5. RAINBOW CAFE

4.8K 898 108
                                    

Suasana Rainbow Café sore itu cukup ramai ketika Titan melangkah masuk. Pria itu sempat meragu, khawatir jika nanti ada yang memergokinya sedang berjumpa dengan seorang perempuan. Apalagi jika orang tersebut adalah mahasiswa-mahasiswanya. Bisa dipastikan, sebulan ke depan ia akan menjadi bahan utama ghibahan.

Akan tetapi, pikiran itu segera ditepis. Demi rasa penasaran yang terus membuncah. Demi janji yang telah diucap. Demi harga diri di depan sejawat. Dan tentu saja, demi Amore. Apapun yang nanti terjadi, siapapun nanti yang ditemui, paling tidak ia bisa dengan lantang berkata bahwa dirinya telah berjerih.

“Sudah pesan kursi, Pak?”

Lamunan Titan terhenti oleh pertanyaan pramusaji berseragam cosplay Naruto, berpakaian orange-hitam dengan pelindung dahi warna hitam. Satu hal yang membuatnya memilih Rainbow Café adalah suasana anime yang terasa di seluruh ruangan.

Titan menjawab pertanyaan dengan gelengan. Ia memang tidak melakukan reservasi khusus untuk pertemuan kali itu. Dirinya dan perempuan bernama Hikari Amore itu hanya berjanji untuk bertemu di lantai dua, area di mana pengunjung tidak terlalu ramai.

“Ada meja kosong di lantai dua?” tanya Titan.

“Untuk berapa orang, Pak?”

“Dua,” jawab Titan singkat.

“Sebentar, Pak.” Pelayan itu lalu mengamati layar ipad di tangan. “Masih ada, Pak. Mari, saya antar!” ucapnya beberapa detik kemudian.

Titan mengangguk ringan, lalu mengekor si Naruto menuju lantai dua.

Setibanya di lantai dua, sang pelayan segera menunjuk titik-titik yang tidak berpenghuni, pun tidak dalam reservasi.

Seperti di lantai dasar, ruangan di lantai dua juga didesain dengan tema anime. Meski seluruh dinding dicat dengan warna dasar broken white, tapi tiap-tiap sisi memiliki tema anime tersendiri. Tokoh-tokoh itu digambar dengan ukuran kecil, sehingga membuat ruangan tidak terlihat penuh.

Dinding sebelah kiri terdapat gambar tokoh-tokoh dari serial One Piece, sementara di sebelah kanan terdapat tokoh-tokoh dari Detective Conan. Dinding yang tepat berada di bagian tangga dicat dengan tema Dragon Ball. Sedangkan dinding di seberangnya bertema Doraemon.

Ruangan itu mendapat bantuan pencahayaan dari tiga jendela di sisi kiri dan dua jendela di dekat gambar Doraemon. Saat sore hari, semburat senja menerobos ke dalam ruangan, membuatnya semakin hangat dan nyaman.

Dalam ruang berukuran 8x12 meter itu, terdapat tiga barisan yang tersusun rapi di bagian kiri, kanan, dan tengah. Di masing-masing baris terdapat lima set meja dan kursi untuk empat orang. Kursi di bagian sayap berbentuk sofa sementara di barisan tengah terdiri dari kursi tunggal kayu. Bantalan dudukan kursi yang berwarna-warni seolah-olah menjadi penggugur nama pelangi yang dipakai café itu.

Titan memindai sejenak, lalu memilih satu meja yang berada di sudut One Piece dan Doraemon. Pemilihan itu bukan tanpa sebab. Tempat itu memungkinkannya mengamati setiap perempuan yang datang melalui tangga. Ia harus melakukan pemindaian awal terhadap perempuan yang bernama Hikari Amore itu. Dan jika hipotesisnya benar, ia masih sempat menyiapkan hati sebelum bertemu Dinda.

Setelah memesan secangkir latte, Titan pun mulai melaksanakan rencana. Sesekali ekor matanya melirik ke arah tangga. Mengamati dengan seksama setiap perempuan yang datang. Sayang,
perempuan-perempuan itu selalu bersama pasangan atau dengan teman-temannya.

Sementara berselang tiga meja di barisan kanan, Jatu tengah mencoba menutupi wajah dengan sebuah komik yang disediakan pihak café. Kepalanya tenggelam hampir menyentuh lembar-lembar kertas. Dalam hati dia merutuk, kenapa tempat kencannya harus sama dengan tempat nongkrong si Sniper. Meskipun Jakarta tidak luas, bukankah di kota ini bertebaran ratusan bahkan ribuan café?

A-MORE (End Versi Wattpad)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang