"Hati-hati ya nak, jaga istri kamu baik-baik" wejang Andin, ibu Nasif kepada putra semata wayangnya.
"Pasti mah" balas Nasif memeluk sang ibu semakin erat.
Hari ini adalah hari kepindahan Nasif dan Areya keluar kota, rumah barunya. Tepatnya di Purwakarta. Kota istimewa.
Tidak untuk selamanya, hanya untuk beberapa bulan, Areya pikir ia dan suaminya itu akan tinggal disana. Malah ia sudah mengucapkan kata perpisahan dengan kedua sahabatnya itu dan bilang akan berkuliah disana.
"Bikin malu aja" begitu kiranya gerutuan Areya ketika tahu bahwa ia tidak akan tinggal selamanya di Purwakarta.
"Areya" panggil Sarah, ibu Areya.
"Iya mah"
"Jangan nyusahin suami kamu, harus nurut. Masakin Nasif makanan yang enak" pesan Sarah.
Areya hanya mengiyakan wejangan sang mama, meski ia tidak bisa memasak tapi ia iyakan saja. Akan panjang durasinya jika ia menyahuti ucapan mama sarahnya itu.
"Pulang nanti bawa mainan baru buat mama ya biar gak kesepian" kata Rendy, ayah Areya.
Pasalnya setelah kucing kesayangan istrinya itu meninggal kaiochan, Sarah jadi kesepian.
Ucapan Rendy itu diangguki oleh semuanya. Termasuk Nasif yang melirik nakal kearah istrinya itu.
Sementara Areya bergidik ngeri, suaminya akan semakin menggila saja.
Dua jam perjalanan Jakarta-purwakarta, akhirnya Nasif dan Areya sampai juga disebuah rumah yang Nasif sewa selama tiga bulan itu.
Kawasannya sangat asri dengan sekelilingnya dipenuhi hamparan sawah.
Nasif sengaja memilih tempat tinggal untuk beberapa bulan kedepannya agak jauh dari kawasan perkotaan, ia ingin sekalian merileks-an dirinya.
"Rumahnya adem banget. Sejuk" Areya melihat sekeliling rumah tersebut. Tidak terlalu besar, rumah tersebut juga terbilang sangat sederhana. Jauh dari kesan kemewahan seperti apartemennya dengan Nasif di ibukota.
"Kamu suka gak? Rumah nya gak terlalu besar soalnya" tanya Nasif takut-takut jika istrinya tidak menyukai.
"Suka kok. Adem enak. Jadi ada kesan tenang gitu" cengir Areya tidak jelas.
"Syukur deh" Nasif menghela lega.
Keduanya memutuskan untuk memasuki kamar yang akan ditempatinya untuk tidur.
"Kamu istirahat aja, biar aku beresin baju-baju ke lemari" ujar Nasif sembari mulai membuka koper.
Areya awalnya hendak langsung tertidur karena memang sangat lelah. Tapi ia ingat sesuatu, sebenarnya itu adalah tugasnya sebagai seorang istri bukan? Ia lupa jika ia sudah menjadi istri. Padahal sudah hampir satu bulan ia menyandang status sebagai nyonya Arnawama.
"Eh itu tugas aku mas, sini aku aja yang beresin" Areya beringsut dari atas kasurnya mengambil alih baju-baju yang baru saja Nasif keluarkan dari koper.
"Gak papa sayang, aku tau kamu capek. Sana gih istirahat"
"Astaga mas Nasif lembut banget" heboh Areya dalam hatinya.
"Tapi mas---"
"Yaudah kita simpen dulu kopernya, sekarang kita istirahat. Nanti kita beresin bareng-bareng" putus Nasif akhirnya.
"Setuju" sorak Areya.
Keduanya pun memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Keduanya sama-sama kecapekan. Apalagi Nasif yang barusan kekeh ingin membereskan baju-baju kedalam lemari itu sehabis menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENAS
Teen Fiction"Jadi dia gadisnya" gumam Nasif sambil tersenyum sangat tipis. Langsung baca aja ya! Lebih bagus baca "My Young Girl" dulu.