Hari ini Nasif tidak ada jadwal dikantornya, ia memilih untuk mengajar disekolah milik ayahnya itu.
Dan sekarang jam istirahat. Nasif sedang memeriksa tumpukan buku tugas yang sudah muridnya kerjakan.
Tadi ia sudah menyuruh perwakilan kelas pemilik buku tugas tersebut untuk mengambilnya. Karena setelah ini ia akan mengajar kembali. Ia tidak ingin menumpuk buku di mejanya. Karena selain kemungkinan dapat hilang, itu juga mempersempit mejanya.
"Permisi pak" suara seseorang terdengar oleh Nasif yang sedang sibuk dengan tugasnya.
Nasif tidak menjawab gadis didepannya ini, ia menatap datar dan mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya. "Siapa kamu?".
"Saya Areya Lumiesa, kelas 12 IPA 4".
Deg
"Ada perlu apa" tanya Nasif datar. Masih bisa mengontrol keterkejutannya.
"Duh ngeselin banget dah si Fashya, gue males banget ngomong sama robot gini" gerutu Areya dalam hati dan Areya merutuki sahabatnya, Fashya yang memberikan tugasnya kepada dirinya.
"Bapak kan manggil anak kelas saya untuk menghadap bapak" jawab Areya masih dengan sopan.
Tidak ada tanggapan dari Nasif membuat Areya jengkel. "Gini pak" Areya yang awalnya berdiri mendadak jadi duduk dikursi yang ada dihadapan Nasif.
"Bapak manggil Fashya kan buat menghadap bapak? Nah saya ini teman sekelasnya Fashya, tadi Fashya meminta saya untuk mengantarnya. Tapi ditengah perjalanan Fashya kebelet jadi dia nyuruh saya untuk menghadap bapak sendirian. Gitu pak" ujar Areya panjang lebar tanpa titik koma dengan penekanan diakhir katanya.
Sebenarnya Nasif sedikit terkekeh oleh gadis didepannya ini. Wajahnya saat kesal terlihat lucu dimatanya.
"Ngapain tuh guru robot ngeliatin gue, apa gue gak sopan ya? Halah bodoamat" batin Areya sangat kesal.
"Jadi?" Tanya Nasif balik membuat Areya menjatuhkan rahangnya.
"Pak please deh ya, saya capek dari tadi udah ngomong panjang kali lebar. Bapak mau apa manggil Fashya?" Tanya Areya yang sudah kehabisan kesabaran.
Sepertinya membuat Areya kesal adalah hobby baru bagi Nasif, haha.
"Ini bagikan buku catatan anak kelas kamu, semuanya sudah saya nilai" suruh Nasif.
"Gitu doang juga segala harus pake keringet nih gue" gumam Areya yang ternyata masih bisa didengar oleh Nasif.
"Nih ambil tissue kalo Lo keringetan" sahut Nasif yang membuat Areya melotot kaget.
"Eh maap pak saya gak sengaja" cengirnya.
"Saya tidak suka kamu berbicara seperti itu"
"Iya pak, kan saya sudah minta maap" ucap Areya.
Areya pun pergi dari hadapan Nasif dengan membawa tumpukan buku kelasnya.
"Jadi dia gadisnya" gumam Nasif sambil tersenyum sangat tipis.
Tidak perlu repot-repot untuk mencari tahu, bahkan sebelum ia mencari tahu saja gadis itu sudah datang lebih dulu kepadanya.
Benar apa kata kedua orangtuanya, gadis itu manis dan juga cantik. Hanya saja sifat cerianya terlalu over sehingga membuatnya terkesan bar bar.
"Sialan banget si Fashya, gue jadi bawa tumpukan buku berat gini" gerutu Areya membawa tumpukan buku catatan kelasnya yang lumayan banyak.
Tidak masalah jika ini tugasnya dan gurunya pun tidak menyebalkan. Tapi masalahnya ini adalah tugas Fashya dan terlebih guru olahraga nya itu sangat sangat menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENAS
Teen Fiction"Jadi dia gadisnya" gumam Nasif sambil tersenyum sangat tipis. Langsung baca aja ya! Lebih bagus baca "My Young Girl" dulu.