Areya mengernyit bingung. Sudah? Kapan? Apa barusan ia tidur lama sehingga tidak tahu jika Nasif sudah sarapan?.
"Saya sarapan roti, saya kurang suka sarapan nasi" ujar Nasif yang tahu raut tanya Areya.
Areya mengangguk paham. Lalu melanjutkan kembali sarapannya.
Tidak ada obrolan diantara keduanya, Areya yang memang akan diam jika diberi makan dan Nasif yang tidak suka ada obrolan ketika sedang makan.
"Pak habis ini pulang ya" Areya menyudahi sarapannya karena sudah tandas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENAS
Teen Fiction"Jadi dia gadisnya" gumam Nasif sambil tersenyum sangat tipis. Langsung baca aja ya! Lebih bagus baca "My Young Girl" dulu.